Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengulik Fenomena Pegawai Negeri Sipil dan Sistem Rekrutmennya

Ilustrasi: (Sumber Foto: Pinterest /Jessica Jane)

Hingga saat ini, Pegawai Negeri Sipil masih menjadi primadona  bagi pencari kerja. Khususnya anak-anak  kami di pedesaan. Lulus sekolah/kuliah, seseorang belum dikatakan berhasil sebelum dia diangkat menjadi pegawai pemerintah. 

Kondisi ini dapat dipahami, karena  fakta di lapangan menunjukkan, Pegawai Negeri itu kelihatannya enak. Berangkat kerja pakaian bersih dan rapi. Setiap bulan terima gaji, jenjang untuk berkarier terbuka,  masa tua terjamin dan lain sebagainya. 

Persaingan merebut tiket CPNS 

Terkait narasi sebelumnya, tak heran persaingan untuk merebut  tiket CPNS amat berat. Sudah bukan rahasia di tengah masyarakat tertentu, orang tua berduit rela mengeluarkan segepok bahkan sepuluh gepok duit untuk p*l*c*n. Yang kurang kaya malah sanggup menjual sawah ladang,  demi menggolkan anaknya mendapatkan nomor NIP. 

Belum lagi upaya yang bersangkutan. Dengan kesabaran penuh mereka melakoni profesi sebagai tenaga honorer di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah.  Bukan sebentar.  Ada yang telah belasan sampai puluhan tahun degan gaji Rp 300 ribu per bulan  malahan  tidak digaji sama sekali. Dengan harapan diangkat menjadi PNS. 

Sistem komputerisasi, dan korban penipuan

Enaknya, sejak diberlakukan sistem komputerisasi tahun 2010 lalu,  isu sogok menyogok untuk lolos tes CPNS berangsur hilang. 

Namun, sebagian masyarakat masih juga percaya praktik curang tersebut masih ada. Tidak sedikit yang menjadi korban penipuan oknum yang tidak bertanggung jawab. Uang sudah dibayar, ternyata peserta tes tidak lolos. 

Yang namanya duit, setelah sampai di tangan orang, harap maklum. Tak bakalan balek lagi. Meskipun kembali, jumlahnya tidak utuh. Endingnya kawan menjadi lawan. Ya, udah salah sendiri jadi orang kudet. Sudah dikasih tau bahwa sistem komputer tidak perlu nyogok. 

Apakah kalian bagian dari pemburu profesi Pegawai Negeri Sipil?

Setiap warga negara  yang memenuhi kriteria  berhak menjadi Pegawai Negeri. Anehnya, banyak juga anak muda khususnya lulusan SMA dan SMK  kurang percara diri untuk berkompetisi dengan berbagai alasan. Salah satunya, ya, itu tadi. Mereka menganggap peluang PNS itu khusus  buat kaum berduit. Rupanya, untuk mengubah catatan jelek  masyarakat terhadap sesuatu kondisi itu tidak gampang.

Padahal, dibanding era sebelumnya,  sekarang  pemerintah telah  memberikan banyak kemudahan bagi yang ingin mengikuti  seleksi CPNS.  

Calon peserta tidak perlu mundar mandir berurusan ke sana ke mari. Semua serba online, mendaftar dari rumah, lengkapi pernak pernik persyaratannya, tunggu hasil  verifikasi bahannya. Cuman keluar duit bea materai Rp 20 ribu. 

Tahap-tahap yang harus dilalui  juga tidak rumit. Mendaftar pada situs yang telah ditentukan, Verifikasi berkas, pengumuman peserta, persiapan tes, pelaksanaan tes, penilaian  (hasil/nilainya langsung dapat dilihat dan sangat kecil kemungkinan praktik kecurangan), dan tahap lanjutan jika lolos. (dealls.com. 23/09/2024). 

Sistem komputerisasi ini mulai diberlakukan pada  tahun 2010. Kita patut berterima kasih kepada Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Karena dialah yang pertama merintis dan menyuarakan, hingga tes CPNS sistem komputerisasi ini tercipta. Waktu itu Ahok menjadi Anggota DPR RI. (suara.com, 24/10/2024).

Tes CPNS manual

Beda dengan sebelumnya, bahan-bahan berbentuk fisik, copy ini, copy itu, kirim via pos, lagi-lagi butuh duit. Mending lulus seleksi bahan, kalau tidak? Ya, peserta harus kalah sebelum bertempur. Sistem tesnya manual, pakai kertas dan pensil, hasilnya gampang dipreteli.  Sementara dengan sistem komputerisasi, proses pelaksanaan dan hasil tesnya lebih transparan.

Sebagai Informasi tambahan, zaman saya dulu, proses seleksi CPNS lumayan simpel.  Sistem manual  pakai kertas dan pensil. Tetapi mendaftar cukup pakai ijazah saja. Setelah dinyatakan lulus testing  bahan-bahan lain seperti surat keterangan berkelakuan baik dan sebagainya menyusul. Jika tidak lulus, urusannya tamat. 

Adu nasib dan uji kebolehan diri

Saya sering  menyemangati anak muda jebolan SMA atau SMK. Yang berminat jadi PNS tak ada salahnya  ikut berkompetisi. Meskipun mereka sedang kuliah. Anggap saja ajang  adu nasib dan  uji kebolehan, sekalian memperkaya pengalaman hidup. Gratis ..., gak bayar. Cuman modal materai.

Tetapi jangan banyak berharap. Lulus syukur, tak lulus okey, tidak perlu  kecewa. Mana tahu coba-coba  berhasil benaran.  

Demikian fenomena PNS dan rekrutmennya yang sering ditemui di tengah masyarakat. Ulasan ini bukan  bermaksud memojokkan pihak tertentu.  Melainkan berdasarkan pengalaman dan temuan pribadi di lapangan. Semoga bermanfaat.

Baca juga: 

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi

19 komentar untuk " Mengulik Fenomena Pegawai Negeri Sipil dan Sistem Rekrutmennya "

  1. Ser funcionario publico siempre es signo de tener un trabajo estable o a lo menos en mi pais. Te mando un beso.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alejandro tiene razón. pero ser empleado del gobierno no puede hacerte rico. Gracias por pasar por aquí

      Hapus
  2. Saya hanya bertahan berkerja di badan kerajaan hanya 3 tahun dan kemudian masuk bekerja bersama swasta :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di tempat saya, tersebab tidak ada perusahaan swasta, makanya peminat PNS itu sangat tinggi.

      Hapus
    2. Kalau kerja di pemerintahan itu gak bisa kaya. Terutama di Indonesia. Kecuali bisa korupsi. Hehe ... Kapan ketahuan harus rela dipenjara.

      Hapus
  3. PNS semakin diminati, selain masa depannya sudah terjamin untuk mengikuti seleksi CPNS semakin dipermudah. Tapi terkadang ada juga instansi atau kementerian yang buka CPNS tidak begitu diminati alias sepi pelamar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. PNS banyak peminat di pedesaan, ananda. Orang kota kurang mau jadi PNS karena gaji nya kecil.

      Hapus
  4. Iya Mbak sepertinya enak jadi PNS. Apalagi setelah pensiun mendapat uang pensiun, tak seperti saya yang dulu bekerja di swasta.
    Entah kenapa dulu tahun 1990-an usai kuliah saya tak tertarik melamar jadi PNS. Malah saya bekerja di industri saja. Tersadar ketika usia sudah lewat, ah kenapa tak melamar jadi PNS dahulu... Terlambat. Akhirnya ya dilanjut bekerja di swasta sampai tahun 2016 dan pensiun dini saja.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama saja, Mas. Tapi gaji di swasta lebih gede. PNS hidupnya senin kamis.

      Hapus
  5. saya dulu pernah ikutan tes cpns,
    cuman belum rejeki dan gak lolos
    kalau saya pribadi sih
    kalau pekerjaan itu pakai uang buat masuk itu enggak barokah sih
    kan nyari kerja buat nyari duit
    bukan ngasi duit buat dapat kerja
    kalau aq si gitu bu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ..."nyari kerja buat nyari duit
      bukan ngasi duit buat dapat kerja.. " Setuju banget, ananda. Anakku juga gak mau ngasih duit buat cari kerja. Satu jadi PNS tanpa sogok, satu lagi kerja di swasta. Katanya enak di swasta gajinya banyak.

      Hapus
  6. Balasan
    1. Silakan dicoba, Mas mana tahu ada rezeki. Kuliah bisa nyusul belakangan.

      Hapus
  7. PNS makin diminati karena bisa pensiun dengan tenang karena dapat uang pensiun. Sekarang cari pekerjaan susah, sudah dapat pekerjaan eh baru tiga tahun kerja pabrik kalah saing dan gulung tikar.

    Untungnya sekarang daftar PNS lewat online dan agak transparan sistem nya ya Bu, jadi tak perlu nyogok sana sini. Yang kasihan itu kalo sudah nyogok 100 juta anaknya ngga diterima, eh duitnya ngga balik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setempat saya ada tuh. Setidaknya lebih dari dua orang, Masa Agus. Duit udah dikasih ratusan juta. Taunya gak lulus. Kasian. Mau ribut, malu. Ya udah. Tinggal nangis meratapi nasib.

      Hapus
  8. wah iya skrg pns lebih fair persaingannya. Semua online dan komputerisasi.Jadi lebih terjamin kejujurannya. Banyak teman2 saya yang ikut tahun ini dan lulus/tidak tergantung rengking nilai dan kuota posisi yang dilamar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, banyak teman mu yg lulus. ananda Enny udah kerja kah?

      Hapus
  9. Dengan jalur tes online rasanya penerimaan pns dah lebih fair

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keliatan nya begitu. Namun, akal manusia
      untuk berbuat curang belum ada yang mengalahi. Semoga dijauhkan dari hal negatif. Supaya yang lulus memang orang yang berhak.

      Hapus