Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saya Menjalani Isolasi Mandiri dan Masih Banyak yang Ngeyel

Uncategorized

Ilustrasi Isolasi mandiri covid 19. (Photo by Erik Mclean on Unsplash, liputan6.com)

Berbicara masalah isolasi mandiri, yang terbayang di benak Anda pasti "terpapar Covid 19". Anda benar. Kisahnya berawal dari sepuluh hari lalu suami saya menderita batuk pileks, disertai demam.

Setelah minum obat dari salah satu nakes  (tetangga), demamnya sembuh. Tetapi sampai sekarang  batuknya belum hilang. Meskipun durasinya jauh berkurang. Paling satu kali rentang satu  jam.

Selang beberapa hari, pasnya tanggal 24 Juli, saya yang kebagian. Gejalanya persis sama. Pertama dalam kerongkongan serasa ada yang mengganjal seperti debu kering.  

Disusul batuk, badan meriang, dingin agak menggigil, tidur seharian berlanjut malam, sering buang air kecil, dan 2 hari belakangan plus hidung mengeluarkan  lendir bening. 

Indra penciuman tidak berfungsi

Awalnya kasus tersebut bisa berdamai dengan 2 butir pil inza. Hari ke 2 dan seterusnya,  tubuh saya tak bisa lagi diajak kompromi. Kepala nyut-nyutan.

Untuk memastikan penyebabnya saya  cari tahu tentang gejala covid 19. Delapan puluh parsen mirip. Meskipun tergolong ringan. Salah satunya indra pencium saya dan suami  tak berfungsi.  Khawatir orang lain tertular, tanpa menunggu ditest  apapun, diam-diam kami langsung mengisolasi diri. 

Lah, kok pakai diam-diam?  Ya kondisi di lingkungan saya memang begitu. Kalau mereka tahu  ada warga yang menjalani  isolasi tersebab covid, yang bersangkutan akan dikucil oleh masyarakat.

Jadi, seberapapun  banyaknya individu yang mengidap demam dengan geja-gejala mengkhawatirkan, mereka dan keluarganya lebih suka mengahadapinya sendiri.

Membeberkan pengakuan

Sekarang saya sengaja membeberkan kasus tersebut pada siapa saja yang membaca artikel ini. Saya yakin, di lingkaran saya, saya adalah orang pertama yang berani memberi pengakuan tentang hal yang dianggap aib oleh sebagian masyarakat  ini.

Saya siap dengan segala risiko. Tak takut dikucil, siap dicuekin, dan tak khawatir ditinggalkan dalam pergaulan. Walaupun saya belum syah positif atau negatif. Kerena belum menjalani test  apun. Bukankah sakit dan sehat itu atas kehendak Allah. Manusia hanya berusaha supaya tetap sehat.

Sebelumnya, saya melakukan hal serupa ke  grup-grup WA,  bahwa  saya sudah divaksin.  Sempat juga agak diejek. Dengan alasan bla-bla ....

Ya sudah, terserah orang mau bilang apa.  Tak terbayang  andaikan saya belum divaksin, mungkin simtom yang diterima oleh tubuh saya  lebih parah daripada sekarang ini.

Setelah ngonsumsi obat-obatan dan vitamin plus ramuan herbal (teh daun sungkai) kiriman dari anak yang jauh di rantau,  kini kondisi kami mulai membaik. Insyallah tetap di rumah aja selama seminggiu ke depan. Kembalilah nenek dan kakek jadi pengantin baru.  Ahay ....!  Belanja makanan dan keperluan masak dikirimi.

Kenapa Tidak ditest terlebih dahulu kemudaian isoman?

Sekilas terkesan nenek ini sok pintar. Sebelum dinyatakan positif oleh pihak berwenang langsung  bertindak sendiri. Saya berpikir, andaikan setelah menjalani sweb ternyata hasilnya positif, dan harus dikarantina di tempat yang disediakan oleh pemerintah,  mungkin sangat merepotkan.

Seperti pernah saya paparkan di sini, 44 nakes Rumah Sakit Daerah Mayjen AH. Talib Sungai Penuh  terpapar covid 19.  Mereka menolak dikarantina di rumah. Takut anak dan anggota keluarganya tertular.

Sementara masyarakat umum yang terpapar dan bergejala  jumlahnya ratusan orang. Sedangkan konon kabarnya  ruangan yang  tersedia untuk pasien Covid 19 cuman 20-an kamar. Wah, kalau saya dan suami ikut meramaikannya, paling dapat tempat di selasar. Lagi pula saya hanya mengalami gejala ringan.

Masih banyak yang ngeyel

Maaf sedikit  melenceng. Cuman informasi tambahan.  Barusan saya ditelepon adek ipar dari kampung halaman. Katanya  di sana lagi musim orang demam.  Gejalanya hampir sama dengan yang saya alami. Malah lebih parah.

Sebab menurut keluarga yang saya hubungi, sebagian besar rakyat di kampung saya menolak divaksin.

Saya yakin kalau dites pasti ada yang positif. Tapi, mereka masih ngeyel, kurang percaya dengan hal-hal seperti ini. Terlebih kelompok yang telah terlanjur diracuni informasi hoaks.

Ketika sanak keluarga disarankan supaya mengikuti vaksinasi, 100% mereka menjawab, “Kami  di kampung tidak mau divaksin, Uni, Bu, Nek. Banyak orang mati setelah divaksin. Badannya bengkak, matanya cekung, dan lain sebagainya.”

Apabila dinasihati  supaya setiap keluar rumah harus pakai masker, apa kata mereka, “Di sini tidak ada corona.” Allaahuakbar. “Ya, terserah kalian.”

Terakhir, selaku orang awam saya merasa masalah perkembangan covid 19 di Kerinci ini  minim informasi. Demikian curhatan ke dua ini saya tulis apa adanya. Mari kita doakan agar pandemi ini cepat musnah dari muka bumi. Semoga bermanfaat.

Baca juga: 

****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

30 komentar untuk "Saya Menjalani Isolasi Mandiri dan Masih Banyak yang Ngeyel"

  1. Betul sekali Bu haji, memang masih banyak orang yang ngeyel bahkan tidak percaya bahwa korona itu ada, katanya konspirasi Wahyudi sama mamarika.

    Disini juga ada, katanya jangan mau divaksin, nanti malah mati, udah banyak buktinya, katanya ratusan orang sudah mati karena vaksin korona, saya cuma geleng-geleng kepala saja.

    Semoga lekas sembuh ya Bu.😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Mas Agus. boleh jadi itu isu ditiupkan oleh oknum yang tidak senang pada program pemerintah. Bahasa lugasnya lawan politik.

      Hapus
  2. Banyak yang memanfaatkan jadinya, tetapi memang saat kita kena covid, seolah-olah mereka melihat hantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Orang biasanya ramah, nengok kita buang muka. Ha ha .... Saya bilang ke diri sendiri, terserah dia. Dia tak mengganngu, saya tak sakit hati.

      Hapus
  3. Adanya covid 19 ini memang menjadikan keresahan yang berlebih ada yang percaya ada yang tidak. Semua menjadi tumpang tindih. Tetapi meski begitu kita harus tetap bangkit dan semangat untuk menjaga kesehatan keluarga kita.

    Semoga lekas sembuh yaa bu Haji dan tetap semangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, terima kasih telah mengapresiasi, Mas Satria. Yang kurang percaya itu mjngkin mereka belum menerima informasi. Selamat siang. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  4. Terimakasih untuk artikel nya bu Nur..😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2Mas Warkasa. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  5. Cepet pulih bunda dan kakek...mbul juga tiep ada ga enak badan dikit otomatis langsung mengisomankan diri walau secara de facto ga tau soalnya blom tes hihi...tapi insyaAlloh cepet pulih ya bunda...amin ya Robbal alamin yang penting heppy supaya imun tubuh meningkat ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Insyaallah Happy, ananda Mbul. Supaya pandemi cepat berlalu dari muka bumi ini. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat selalu.

      Hapus
  6. Cepat pulih ya bunda??? Semoga kita semua diberikan kesehatan selalu sama tuhan agar kita bisa terus berkumpul bersama orang tercinta. Bulan, ini banyak banget bunda orang meninggal semoga aja kita dan orang tercinta kita diberikan kesehatan dan umur panjang supaya bisa merenda hidup lebih lama dan yang masih single bisa merasakan rasanya berumah tangga , rasanya minimang baby, dan yang sudah tua bisa rasakan nimang cucu dan menemani atau lihat cucunya menikah punya anak. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda Tari. Alhamdulillah, bunda sudah berangsur membaik. Cuman gejala ringan. Seperti flu biasa. Betul, ananda. Di sini juga banyak orang yang meninggal. terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  7. Sampai detik ini, aku masih sedih, kenapa sih masih banyak orang-orang yang meremehkan corona dan ada aja yang nggak percaya.
    Padahal, corona memang ada. Pemerintah tidak mungkin mengada-ada untuk membuat rakyatnya tidak tenang, tapi emang kondisinya begini, ya Bunda?

    Orang-orang di sekitarku saat ini juga banyak yang positif.

    Segera sembuh Bunda, semoga bisa kembali sharing hal-hal positif di blog ya, Bund.

    BalasHapus
  8. Amin ananda Einid. Terima kasih doa dan dukungannya. Alhamdulillah, bunda sudah baikan, udah mulai terasa apa yang dimakan. Jadi tersenyum. Kemarin sambal yang dimasak tak taresa garamnya. Eh ...., pagi ini sambal yang sama malah keasinan. Ya. Umumnya di kampung2 banyak orang yang tidak percaya adanya covid. Terserah mereka. Mengubah cara pikir orang lain tidak mudah. Selamat pagi.

    BalasHapus
  9. Saya juga baru selesai isoman bu, bahkan sebelum di swab pun sudah mengisolasi diri karena gejalanya sudah seperti covid, dan ternyata ketika di test memang positif. Semoga kita terus dapat menjaga kesehatan, dan juga banyak orang yang sadar dan tidak ngeyel serta tidak mengindahkan protokoler kesehatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih doanya, ananda Regen. doa yang sama juga untukmu di sana. Eh,rupanya tidak hanya di sini ketidakperyaan terhadap covid ini menjadi fenomena ya. Ya apa hendak dikata. kita tidak berdaya untuk mengubah cara pikir orang lain. Usaha kita hanya satu. Jaga kesehatan diri dan keluarga masing-masing. Terima kasih juga telah berkenan singgah. Selamat siang.

      Hapus
  10. Semoga kondisinya semakin membaik, bunda. Alhamdulillah bunda sudah divaksin, jadi gejalanya ringan saja. Saya pernah baca artikel dokter yang bilang hilangnya penciuman alias anosmia itu ternyata termasuk proteksi dari badan supaya virus gak membombardir organ-organ penting di dalam tubuh kita.

    Mertua dan ayah saya juga termasuk yang antivaks dan gak percaya adanya covid. Padahal anggota keluarga sudah banyak yang kena, bahkan ada yang meninggal. Sampai pusing jelasinnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "... hilangnya penciuman alias anosmia itu ternyata termasuk proteksi dari badan supaya virus gak membombardir organ-organ penting di dalam tubuh kita." Syukur alhamdulillah kalau begitu, ananda Naia. Terima kasih informasinya yang menyenangkan.

      Ternyata masyarakat kota juga ada yang anti vaksin dan tak percaya covid ya. yang penting ingatkan beliau (mertuamu) supaya tetap di rumah saja.

      Hapus
  11. alhamdulillah sudah divaksin....
    Insya Allah, kondisinya akan membaik....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Mas Tanza. Selamat berakhir pekan. Salam dari tanah air.

      Hapus
  12. Memang dibeberapa wilayah masih ada saja yg mengucilkan jika terpapar covid-19 kurang lebih juga karena terhasut hoax
    Semoga selalu sehat ya beserta keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih, Mbak Nurjana. Rupanya pola pikir orang Indonesia beda2 tipis ya, Mbak.

      Hapus
  13. Lekas pulih kembali ibuu, stay safe yaa bu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda Nabila. Selamat istirahat di akhir pekan.

      Hapus
  14. Balasan
    1. Terima kasih telah mengapresiasi, ananda Nita. Terima kasih juga telah singgah. Selamat pagi.

      Hapus
  15. Bu Nur, Alhamdulillah udah membaik ya, ini persis saya banget, hehehe.

    Saya juga bulan lalu isolasi mandiri, di kamar 😅
    Nggak swab dulu, males, hehehe.

    Alhamdulillah sih gejalanya ringan, yang bikin saya isolasi, karena penciuman saya menghilang.
    Jadinya ngendon di kamar, ada kali 3 mingguan lebih.

    Kangen banget mau peluk anak.

    Tapi kalau saya sebenarnya justru senang kalau ada tetangga yang tau, biar mereka jaga jarak kan ya.

    Soalnya di sini, ada juga beberapa yang malas pakai masker 😅

    BalasHapus
    Balasan

    1. "Tapi kalau saya sebenarnya justru senang kalau ada tetangga yang tau, biar mereka jaga jarak kan ya." >>>>.

      Saya juga berprinsip begitu, ananda Rey.

      Awalnya ada tetangga bilang saya melakukan kesalahan besar karena telah ngasih tahu orang2. Padahal belum dites positif atau negatif. "Natar keluarga Ibu dijauhi tetangga."

      Yang ke dua, kita berusaha mengedukasi masyarakat supaya mereka paham covid itu virus yang harus diwaspadai. Bukan menganggap mantan pengidapnya sebagai hantu yang harus dijauhi.

      Alhamdulillah, saat saya keluar rumah pertama kali sampai sekarang warga sekitar biasa2 saja. Meski masih ada yang terkesan jaga jarak.

      Dulu, ada orang sini setelah diisolasi kayak hampir stres. Dia mendapat perlakuan diskrinatif dari hampir semua warga . Salahnya dia menaggapinya dengan marah2.

      Terima kasih. Selamat pagi, ananda Rey. Sehat selau ya.

      Hapus
  16. Saya kira seiring banyaknya kampanye edukasi tentang C19 ini, orang makin aware dan melek kalau C19 itu bukan aib. Maksudnya ya oke lah jaga jarak, tapi nggak yang kaya mengucilkan gitu juga.

    Namun sepertinya saya salah. Ternyata, nggak semua orang melek C19 dan cara menyikapinya.

    Menurut saya lebih baik diperiksakan saja Bu Nur, at least confirmed tau itu memang C19 atau bukan.

    Above all, sehat-sehat selalu ya Bu Nur. Salam kenal.

    BalasHapus
  17. "Menurut saya lebih baik diperiksakan saja Bu Nur, at least confirmed tau itu memang C19 atau bukan." >>>tapi cucu saya yang orang puskesmas bilang, kalau sudah diisolasi (kami menjalaninya 20 hari), gak perlu dites. Walau dites ternyata masih positif dia tidak akan menular lagi.

    BalasHapus