Mengulik Fenomena Pegawai Negeri Sipil dan Sistem Rekrutmennya
Hingga saat ini, Pegawai Negeri Sipil masih menjadi primadona bagi pencari kerja. Khususnya anak-anak kami di pedesaan. Lulus sekolah/kuliah, seseorang belum dikatakan berhasil sebelum dia diangkat menjadi pegawai pemerintah.
Kondisi ini dapat dipahami, karena fakta di lapangan menunjukkan, Pegawai Negeri itu kelihatannya enak. Berangkat kerja pakaian bersih dan rapi. Setiap bulan terima gaji, jenjang untuk berkarier terbuka, masa tua terjamin dan lain sebagainya.
Persaingan merebut tiket CPNS
Terkait narasi sebelumnya, tak heran persaingan untuk merebut tiket CPNS amat berat. Sudah bukan rahasia di tengah masyarakat tertentu, orang tua berduit rela mengeluarkan segepok bahkan sepuluh gepok duit untuk p*l*c*n. Yang kurang kaya malah sanggup menjual sawah ladang, demi menggolkan anaknya mendapatkan nomor NIP.
Belum lagi upaya yang bersangkutan. Dengan kesabaran penuh mereka melakoni profesi sebagai tenaga honorer di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah. Bukan sebentar. Ada yang telah belasan sampai puluhan tahun degan gaji Rp 300 ribu per bulan malahan tidak digaji sama sekali. Dengan harapan diangkat menjadi PNS.
Sistem komputerisasi, dan korban penipuan
Enaknya, sejak diberlakukan sistem komputerisasi tahun 2010 lalu, isu sogok menyogok untuk lolos tes CPNS berangsur hilang.
Namun, sebagian masyarakat masih juga percaya praktik curang tersebut masih ada. Tidak sedikit yang menjadi korban penipuan oknum yang tidak bertanggung jawab. Uang sudah dibayar, ternyata peserta tes tidak lolos.
Yang namanya duit, setelah sampai di tangan orang, harap maklum. Tak bakalan balek lagi. Meskipun kembali, jumlahnya tidak utuh. Endingnya kawan menjadi lawan. Ya, udah salah sendiri jadi orang kudet. Sudah dikasih tau bahwa sistem komputer tidak perlu nyogok.
Apakah kalian bagian dari pemburu profesi Pegawai Negeri Sipil?
Setiap warga negara yang memenuhi kriteria berhak menjadi Pegawai Negeri. Anehnya, banyak juga anak muda khususnya lulusan SMA dan SMK kurang percara diri untuk berkompetisi dengan berbagai alasan. Salah satunya, ya, itu tadi. Mereka menganggap peluang PNS itu khusus buat kaum berduit. Rupanya, untuk mengubah catatan jelek masyarakat terhadap sesuatu kondisi itu tidak gampang.
Padahal, dibanding era sebelumnya, sekarang pemerintah telah memberikan banyak kemudahan bagi yang ingin mengikuti seleksi CPNS.
Calon peserta tidak perlu mundar mandir berurusan ke sana ke mari. Semua serba online, mendaftar dari rumah, lengkapi pernak pernik persyaratannya, tunggu hasil verifikasi bahannya. Cuman keluar duit bea materai Rp 20 ribu.
Tahap-tahap yang harus dilalui juga tidak rumit. Mendaftar pada situs yang telah ditentukan, Verifikasi berkas, pengumuman peserta, persiapan tes, pelaksanaan tes, penilaian (hasil/nilainya langsung dapat dilihat dan sangat kecil kemungkinan praktik kecurangan), dan tahap lanjutan jika lolos. (dealls.com. 23/09/2024).
Sistem komputerisasi ini mulai diberlakukan pada tahun 2010. Kita patut berterima kasih kepada Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Karena dialah yang pertama merintis dan menyuarakan, hingga tes CPNS sistem komputerisasi ini tercipta. Waktu itu Ahok menjadi Anggota DPR RI. (suara.com, 24/10/2024).
Tes CPNS manual
Beda dengan sebelumnya, bahan-bahan berbentuk fisik, copy ini, copy itu, kirim via pos, lagi-lagi butuh duit. Mending lulus seleksi bahan, kalau tidak? Ya, peserta harus kalah sebelum bertempur. Sistem tesnya manual, pakai kertas dan pensil, hasilnya gampang dipreteli. Sementara dengan sistem komputerisasi, proses pelaksanaan dan hasil tesnya lebih transparan.
Sebagai Informasi tambahan, zaman saya dulu, proses seleksi CPNS lumayan simpel. Sistem manual pakai kertas dan pensil. Tetapi mendaftar cukup pakai ijazah saja. Setelah dinyatakan lulus testing bahan-bahan lain seperti surat keterangan berkelakuan baik dan sebagainya menyusul. Jika tidak lulus, urusannya tamat.
Adu nasib dan uji kebolehan diri
Saya sering menyemangati anak muda jebolan SMA atau SMK. Yang berminat jadi PNS tak ada salahnya ikut berkompetisi. Meskipun mereka sedang kuliah. Anggap saja ajang adu nasib dan uji kebolehan, sekalian memperkaya pengalaman hidup. Gratis ..., gak bayar. Cuman modal materai.
Tetapi jangan banyak berharap. Lulus syukur, tak lulus okey, tidak perlu kecewa. Mana tahu coba-coba berhasil benaran.
Demikian fenomena PNS dan rekrutmennya yang sering ditemui di tengah masyarakat. Ulasan ini bukan bermaksud memojokkan pihak tertentu. Melainkan berdasarkan pengalaman dan temuan pribadi di lapangan. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Tauran Antar Siswa Terulang lagi, Terulang Lagi
- Makna Gaya Hidup In De Kos Dahulu dan Kini
- Mengenal 5 Sifat Orang Pantang Kalah yang Menjengkelkan
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi
Ser funcionario publico siempre es signo de tener un trabajo estable o a lo menos en mi pais. Te mando un beso.
BalasHapusSaya hanya bertahan berkerja di badan kerajaan hanya 3 tahun dan kemudian masuk bekerja bersama swasta :D
BalasHapusDi tempat saya, tersebab tidak ada perusahaan swasta, makanya peminat PNS itu sangat tinggi.
HapusPNS semakin diminati, selain masa depannya sudah terjamin untuk mengikuti seleksi CPNS semakin dipermudah. Tapi terkadang ada juga instansi atau kementerian yang buka CPNS tidak begitu diminati alias sepi pelamar.
BalasHapusPNS banyak peminat di pedesaan, ananda. Orang kota kurang mau jadi PNS karena gaji nya kecil.
HapusIya Mbak sepertinya enak jadi PNS. Apalagi setelah pensiun mendapat uang pensiun, tak seperti saya yang dulu bekerja di swasta.
BalasHapusEntah kenapa dulu tahun 1990-an usai kuliah saya tak tertarik melamar jadi PNS. Malah saya bekerja di industri saja. Tersadar ketika usia sudah lewat, ah kenapa tak melamar jadi PNS dahulu... Terlambat. Akhirnya ya dilanjut bekerja di swasta sampai tahun 2016 dan pensiun dini saja.
Salam,
Sama saja, Mas. Tapi gaji di swasta lebih gede. PNS hidupnya senin kamis.
Hapus