Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hore ...! Acara Arisan tak Sesuai Harapan, Sajian Licin

Ilustrasi Acara Arisan tak Sesuai Harapan Sajian Licin (Kegiatan arisan di rumahku)

 Sibuk tidak masalah. Yang penting acara lancar sesuai rencana. Tamu datang tumpah ruah, menu yang disiapkan licin. Begitu harapan setiap tuan rumah tatkala menggelar acara, sekecil apapun. Katakanlah arisan keluarga.

Ketika kenyataan tak sesuai harapan 

Lalu bagaimana tersebab sesuatu dan banyak hal, ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Sudah repot-repot memasak,  tamu yang  hadir bisa dihitung dengan jari, makanan yang disediakan banyak tersisa. 

Ya, harus bagaimana lagi. Karena kondisinya mengahalangi. Menangis berguling-guling pun pemilik hajatan, tak akan mengubah keadaan. 

Begitu problem yang menimpa saya Selasa  15 Maret kemarin, dalam acara arisan dan sekaligus  makan bersama, yang kebetulan bulan ini giliran saya.  

Pengalaman puluhan tahun bergabung dengan IKAPSO

Sudah puluhan tahun saya bergabung dengan kelompok arisan Ikatan Keluarga Pancung Soal (IKAPSO) ini.  Semua anggotanya berdomisili di Kota Sungai Penuh. Hanya saya yang tinggal di desa dibatasi jarak 15 kilometer. 

Ilustrasi Acara Arisan tak Sesuai Harapan Sajian Licin
 
Biasanya, jarak tersebut tak mengurangi kehadiran teman-teman di tempat saya. Malahan mereka gembira karena selain mengikuti arisan, sekalian jalan-jalan. Intinya, mau giliran orang kota atau desa, anggota tetap solid. Toh saya juga jarang absen saat-saat  arisan digelar.

Gagal sukses

Tetapi sekali ini acaranya  gagal sukses. Peserta yang hadir kurang dari 50%. Padahal seminggu sebelum hari H-nya saya mulai pasang pengumum di WAG. Bukan sekali dua kali, tapi berulang-ulang mengingatkan. 

Bagi anggota yang kebetulan nomornya ada di hp saya, saya telepon satu-satu supaya mereka tidak lupa. 

Ilustrasi Acara Arisan tak Sesuai Harapan Sajian Licin (Kegiatan arisan di rumah Ibu Hj. Sobrina Desa Belui)
 
Pukul 13, 00 persiapan tuntas. Habis mandi dan salat zduhur, saya berpakaian rapi alakadarnya menunggu kehadiran sobat-sobat tersayang. Sesuai jadwal yang telah disepakati pukul 14,00. Alhamdulillah siang itu cuaca cerah.

Malangnya, tiba-tiba langit redup.  Beberapa menit kemudian panas lagi. Begitu seterusnya mendung dan panas silih berganti. Sampai akhirnya turun hujan  rintik-rintik mengiringi kehadiran  3 pengunjung yang mulai  muncul. 

Harap-harap cemas

Sekira 3 menit kemudian, hujan ngamuk tak tanggung-tanggung,  atap rumah seakan rubuh.  Saya mulai harap-harap cemas sambil berdoa semoga curahan rahmat ini cepat berlalu. Mau dikemanakan hidangan  yang sudah saya siapkan kelak. 

Kalau di kota, bisa disumbangkan ke panti asuhan atau panti-panti apalah namanya. Mau dipaksakan diri untuk mengantarnya tidak mungkin. Lagi pula kelebihannya nanggung,  tidak terlalu banyak juga. 

Dikasih tetangga, apa kata mereka kalau saya mengantarkan makanan restan, karena jelas-jelas agenda sudah selesai. Lain masalahnya kalau sebelum acara dimulai. 

Alhamdulillah, di tengah curahan  hujan lebat tersebut datang lagi satu mobil membawa 3 penumpang. Disusul  3 orang naik motor. “Andai  dari awal hujan turun kami tak akan hadir,” kata salah satunya.  Terakhir ada 2 mobil masing-masing sopirnya saja.

Acara selesai sajian laris manis

Kini tamu saya berjumlah 12 orang. 7 anggota, sisanya keluarga  pendamping.  Jumlah tersebut tidak bertambah hingga acara usai pukul 16,25. Padahal jumlah peserta  arisan ada 20, belum termasuk pengikut, seperti suami atau anak-anak.

Sementara konsumsi  saya siapkan untuk minimal 30-40an porsi. Biasanya memang segitu.  Paling tersisa sedikit. Yang penting tidak kurang. 

Ilustrasi Acara Arisan tak Sesuai Harapan Sajian Licin (Usai arisan adik-adik cantik ini berfoto selfi)
 
Saya minta kesepakatan mereka yang hadir agar bersedia membawa pulang ransum yang masih tersisa.  Terlepas berpikir apakah sampai di rumah akan mereka makan atau tidak. 

Saya senang dan plong. Meskipun  acara arisannya tak sesuai harapan, masakan saya laris manis dan licin dengan caranya sendiri. 

Demikian kisah acara arisan ini ditulis sebagai tanda suka cita dan terima kasih saya  kepada rekan-rekan yang telah bersedia hadir. Meskipun didera hujan lebat. Semoga beliau-beliau yang naik motor dan pakai mantel sampai  di rumah tidak masuk angin karena kedinginan. Semoga untuk ke depannya  hal seperti ini tidak terulang lagi. Terima kasih.

Baca juga:  

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

Sumber Ilustrasi: Dokpri

18 komentar untuk " Hore ...! Acara Arisan tak Sesuai Harapan, Sajian Licin "

  1. siip....hidangan bisa ludes, walaupun jumlah tamu tidak sesuai harapan....
    👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah faktanya begitu. Mas Tanza. Tapi ludes dengan caranya sendiri.

      Hapus
  2. memang sering terjadi kalau kita berharap malah kecewa, kita tidak berharap malah segalanya melebihi ekspektasi...demikianlah adanya. Hal biasa, saya juga sering mengalaminya. Pagi cerah eh siangnya tiba tiba hujan maka tidak jadi pergi keluar rumah meski menggunakan kenderaan roda empat juga pasti malaslah...

    Hari ini gak berhasil besok insya allah di balas berhasil...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Begitulah alam dunia. Segala2nya ada tangan yang ngatur. Selamat malam Pak Sofyan. Terima kasih tanggapannya.

      Hapus
  3. Wah udah arisan di rumah ya nek, biasanya makanan berlebih di bawa oleh yang hadir sebagai oleh-oleh untuk di rumahnya ☺️☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda Dinni. Normalnya tidak banyak berlebih. Kecuali ada kendala cuaca, seperti yang nenek alami barusan. Terima kasih telah menanggapi, ananda. Selamat malam.

      Hapus
  4. Ikut menyimak Bu Nur . selamat pagi dan salam hangat😊

    BalasHapus
  5. Bak kata orang.. Manusia hanya merancang, Tuhan yang menentukan. Tapi Alhamdulillah makanan habis. Cuaca tak mengizinkan, kalau tidak pasti ramai yang hadir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, ananda Sal. Alhamdulillah, makannya habis. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
  6. Meski yang hadir tidak sesuai harapan, tapi sajian sukses ya. Mantap. Semoga sukses dan sehat selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin .... Faktanya begitu, Mas Muhaimin. Terima kasih telah singgah. Selamat siang.

      Hapus
  7. Udh lama ga menghadiri arisan keluarga 😄. Dulu sebelum pandemi pernah ikutan di rumah sepupu Bu, tapi jujurnya aku selaku tertarik Ama makanannya, Krn sepupuku itu jago masak 🤣🤣🤣. Masalah arisannya nomor 2 lah hahahahaha.

    Pernah juga zaman SD selalu semangat nemenin mama arisan. Lagi2 Krn makanannya hahahaha. Apalagi kalo arisannya ke rumah temen mama yg orang palembang. Makanya yg disajikan biasanya khas Palembang yg enak2 itu 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, senang menikmati makanan di tempat arisan keluarga, membuat nyonya rumah bangga. Bunda juga senang makanan di tempat arisan. Apalagi makan bersama di rumah keluarga dan teman pula. Tak pakai malu. Ha ha .... Soal uang arisannya tidak seberapa. Nyaris tak tersisa untuk biaya makan2. Karena konsep utama arisan kami ngumpul2 teman sesama satu kampung. Terima kasih telah mengapresiasi, ananda Fanny. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  8. Alhamdulillah masakan bunda tidak jadi mubadzir ya, semoga berkah. Saya dulu juga pernah mengalami ini, sudah siapkan banyak makanan dan kue-kue, tetapi yang hadir hanya hitungan jari. Alasannya tidak bisa datang karena ada acara lain, tetapi sampai acara selesai, mobil mereka masih terparkir di dpn rumah masing-masing. Hehehe, memang pada saat itu rumah saya masih blm sebagus sekarang, banyak tetangga enggan masuk karena takut gerah, dll. Hikmahnya, makanan itu bisa dibawa pulang peserta arisan yg hadir, sekaligus untuk pak satpam dan keluarganya.

    BalasHapus
  9. Masya Allah, takjub dengan teman-teman arisan Nenek yang tetap hadir walau hujan telah turun. Semoga makanannya yang berlebih dapat dirasakan oleh mereka yang membutuhkan.

    Insya Allah kejadian ini ada hikmahnya Nek, Sehat selalu ya Nek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Ananda Teddy. Alhamdulillah faktanya begitu. Tak ada makanan yang terbuang. Kalau masih berlebih, kami di desa biasa saling antar/cicipi makanan sama tetangga. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam pagi dari jauh.

      Hapus