Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kiat Sukses Ala Celotehnur: Semua Roda Harus Berputar

Ilustrasi  Kiat Sukses Ala Celotehnur Semua Roda Harus Berputar. (Foto seorang istri membantu suami mencari nafkah dengan berjualan kue) 

Membaca judul ini  saya agak malu. Kesannya saya ini orang sukses benaran dalam segi ekonomi. Sekelas  Chairul Tanjung atau siapalah orang terkaya di Indonesia.

Tapi, tak apa-apalah.  Kali ini, anggap saja diri saya tergolong sukses. Minimal sukses menjalani hidup sesuai dengan keinginan, menikmati  apa yang paling disukai, dikelilingi oleh orang-orang disenangi dan hormat, serta telah selesai dengan kewajiban terhadap anak-anak. 

Ma, Pa, Kok Kita Kelewat Miskin?

Kami-kami yang lahir di bawah tahun 50-an, ke sekolah, mulai Sekolah Rakyat (SR)  sampai SLP jalan kaki sampai berkilo-kilometer. SLA, ke luar daerah.  Kini kondisi ini jelas tidak sesuai lagi dengan eranya. Anak-anak dimanjakan oleh kondisi.

Ke sekolah tidak hanya butuh buku dan seragam. Banyak keperluan  lain untuk mendukung proses belajarnya. Mulai  biaya transportasi, uang saku, lap top, handphone plus pulsa  untuk mengakses intrnet dan lain sebagainya.

Selama pandemi, biaya pulsa malah meningkat berkali-kali lipat. Kalau tak tercukupi, anak-anak tidak akan sukses mengikuti pembelajaran.

Untuk itu, orang tua harus memutar otak untuk memnuhinya.  Jika tidak, Emak Bapaknya  bisa disemprot oleh anak-anaknya sendiri.  “Pa, Kakak tu pengen kek si Lisa. Ke  sekolah diantar Papahnya pakek motor. HP-nya bagus, pulsa tak pernah kurang. Kok kita kelewat miskin? Rumah aja ngontrak sana pindah sini.”

Banyak kok. Anak-anak kini ngomong ceplas-ceplos pada orang tuanya. Apa  emak dan bapaknya tidak sedih dan malu? Coba!

Semua Roda dalam Rumah Tangga Harus Berputar 

Untuk mengantisipasi pertanyaan tersebut, jauh-jauh hari orang tuanya harus jadi orang sukses dulu. Tentu saja sukses ala Nenek celotehnur. Kiatnya cuman satu. Yaitu, Semua roda dalam rumah tangga harus berputar  

Sering di temui di sekitar kita, istri hanya mengandalkan nafkah dari suami. Mereka beranggapan, perkara nafkah itu urusan suami. Tugas istri  hanya mengurus rumah tangga.

Menurut saya prinsip demikian “Enggak banget”. Kecuali pendapatan suami melimpah ruah,  lebih dari cukup.

Zaman sekarang, kebutuhan hidup tidak hanya minum dan makan. Tetapi nyaris  tanpa batas. Telah mampu bayar kontrakan ingin punya rumah sendiri. Sudah punya motor pengen beli mobil.

Untuk berkomunikasi, perlu Handphone, HP-nya pun maunya mengikuti trend. Apakah kalin diam saja melihat kemajuan zaman? Tentu tidak. 

Untuk itu, tak ada salahnya isteri sebagai bagian dari roda rumah tangga juga bergerak untuk  melakukan sesuatu,  agar bisa menghasilkan uang. Caranya? Ikuti paparan berikut ini!

1. Manfaatkan waktu  dan potensi diri

Dunia sudah modern, urusan rumah tangga kian  praktis. Memasak, mencuci  dan pekerjaan rumah tangga lainnya dapat digantikan dengan teknologi canggih.  Sehingga banyak waktu buat memanfaatkan potensi diri.

Tiada zamannya lagi ibu-ibu muda yang punya waktu luang ngumpul-ngumpul di bawah pohon depan rumah, sambil makan angin, ngerumpi dan saling mencari kutu. Itu Kuno.

Tanpa bermaksud mencampuri kehidupan orang lain, pengalaman membuktikan, sekelompok ibu-ibu yang senang menikmati kesehariannya dengan berleha-leha, masa depannya jauh dari kata sukses. Pantas disebut gagal, dibandingkan dengan kehidupan pasangan yang istrinya  membantu suami menambah penghasilan.

2. Jangan gengsi

Bekerja tidak selalu di kantoran dan di luar rumah.  Sambil mengasuh anak pun para isteri bisa menghasilkan uang. Bikin keripik singkong kek, keripik tempe kek, atau apa saja. Kemudian titipkan ke warung-warung.

Adek ipar saya, bikin keripik jengkol, dia titipkan ke warung-warung  sate Padang buat lalapan. Laris manis.  Dalam 4 tahun usahanya boleh dikatakan sukses versi ibu dasteran ini. Punya pekerja 2 orang.

Dahulu, dia hanya mengandalkan gaji suaminya sebagai PNS Golongan 3. Cukup sekadar makan. Sekarang sudah banyak kemajuannya.

Yang penting halal dan tidak gengsi. Sesuai dengan kapasitas dan kemampuan diri, serta lingkungan. Di pedesaan mungkin cocoknya para istri jadi ibu tani.

Di desa saya, dekat pinggir Danau Kerinci sini,  banyak suami jadi nelayan, istri mereka  menjual hasil tangkapannya.  Daripada diborong langsung pada pengumpul, harganya kurang manusiawi.

Terbukti, istri nelayan yang tidak berbakat jualan, perekonominya  jauh tertinggal daripada rumah tangga yang istrinya tidak malu jualan ikan.

Pengalaman saya, di antara usaha rumahan  yang tak pernah sepi orderan adalah menjahit. Meskipun pakaian jadi membanjiri toko onlene dan oflene, baju dijahit tetap menjadi idola. Lebih menguntungkan jika dibarengi dengan semangat berdagang. Menjahit sekalian menyiapkan bahan.

Tak bisa menjahit? Tiada ilmu yang tidak bisa dipelajari. Empat bulan menuntut saya jamin pandai. Yang penting ada kemauan dan rajin berlatih. “Gila” saja bisa dipelajari dan dilatih. Tak percaya? Boleh dicoba. He he.

3. Facebookan sambil berbisnis

Saya salut dengan seorang gadis putri tetangga. Bisa beraktivitas via online. Memasarkan produk hasil karya sendiri sampai menjadi reseller barang-barang toko penyuplay. Sambil kuliah bisa mencari duit.

Waktu saya berbincang dengannya dia berkata, “Bikin status di facebook iya. Berbisnis juga iya. Kalau melulu jualan,  teman-teman bosan,” katanya. Tindakan yang cerdas dan penuh perhitungan menurut saya.

Emak-emak yang tinggal di kota, lebih berpeluang menjadi pedagang online.  Punya teman atau kenalan pemilik toko busana grossir? Minta dia kerja sama. Foto baju-bajunya, update di pacebook. 

Punya keahlian  di dunia tulis menulis? Menerima jasa editan naskah merupakan peluang rezeki yang lumayan menjanjikan.

4. Hilangkan pola pikir primitf

Mirisnya, masih ada sebagian ibu rumah tangga yang berpikir primitif bin kolot. “Untuk apa bekerja. Bukankah menafkahi anak isteri kewajiban suami?” 

Jika demikian, tunggulah saatnya rumah tangga tersebut akan ketinggalan kereta.  Kecuali suaminya pejabat/pengusaha kaya.

5. Jangan terlalu memikirkan orang

Lebih miris, mereka cendrung mencemooh kaum perempuan yang bekerja. Sepuluh tahun lalu, saya hampir stress memikirkan penderitaan putri saya.  Karena tuntutan pekerjaan, dia sering pulang agak malam.

Sebagian ibu-ibu di kompleks terang-terangan menyatakan sikap apatisme.  Kadangkala ketika dia pulang kerja, ibu-ibu anggota geng tersebut berkumpul di bawah pohon mangga milik tetangga. Di sana berdang ndut ria. Syairnya mereka ganti dengan kata sindiran dan bernada ejekan yang ditujukan kepada anak saya. 

Putri saya itu tidak menanggapinya. “Persetan dengan omongan orang,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, ketika anak-anak mereka telah besar dan butuh biaya untuk kuliah. Perekonomian mereka begitu-begitu saja. Rumah masih ngontrak. Mbah sukses semakin jauh tinggal di belakang.

Bukan bermaksud membanggakan apa yang telah dicapai putri saya. Memang itulah adanya yang pantas dipetik hikmahnya sebagai pembelajaran bagi kalian yang ingin sukses.

Kesimpulan dan Penutup

Dari paparan di atas, kita semuanya patut mengapresiasi kata-kata orang bijak, (maaf, sumbernya saya tak ingat lagi). Masa depanmu tergantung pada masa kinimu. Jika dikelola dengan baik, baik pula hari esokmu. Dan apabila seseorang telah mati, di akhirat pun mereka tidak akan ditanya bagaimana cara mati, tetapi yang diminta pertanggungjawaban adalah apa yang telah mereka lakukan semasa hidupnya.

Inilah salah satu kiat sukses ala celotehnur menggunakan kunci “Semua Roda dalam Rumah Tangga Harus Berputar”.  Semoga bermanfaat.Anda punyakiat lain? Silakan bernarasi di kolom komentar!

Baca juga:  

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
______________
Artikel ini telah tayang di Kompasiana.com dengan tampilan sedikit berbeda.

23 komentar untuk "Kiat Sukses Ala Celotehnur: Semua Roda Harus Berputar "

  1. Di negara kita sepertinya poin ini yang paling penting:"5. Jangan terlalu memikirkan orang."

    Terlalu banyak orang usil di luar sana. Apa saja yang kita lakukan selalu salah.

    # Have a nice weekend

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Ujung2nya terlalu sibuk ngepoin masalah orang, urusan diri sendiri terlalaikan. Selamat malming, dari tanah air, Mas Tanza. terima kasih telah singgah.

      Hapus
    2. beda dengan negara maju, orang tidak peduli dengan orang lain.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Apa gunanya jaga gengsi. Kalau perut tidak berisi. He he ... Selamat malam dari tanah seberang, Sobat.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Tos ... Terima kasih telah singgah, kawan. Selamat malam dari tanah seberang.

      Hapus
  4. Jadi kunci suksesnya suami istri harus bantu membantu cari nafkah ya Bu. Misalnya suami kerja pabrik, uangnya sebagian buat jualan baju. Siapa tahu lama-lama usahanya maju dan punya toko sendiri yang hasilnya lebih besar dari kerja pabrik.😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh jafi begitu, Mas Agus. Kalau Tuhan berkehendak, usaha tak pernah mengkhianati hasil. selamat malam minggu, terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  5. Kalau saya memang jarang memikirkan orang, saking pikiran tentang diri dan keluarga udah terlalu banyak, hahaha.
    Kadang saya heran kalau ada orang yang sedemikian detailnya mengurusi urusan orang, saya jadi bertanya-tanya, apakah orang tersebut nggak punya masalah yang harus dia pikirkan di rumahnya ya? :D

    Dan setuju banget Bu, suami istri seharusnya bahu membahu, bukan hanya suami bantu kerjaan rumah, istri juga bisa bantu saat ekonomi keluarga menurun :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang yang sibuk mengetahui urusan orang lain membuat dirinya lalai dengan urusannya sendiri, Itu boleh dibuktikan. He he ...

      Zaman sekarang suami istri seharusnya bahu membahu,mencari nafkah. Kalau tidak rugi bin kuno. He he ... Selamat malam, ananda Rey. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  6. Sekarang sindirannya lewat status Nek. Itu tidak akan berpengaruh jika kita orang yang sibuk pada kebaikan. Kita punya rencana masa depan dan tau resikonya. Benar jika anak nenek acuh dengan komentar tetangga, yang komentarnya ada di list manajemen anak Nenek dengan nilai resiko yang lebih tinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zaman itu dia belum nikah. Mungkin tetangga menganggap dia perempuan nakal. Saya yang sedih, maklum dia tinggal jauh dari kami. Tapi dia malah biasa-biasa saja. Sempat saya minta dia berhenti kerja. Dia tidak mau. Terima kasih telah mengapresiasi, Mas Bondan Selamat malam.

      Hapus
  7. kiat suksesnya boleh di coba nih agar keluarga bisa hidup berkecukupan dan bahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zaman sekarang tak zamannya lagi istri istri duduk manis hanya mengandalkan duit dari suami. He he .... Maaf, Mas Kuanyu. Kalau duit suami banyak gak apa2.

      Hapus
  8. jangan memikirkan orang itu penting banget ya bu nur
    nanti lama lama capai
    tapi di era medsos ini kadang memang sulit karena kita terpapar yang dipamerkan orang
    makanya kurangi medsos itu penting banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas Ikrom. Bermedsos itu alakadarnya saja. Kalau tanpa medsos sama sekali, kita dibilang kudet pula. He he ... Selamat pagi, terima kasih telah singgah. Salam sehat buat keluarga di sana.

      Hapus
  9. Aku orang yg sering kepikiran kalau ada omongan nyinyir bunda, kadang sampai down, padahal pengen bgt cuek atau bodo amat, toh mereka juga ga bantu apapun, ga berkontribusi apapun, cuma komentar doang, tapi kok susah bgt ya.

    Contoh simpel bgt, waktu masih pengantin baru dan udah bbrp bulan blm hamil, tetangga byk yg nyinyir "Mbak, resign aja, istirahat, mbak kecapean kerja tuh jadi lama hamilnya", tapi rejeki dan anak itu udah ada yg atur, aku tetap lanjut kerja, dan ga berapa lama aku hamil sampe skrg pun aku msh tetap kerja karna byk cita yg belum kesampaian jadi semangat trs cari uang hahahha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ternyata orang2 sekitar kita itu dimana-mana sifatnya mirip. Suka usil urusan orang lain.

      Selagi ada kesempatan, lebih baik tetur bekerja, ananda. Putri bunda dulu juga sering dinyinyirin. Dia tak kesah. Semasa hamil, dia juga sering pulang malam. Naik motor sendirian. Dulu dia belum punya mobil. Suaminya tugas jauh di kota berbeda. Pulangnya sekali seminggu. Sering juga disuruh berenti kerja sama suaminya. Dia tidak mau. Sekarang alhamdulillah, ekonominya lumayan baik. Dikasih kepercayaan kedudukan yang bagus. Seringnkeluar negeri berkali2.

      Hapus
  10. yang penting usaha. rezeki kita Allah yang bagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, sahabatku Salbiah. Terima kasih telah singgah. Maaf telat merespon.

      Hapus
  11. Selamat pagi Bunda,
    Aku mau bilang, aku setuju dengan post ini karena aku berkarir sembari membangun startup / usaha.
    Terima kasih Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mantap, ananda. Berkarir sambil membangun usaha. Bunda doakan semoga sukses. Terima kasih telah singgah.

      Hapus