Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seminggu Pulang Kampung, Ini Oleh-oleh yang Saya Peroleh

Ilustrasi: Oleh-oleh seminggu  pulang kampung (Aroma pedesaan yang masih mewngi)

Hapir setengah abad tinggal di rantau, hanya sekali ini saya pulang ke tanah kalahiran dengan durasi terpanjang, selama satu minggu.  Kebetulun, adik bungsu saya  ditimpa musibah,  suaminya meninggal dunia.

Dalam kurun tersebut,  ada 5 kabar menarik yang saya  peroleh sebagai oleh-oleh untuk dibawa kembali ke Ranah Kerinci.

1. Canggung dan bingung

Ilustrasi: Oleh-oleh seminggu  pulang kampung. (Bertemu teman lama)
 
Canggung, bingung , dan asing. Begitu kegalauan  mendera selama  saya berada di  kampung halamanku  Tanjung Batang Kapas, Iderapura itu.

Belum lagi masalah suhu yang menyentuh angka 30-an derajat Celcius. Sangat tidak bersahabat bagi tubuh saya yang terbiasa dengan udara pegunungan  (lembah Kerinci).  Ingin rasanya  segera kembali ke rantau.

Hanya wajah-wajah  keluarga terdekat yang saya kenal namanya. Sisanya, blong.  Jika mereka menatap, saya bertanya, “Kamu anak siapa, atau cucu siapa?”

Tapi, sebagiannya mengenal saya. Mungkin beliau-beliau itu tahu dari mulut ke mulut, bahwa saya bagian dari keluarga mereka.

2. Teman-teman Emak 

Ilustrasi: Oleh-oleh seminggu  pulang kampung. (Sungai Batang Inderaputa)

Kaum tua seumuran  Emak bisa dihitung dengan jari, yang lain telah tiada. Sahabat sekolah dan teman sepermainan  saya pun telah banyak yang pergi. Yang masih tersisa, wajahnya banyak yang luput dari ingatan.

Mending  ada yang sudi menyapa.  “Masih ingat saya?” katanya.

Saya membalas dengan senyum termanais sambil mengerut kening,  Eh ..., maaf ..., Ambo lupo  (Maaf ..., maaf ..., Saya lupa).

3. Susah membedakan rumah satu dengan lainnya

Ilustrasi: Oleh-oleh seminggu  pulang kampung. ( Pantai Pasir Ganting, salah satu destinasi wisata Inderapura)
 
Bangunan-bangunan  lama sudah sirna, berganti  dengan yang baru.  Mengingat posisi rumah A dan B pun saya nyaris tak mampu.

Pohon-pohon duku besar di sekitar rumah Emak sudah musnah. Begitulah dunia. Penghuninya silih berganti, yang lahir dan mati tak pernah berhenti.

4. Status sosial terus bertransisi

Ilustrasi: Oleh-oleh seminggu  pulang kampung. (Merindukan camilan istimewa  masa kecil yang disediakan oleh alam)
 
Status sosial masyarakatnya pun terus bertransisi.  Dahulu keluarga  C orang tak punya, kini jadi orang kaya, dan sebaliknya.

Jalan setapak yang masa lampau becek pada musim hujan berdebu di musim panas, kini berganti dengan aspal hitam. Namun  aroma pedesaannya masih mewangi.

5. Fashion dan gaya

Ilustrasi: Oleh-oleh seminggu  pulang kampung. (Tangan  berhias emas)
 
Penampilan dan gaya berpakaian masyarakat  kampungku terutama kaula muda, beda tipis  dengan orang-orang kota.  Setengah abad lalu, perempuan pakai lipstik adalah sesuatu yang aneh, lucu, dan jadi bahan ejekan. Kini, rata-rata mereka sudah  pintar bersolek.

Yang bikin mata ngilu-ngilu sedap, sebagian Emak-emaknya suka pakai perhiasan. Entah suaminya buruh kebun,  petani  sawit, atau nelayan.  Yang penting pada tubuh istrinya ditempeli perhiasan emas (walaupun tidak semua).

Minimal  anting di telinga dan sebiji  cincin melingkar di jari. Saya berpikir,  Barangkali karena mereka belum tahu  bagaimana rasanya menjadi korban perampokan.

Adik-adik saya sempat minder mendengar bisik-bisikan berantai.Kakaknya ini pulang kampung tidak pakai  emas  sebiji pun.  Saya hanya tersenyum tanda pengakuan bahwa saya memang kalah di bidang itu. Habis, saya tak punya duit untuk membelinya.

Inilah kabar yang  saya peroleh selama pulang kampung, sebagai oleh-oleh  untuk dibawa kembali ke rantau. Semoga bermanfaat.

 Baca juga:  

*****
Penulis, 

Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

16 komentar untuk "Seminggu Pulang Kampung, Ini Oleh-oleh yang Saya Peroleh"

  1. Lama tu, dalam setengah abad baru sekali pulang pastinya banyak yang berubah seiring masa. Semoga kampungnya terus aman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pulangnya sering, Ananda Salbiah. Cuman satu atau dua malam saja. Kali ini 7 hari 7 malam.

      Hapus
    2. oh..lama tu sampai seminggu. patutlah banyak 'ole-ole' dibawa balik

      Hapus
  2. Balasan
    1. Betul, cucunda. Terima kasih telah singgah selamat pagi.

      Hapus
  3. Pulang ke kampung kalau udah 7 hari baru rasa seronoknya kan. Banyak kenangan2 diimbau dan dapat berjumpa teman² sanak saudara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Seronok bercampur gelisah temanku Azmer. Rasa merantau. Ingin cepat pulang ke rumah sendiri. He he ....

      Hapus
  4. Lamanya ibu, setengah abad tidak pulang ke kampung. Sudah tentu banyak perkara lampau yang perlu diimbas kembali untuk mengingati jejak-jejak masa lalu. Saya sendiri merasa tulisan ibu ini satu nostalgia yang sungguh menyentuh kalbu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pulang sering, ananda Amie. Tapi satu atau dua malam saja. Hanya sekali ini paling lama. Mencapai seminggu. Selamat malam dari negeri seberang.

      Hapus
  5. hehehe.... asik juga bacanya...

    ternyata soal pakai emas sebagai tanda orang kaya belum bergeser di kampung kampung....
    😁😁😁

    terima kasih telah berbagi

    BalasHapus
  6. "ternyata soal pakai emas sebagai tanda orang kaya belum bergeser di kampung kampung" >>> He he ... lumayan, bisa numpang cuci mata. Selamat malam dari tanah air Mas Tanza. Terima kasih telah singgah.

    BalasHapus
  7. paling senang itu ketika bertemu teman lama ya mba, rasanya senang banget gimana gitu, seru lah pokoknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi sedihnya, teman akrab saya dulu, udah banyak yang tiada, Mas Kuanyu. Entah kapan saya menyusul.

      Hapus
  8. semoga bunda sehat selalu ya, kalo dengar cerita bunda, rasanya ingin bisa liburan ke tempat bunda di Kerinci

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin ananda. Duh ..., udah lama kita tidak saling sapa. Salam sehat penuh berkah ya. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.

      Hapus