Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anda Berencana Mengadopsi Anak? Lakukan 4 Pertimbangan Ini!

Ilustrasi rencana mengadopsi anak (Sumber foto: Tangkapan layar dari IG putriku)

Anda berencana mengadopsi anak? Pertanyaan ini pasti ada kaitannya dengan sebuah penantian.   Banyak orang menunggu-nunggu kehadiran momongan dalam sebuah pernikahan. Namun tak kunjung dikaruniaiNya.   

Apakah Anda bagian dari golongan tersebut? Jangan bersedih.  Anda tidak sendirian.  Banyak orang lain mengalaminya.

Untuk menjadi ibu tak perlu harus hamil dan melahirkan.  Begitu juga untuk jadi ayah. Tak wajib menyaksikan perut istrinya membesar dan menangis manja saat melahirkan.  Banyak anak-anak terlantar di luar sana yang menunggu uluran tangan Anda untuk disantuni. Jemputlah mereka. Bawa pulang.

Adopsi mereka! Berikan mereka  kasih sayang.  Itu adalah ladang amal bagi Anda. Asalkan dilakukan dengan tulus dan melalui prosedur yang benar. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007, yang merupakan turunan dari UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak.

Tetapi sebelum memutuskan untuk mengadopsi anak,  ada beberapa hal yang patut jadi pertimbangan. 

Pertimbangan Pertama:  Usia Calon Orang Tua Angkat

Sebelum melangkah lebih jauh, usia calon orang tua angkat adalah syarat utama yang perlu dipertimbangkan.  

Usaha sudah maksimum. Usia pernikahan sudah belasan tahun. Tetapi semuanya terbentur oleh takdir. Malaikat yang dirindukan belum juga nongol.  Segera ajak pasanganmu banting setir. Pasang nawaitu untuk mengadopsi anak, segeralah eksekusi.  Jangan menunggu sampai tua.

 Sebab, jika  Anda sudah berumur baru ngangkat anak, kapan menyekolahkannya? Lebih-lebih anak yang diadopsi  masih kecil. Kasian dia.

Kejadian di lingkungan saya. Ada pasutri berusia senja. Suaminya mendekati 6o, istri dia hampir 50 tahun. Mereka mengadopsi  bayi perempuan umur 3 bulan.

Saat anaknya 3 tahun, Emaknya meninggal.  Belum sempat gadis kecil itu masuk SD, bapaknya menyusul. Allaahu akbar.

Kasian bukan?  Mau dipulangkan, orang tua kandungnya entah dimana.  Untung ada  saudara perempuan istrinya yang menampung. Akhirnya dia berhasil menyelesaikan SMA.

Pertimbangan ke Dua:  Apakah Mengadopsi Anak Keluarga atau Orang Lain

Kedua alternatif ini ada plus minusnya. Ngambil anak keluarga sendiri, ntar jika ada sedikit gesekan, efeknya bisa ke mana-mana. Kata orang Minang “banyak cirik minyaknyo”.  (baca: banyak cincong). Dan sederet kemungkinan jelek lainnya yang  bisa terjadi kapan saja. Kecuali  dia yatim piatu.

Memungut anak orang lain problemnya beda lagi. Kadang-kadang pihak keluarga  angkat cemburu, kurang senang dengan kehadiran si anak. Mereka terang-terangan menunjukkan sikap antipati.  Sampai tega mencibir, mengejek dan bahkan berani mengungkit status sang anak.

Yang kasian bocah yang diadopsi.  Dia masih kecil belum mengerti apa-apa.  Tak pantas menerima perlakuan yang penuh kebencian begitu.  Kasus ini bukan isapan jempol. Tetapi  fakta berbicara. Kecuali  praktiknya di rantau orang,  jauh dari sanak keluarga.

Nah, semua terpulang pada individu yang menjalani.  Terlalu mengkhawatirkan hal yang belum terjadi  adalah sikap kurang baik. Fenomena di sini belum tentu sama dengan di tempat  Anda. Ini masalah pilihan saja.

Pertimbangan ke Tiga:  Jenis Kelamin Anak

Sama dengan point ke dua, masalah jenis kelamin calon anak angkat juga tak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan. Sepakati dengan pasanganmu. Mau punya anak cewek atau cowok. Keduanya ada plus minusnya. 

Jika istri tipe gede cemburu, sebaiknya  berpikir beberapa kali untuk  mengadopsi anak cewek. Lagi-lagi pengalaman berkisah. Ada lho, anak angkat berubah status menjadi madunya emak.  Tetapi tidak banyak.

Jika dari kecil dia dididik dengan baik, agamanya baik, akhlaknya baik, dia akan tumbuh menjadi anak baik. Apapun jenis kelaminnya.

Pertimbangan ke Empat:  Seperti Apa Status dan  Latarbelakang  Anak

Apabila poins ke satu sampai tiga sudah diputuskan, tinggal menentukan pilihan mau mengadopsi anak seperti apa.   Bayi baru lahir atau balitakah? Bagaimana pula  latar belakangnya?  Anak terlantarkah? Yatim piatukah?  atau anak disabilitas.

Demikian 4 hal yang harus dipertimbangkan sebelum Anda memutuskan untuk mengadopsi anak. Mungkin banyak masalah penting lain yang perlu diperhatikan sebelum Anda melangkah lebih jauh. Namun karena berbagai keterbatasan, kita padai hingga ini saja. Semoga bermanfaat.

****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

44 komentar untuk "Anda Berencana Mengadopsi Anak? Lakukan 4 Pertimbangan Ini!"

  1. Informasi yang bagus sekali bu..

    ikut nambahin sedikit, kalau adopsinya mau lewat panti asuhan punya pemerintah syaratnya lebih rumit lagi..

    minimal udah lima tahun lebih menikah, nanti dicek juga kemampuan finansial ortu juga, soalnya buat masa depan anak kira2 kalau diadopsi kehidupannya bakalan terjamin apa nggak... Dan biasanya harus antri masuk daftar tunggu, soalnya yang daftar mau adopsi juga banyak.

    ini pengalaman saya diceritain sama temen saya, masih banyak syarat lainnya juga sih, tapi poinnya itu tadi 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ulasan tambahannya Pak Edot.

      Mantap ya, persyaratan adopsi anak dari panti asuhan. Gak apa2 rumit. Untuk kedepannya tak ada masalah.

      Mari kita doakan somoga saudara kita yang sedang dalam daftar tunggu memdapat apa yang mereka idamkan.

      Selamat pagi. Terima kasih atensinya.

      Hapus
  2. Maantap sungguh nasehatnya
    Keren bunda bermanfaat

    BalasHapus
  3. Amin, anand Nita. Terima kasih telah singgah. Selamat beraktivitas

    BalasHapus
  4. Terimakasih untuk informasinya, Bu Nur😊🤝

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, Mas Warkasa. Terima kasih juga telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
  5. memang harus diperhatikan betul ya bund ketika pasutri akan mengangkat anak, mudah mudahan kawan kita yang sedang dalam penantian dan berencana adopsi diberikan jodoh ketemu anaknya yang pas dengan kemauan mereka dan lagi mereka pun sanggup menghidupi serta memberikan pendidikan ke anak dengan mulus, amin.. dahulu kala aku punya cerita pak guru sdku juga belum dapat momongan akhirnya mengangkat anak tapi sudah usia SD...jadi ga terlampau telat menyekolahkan atau membersamai si anak karena pak guruku ini juga uda usia sekitar 40 tahunan sih begitupula dengan istri beliau...hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ulasan tambahannya, ananda Nita. Usia 40 -an belum telat ngadopsi anak. Yang sedih itu pasangan medekati 60-an. Kasian di tempat bunda ada 2. 1 yang sudah meninggal. Satu lagi anaknya baru 1,5 th. Si bapak hampir 60. Emaknya 50-an. Duh, kasian. Sekarang lagi bikin rumah baru buat si anak gadis. Mereka telat ngadopsi gara2 mengharap keponakan . heh ternyata hubungan keluarga kurang baik2 saja. Jangankan ngambil anaknya. Hubungan keluarga malah memburuk. Padahal dulu mereka merantau ke Malaysia. Kesempatan ngadopsi anak. Bawa pulang. Gak ada yang tahu dia anak adopsi. He he ... Tapi ya, itu tadi mereka terlalu mengharap keponakan sendiri. Akhirnya kecuri tua. Waduh kepanjangan....

      Hapus
  6. Terima kasih, Nek atas ulasannya. Ada banyak pertimbangan ternyata ya Nek. Juga nanti ketika besar, dari sisi mahram . Hehe
    Salam Nek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sisi mahram malah semakin rumit. Setelah mereka dewasa, menyangkut batal wuduk kalau kulit anak angkat berwanan jenis dan sebagainya. Tapj itu bisa diatur belakangan. Yang penting sebelum eksekusi pertimbangkan dulu hal di atas. Selamat siang, cucunda Ozy.

      Hapus
  7. setuju deh poin poinnya....

    Thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat malam dari tanah air Mas Tanza. Salam sehat dari jauh..Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  8. Terus terang sya ndak berani koment kalau masalah adopsi anak ini Bu.. sensitif sekali soalnya ya. Saya sendiri punya prinsip tidak ingin mengadopsi anak. Biarlah nanti yang merawat sya adalah para keponakan..aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda Maria. Maaf ananda. Adopsi anak itu adalah pilihan. Boleh iya boleh tidak. Sebaiknya memang dirawat keluarga (keponakan sendiri). Selamat malam. Terima kasih telah singgah. Salam sehat selalu.

      Hapus
  9. Setahu saya kalau mengadopsi anak di Indonesia atau di luar negeri itu syaratnya banyak dan cukup ribet. Calon orang tua dicek kesiapan baik mental maupun finansial untuk mengasuh anak. Tapi kenapa ya kalau pasutri yang berencana punya anak nggak ada tes-tes kayak gitu? Kadang baca berita ortu kandung lebih tsadis kelakuannya daripada ortu angkat. Hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul ananda Imawati. Tema ini, yang dibahas baru saran yang diperlu dipertimbangkan. Belum masuk ke syarat2 adopsi. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  10. Beberapa waktu lalu, sempat ada wacana famili saya mau adopsi anak.
    soalnya udah nikah sekitar 10 thn, blm ada rezeki anak kandung.
    Tapiii, begitu baca syarat dll-nya, kayaknya jadi ragu lagiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Laksanakn aja, ananda Nurul. Penuhi semua persaratannya supaya aman. Mumpung masih muda. Jangan seperti pengalaman 2 tetangga saya. Ngadopsi anak di usia senja. Setelah orang tua asuhnya meninggal, anaknya masih kecil. Harta yang sudah diwariskan kacau balau. Kasian si anak.

      Pada tema ini, yang dibahas baru saran yang diperlu dipertimbangkan. Belum masuk ke syarat2 adopsi.

      Hapus
  11. Wah sedih ya bu kalau kit aga merhatiin usia, walaupun ya ajal g ada yang tau kapan. setidaknya kita berusaha. Nah, ternyata banyak faktor yang harus diperhatikan sebelum adopsi anak ya bu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat sedih, ananda Shafira. Yang menyedihkan, setelah ayah dan ibu angkatnya meninggal, harta jadi kacau balau. Administrasi dari pengadilan kayaknya tak berarti. Semus dilanggar oleh keluarga orang tua angkatnya. Selamat sore. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  12. Ternyata ada sederet persyaratan ya jika ingin adopsi anak terutama usia dan kemampuan finansial calon ortu angkat, tapi lepas dari semua itu, kesiapan mental calon orangtua angkat juga harus dipertimbangkan agar anak adopsi tidak hanya mendapat jaminan pendidikan dan kehidupan tapi juga kasih sayang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda. Ini baru hal yang harus dipertimbangkan. Belum termasuk persyaratannya. Selamat sore ananda Mutia. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  13. Adopsi anak memang tidak bisa sembarangan, karena hubungan itu akan terus berlangsung hingga dewasa. Jadi sebagai calon orang tua, kita harus benar2 memperhatikan beberapa hal seperti yang bu Nur sampaikan di atas. Termasuk nanti ketika anak sudah dewasa, orang tua angkat harus jujur dengan status anak karena akan berpengaruh terhadap masa depannya kelak. Terima kasih atas sharingnya semoga sehat selalu ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, ananda Ulfah. Tapi dipedesaan, yang terakhir tak bisa ditutupi bahwa si anak itu diadopsi. Sebab, banyak mulut yang suka usil. Kadang. Yang susah dilacak siapa orangtua dia yang sebenarnya. Selamat sore. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  14. Mengadopsi anak nih urusannya berat. Tapi seperti nya kebanyakan di masyarakat, mengambil anak seringnya dari saudara sendiri. Tetanggaku ada yg istri ambil keponakannya, yg suami ambil keponakan juga. Hamdalah, anaknya jadi rukun sekarang 🥰

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hebat, suatu tindakan yang adil. Kapan perlu, ambil yang berlainan jenis. Setelah dewasa nikahkan saja. Selamat sore, ananda Rani. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  15. Ternyata itulah pentingnya ya ada batas umur orangtua mengadopsi anak. Jangan keburu kepengen aja, pikirkan anak misalnya kita dipanggil Yang Maha Kuasa, anak akan ditanggung siapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini yang melanda kenalan saya. Setelah kedua orang tua angkatnya meninggal, semua wasiat dilanggar oleh oknum tak bertanggung jawab. Administrasi dan keputusan pengadilan seolah batal. Harta kacau. Dia Orang kaya. Selamat sore, ananda Andina. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  16. Berat ujiannya memang yaa, Bun..
    Kalau dihadapkan masalah belum bisa memiliki momongan.
    Semoga Allag mudahkan.

    Tapi mengadopsi anak ini juga ada kaitannya dengan mahram. Kalau perempuan, sama Ayahnya bukan mahram. Kalau laki-laki, sama Ibunya bukan mahram.

    Rada ribet juga yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bila bersentuhan bisa membatalkan wuduk ya. Ada peristiwa orang tua angkat menjadi wali nikah anak angkatnya. Karena mereka tidak ngerti agama. Selamat sore, ananda Lend. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  17. Harus siap mental dan dana sudah pasti ya karena yang aku alami mengadopsi anak itu ujiannya berat. Dan ujian itu bisa apa saja. Macam-macam. Semoga tetap istiqomah dan minta selalu diberi kesabaran kepada Allah swt. Bahwa tujuan kita baik untuk melakukan hal tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaallah. Ananda Atin mengalami sendiri ya. Doa selamat kita panjatkan kepada Allah. Semoga kita semua diberikan kesehatan. Si kecil cepat besar, cerdas. Pintar di sekolah dan mengaji. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  18. Persoalan anak angkat ini memang pelik ya, Bu. Tapi pernah dengar bahwa pahala mengangkat anak itu besar sekali, hanya memang ujiannya juga tidak kalah hebat. hehe.

    Terima kasih insightnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Ujiannya memang berat. Ada pula anak angkat dimarahi terus oleh ibu angkatnya. Kasian, dicubit. Dan ... Duh kasian. Mungkin ini salah termasuk ujian juga. Terima kasih telah singgah, ananda Rella. Selamat malam. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  19. Ada kalanya adopsi anak jadi solusi buat pasangan yang sudah lama menikah tapi belum punya keturunan atau ada anak yang ditelantarkan. Memang semua bergantung kedua pasangan juga. Setuju sih dengan empat pertimbangan di atas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, ananda Lia. Bagusnya, ngadosi itu ngambil anak telantar. Seperti yang dibuang orang tua nya di tong sampah itu. Pahalanya juga besar. Selamat malam. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  20. keputusan mengadopsi anak nggak mudah ya bu.
    banyak hal yang harus dipersiapkan
    pastinya harus kompak antara suami dan istri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, ananda. Supaya tidak jadi masalah di kemudian hari. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  21. Anak saya termasuk yg sedang menanti malaikat nih Bunda. Belum ngobrol lebih jauh bersama keluarga, mau adopsi atau gimana. Mengalir saja dahulu...
    Terima kasih artikelnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga yang ditunggu-tunggu cepat datang, ananda Hani. Selamat sore. Terima kasih telah singgah. Doa sehat selalu.

      Hapus
  22. Kritis sekali pertimbangan nya mendetail ya kak kita ga hanya melihat saat ini senang adopsi tapi jg pertimbangkan dimasa depan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Banyak terjadi. Setelah mengadopsi anak, masalah timbul di kemudian hari. Ini baru tahap persiapan. Belum menyangkut persyaratan. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore

      Hapus
  23. Hemat saya, baik itu menjadi orang tua kandung maupun angkat, sebelum berniat untuk memiliki anak, semua orang tua wajib mempertimbangkan banyak hal, bukan sekadar keinginan dari dua belah pihak saja.

    Bagaimanapun juga, nanti anak pula yang merasakan akibat dari segala keputusan kita. Jadi, penting sifatnya untuk berhati-hati dalam membuat keputusan sebelum memiliki anak.

    Terima kasih untuk tulisannya yang sangat komplet, Bu, pengetahuan saya makin terbuka soal mengadopsi anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah mengapresiasi, Bunda Is. Melalui tulisan kita bisa saling membuka wawasan. Selamat Idul Adha untuk keluarga di sana ya.

      Hapus