Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Berkonflik dengan Tikus

Uncategorized

Tikus adalah hewan perusak  sekaligus sumber penyakit, karena dia dikenal sebagai makhluk penyebar bakhteri  salmonella yang berasal dari kotoran, liurnya, kencing,  dan bulunya yang rontok. 

Di tempat saya, tikus  umumnya dijumpai di dua tempat. Di  rumah dan di sawah.

A. Tikus Rumah

Tikus rumah tidak hanya  suka mencuri makanan. Hewan pengerat  itu juga sering merusak perabotan rumah tangga. Sasaran empuknya, tikar dalam simpanan/gulungan, dan buku tersusun di rak dan lain sebagainya.  Barang-barang eloktronik paling sering menjadi korban keganasan tikus. 

Yang menjijikkan, tikus bergentayangan pada malam hari.  Tanpa sepengetahuan   tuan rumah, mereka telah meninggalkan jejak kaki,  dan mungkin juga kencingnya pada perlatan yang biasa kita gunakan untu makan atau memasak.  

Mending ada tinjanya berceceran, sebagai penanda bahwa benda di sekitarnya tak layak lagi digunakan.  Bisa dibuang atau dicuci ulang, terus disiram pakai air mendidih.

Tahun 2015 sebuah kamar kami biarkan kosong. Lemari pakaian masih standby di sana, cuman pintunya  jarang dibuka karena kami banyak beraktivitas di kamar belakang. Paling dibersihkan sekali sebulan, atau menunggu kepulangan anak-anak dari rantau.  Kondisi ini berlangsung lumayan lama, kurang  lebih satu tahun. 

Tau-tau, sang tikus telah membuat jalur keluar masuknya  di lemari pakaian, dengan cara melobangi lemari bagian belakang. Setelah ditutup, besoknya  bolong lagi. Cara kerjanya cepat sekali. Padahal  lemari tersebut terbuat dari kayu pilihan yang sangat keras.  

Tercium pula bau tak sedap  dalam kamar yang membuat  kami   muntah-muntah. Rupanya di dalam lipatan pakain ada  induk tikus yang habis melahirkan. Mungkin bau busuk itu bekas darahnya.

Pak suami berusaha menangkapnya.  Dia melawan dengan  menggigit telunjuk si bapak  sampai berdarah. Tikus itu berhasil lolos, meninggalkan  8 ekor anaknya yang masih merah.

Pakaian yang masih bagus di lemari banyak  yang bolong.  Duh ..., Emak, saya kesal berat. Bukan satu atau dua setel. Di antaranya baju yang nilainya lumayan mahal. Sebagiannya sekadar bekas gigitan, membentuk lobang kecil. Tetapi di titik vital. Di daerah dada, perut  lengan yang tak bisa ditutupi pakai jilbab. 

Waktu itu, perkembangbiakan tikus di rumah kami mancapai puncaknya. Mereka meraja lela membuat  sarang dan beranak cucu. Dalam gudang di tumpukan barang-barang bekas, sisa-sisa kertas, kardus bekas, sampai ke tumpukan keset yang sudah dicuci bersih. Di loteng  jangan tanya lagi. Saat berantam ramenya minta ampun.

Berbagai upaya kami lakukan untuk mengusirnya. Mengggunakan lem khusus, racun tikus yang beli di warung, rempah-rempah, hingga pasang perangkap dengan umpan ikan asin. Jangankan  dia kejepit, seminggu lebih ikan asinnya tetap utuh.  

Akhirnya kami sepakat mengosongkan rumah, mengungsi ke  tempat anak selama seminggu. Kami pasang racun tikus yang biasa dipakai petani.  Masyaallah, tikus-tikus tersebut bergelimpangan, mati dan membusuk.  Musnah, tetapi 6 bulan kemudian mereka muncul lagi. Sebelum berkembang biak, dikasih racun lagi. 

B. Tikus Sawah 

Mungkin kalian tidak pernah tahu ganasnya  tikus sawah.  Almarhumah  Emak pernah meratap pilu  di tengah sawah. Betapa tidak, Senen sore beliau berencana  mau panen Selasa besok. Sampai di sawah, semua padinya ludes dimakan  tikus. Padahal, pekerja  dan semua perbekalannya  sudah diangkut ke sawah. 

Tak terbayang seberapa banyaknya jumlah tikus di sawah Emak, sampai mereka sanggup  melahap padi sejenjang sawah (kira-kira 1 Ha) dalam satu malam.

Masalah tikus sawah, di kampung  saya  Inderapura sana  memang juaranya. Satu-satunya musuh petani yang belum  bisa diperangi.  Tak heran sampai saat ini petani di sana enggan menanam padi. Sebagian besar mereka beralih ke budidaya jagung.  Kecuali lahan sawahnya tanah berawa, basah sepanjang musim .

Sama seperti tikus rumah, pasukan tikus  sawah juga  senang beroperasi malam hari. Hujan malam  merupakan momen paling  indah baginya untuk berpesta pora. 

Demikian pengalaman berkonflik  dengan tikus. Semoga inspiratif dan bermanfaat. 

Baca juga:

 *****

Penulis,
Hj. NUSINI RAIS
di Kerinci Jambi

Sumber Ilustrasi: Tangkapan layar dari Liputan6.com

21 komentar untuk " Pengalaman Berkonflik dengan Tikus "

  1. Wah itu belum sebarapa jika dibandingkan dengan tikus jakarta
    kayaknya lebih pandai dan lebih ganas
    tidak hanya lemari, pintu juga bisa abis
    Belum lagi suka gigit jempol jika lagi tidur

    BalasHapus
  2. Masyaallah.... Dikira tikus sini saja yang punya gigi tajam. Tapi tikus Jakarta tinggal di got, bukan di rumah warga, ya, ananda.

    BalasHapus
  3. Belakangan di rumah emak saya banyak tikus besar-besar di rumah. Entah dari mana tikus-tikus ini datang. Rupanya mungkin dari sungai kecil di depan rumah yang asalnya dasar sungainya tanah tapi kemudian sungai itu di renovasi dan dasar sungainya di tembok pula.
    Akhirnya di tabur racun. Satu demi satu mati. Tapi repotnya kita mesti cari bangkai tikusnya ketika sudah bau. Ah repot Mbak.

    Cerita tentang tikus sawah yang menyerah sawah bundanya, membuat saya terharu membacanya Mbak.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena dia telah tergusur dari kampungnya, makanya mereka merajalela. Soal meracuni tikus memang itu kendalanya. Kalau diamati bangkainya busuk.

      Hapus
  4. No me gustan las ratas, te mando un beso.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yo también. porque las ratas son animales repugnantes

      Hapus
  5. Aduuuuh kok aku JD kepikiran yg tikus sawah. Kalo mereka ga bisa diperangi, sayang juga JD ga ada yg mau nanam padi ya bunda 😔.

    Tikus dulu sempet JD masalah juga di rumahku. Tp pas pake electronic ultra sound yg bisa mengeluarkan suara yg ga bisa kita dengar tp tikus dengar, dan itu mengganggu, mereka JD ga ada di rumah lagi. Tapi kemudian aku melihara kucing bunda, 5 ekor yg hobinya memang mengejar makhluk asing 🤣🤣🤣🤣

    Makinlah tikus2 itu ga berani hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, memang bisa ngusir tikus dengan sound? Terima kasih ya, ananda.

      Hapus
    2. Pernah juga melihara kucing, tapi mungkin kucing kami kurang tertarik dengan daging tikus. Saat tikus lewat, jangankan menangkap, merespon dia tidak. Hehehe....

      Hapus
  6. Tikus binatang yang paling rakus menurut saya, apa aja dia makan cuma kaca yang saya lihat belum pernah dimakan. Paling kesal saya sama tikus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas Herman. Papan keras pun dia kunyah, hahaha....

      Hapus
  7. Tikus sawah kalo beranak bisa puluhan katanya, makanya dibunuh satu dua masih banyak yang hidup. Entah bagaimana cara membasmi nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mas. Pernah juga warga berburu tikus sawah besar-besaran. Tapi gak ada tanda-tanda dia berkurang.

      Hapus
  8. Tikus binatang yang paling saya geli dan memang wajar dihapus di rumah

    BalasHapus
  9. turut prihatin juga kalo denger ada sawah yang gagal panen terutama gara-gara dipanen duluan sama tikus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Faktanya begitu, Mas. Sedih, memang. Sampai beliau meratap tengah sawah.

      Hapus
    2. semoga diganti dengan yang lebih baik oleh Allah

      Hapus
  10. Tikut menyusahkan.. kalau diracun mati bergelimpangan dan akan busuk.. kalau ditangkap ngak tahu bagai mana cara dimatikan.. tidak dibunuh menyusahkn pula

    BalasHapus