Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bangga Kesuksesan Masa Lalu adalah Kekonyolan  

Ilustrasi: Kesuksesan Masa Lalu (Foto NURSINI RAIS)

Bangga dengan kesuksesan masa lalu adalah manusiawi.  Tetapi sikap tersebut dianggap konyol  jika dijadikan sebagai ajang pamer untuk menjalani kehidupan masa kini. 

Lain hulu lain parang, lain dahulu lain sekarang

Sebelumnya saya mengawali ulasan ini dengan 2 ilustrasi. Keduanya merupakan kisah fiktif yang dirangkai dari cerita nenek-nenek dahulu banget. Jika ada kesamaannya dengan fakta di lingkungan kalian, itu hanya kebetulan saja. 

1. Punya duit segoni, jadi tukang nebeng

Pak Pirli seorang pebisnis sukses pada zamannya. Sejak istrinya meninggal, usahanya bangkrut. 

Pak Pirli tak  bisa berfikir dan bertindak  waras untuk bangkit. Penampilannya masih parlente,  gaya bos,  dan ogah bekerja.  Padahal, peristiwanya telah berlangsung setengah abad lebih. Sudah punya anak cucu bersama istrinya yang baru. 

Pak Pirli  terlena mengingat kejayaan yang pernah direguknya. Dia masih butuh pengakuan bahwa dirinya adalah orang kaya. 

Meremehkan pencapaian orang lain adalah hobinya. “Uuh .... si Anu baru mampu membangun rumah, sombongnya selangit.  Sekarang orang terkaya di kampung ini belum ada yang punya duit sekarung, seperti  saya dahulu. Kemana-mana  saya dihormati. Berobat kerumah sakit  mendapat kamar VIP, dan bla, bla, bla .....” 

Pak Pirli juga berulang-ulang membual, bahwa orang pertama di kampungnya yang pernah naik pesawat terbang  adalah dirinya. Pokoknya di segi materi, rakyat sekampung tiada yang mampu melebihinya. 

2. Anak pejabat tak kunjung naik pangkat

Lain Pak Pirli, beda pula Anton bersaudara. Semasa  mereka kecil, ayahnya pegawai kantoran di salah satu instansi pemerintah  ibu kota provinsi. Jabatannya mentreng, punya banyak bawahan. 

Bagi masyarakat pedesaan, hal tersebut merupakan suatu keistimewaan luar biasa, tak dapat diraih oleh orang sembarangan. Tidak heran ayah Anton dianggap sebagai sosok disegani. 

Saat pulang  kampung,  di mata teman sebayanya  Anton bersaudara   “paling” dan “ter”. 

Setelah ayahnya pensiun, mereka pulang ke desa  sebagai masyarakat biasa. Tetapi dilihat dari sikap dan perkataannya, Anton bersaudara masih tetap seperti anak pejabat. 

Berbekal pendidikan alakadarnya (bukan sarjana),  Anton dan 4 saudaranya yang lain menjadi  PNS. Yaitu profesi  yang paling bergengsi di mata masyarakat pedesaan. 

Tahukanh kalian?  Dua darinya kurang patuh menjalani tugas dan perintah atasan. Mungkin mereka merasa masih berstatus anak pejabat, yang tak mau diatur sembarangan. 

Akhirnya, ada yang  sampai pensiun tak pernah naik pangkat. Sementara beberapa rekan seangkatannya sudah mengembangkan sayap ke  level yang lebih tinggi.  Melampaui  kedudukan yang pernah digenggam ayahanda  Anton pada zamannya.

Orang lain tak peduli dengan Kehebatan masa lalu anda

Menyimak ilustrasi di atas, banyak pembelajaran yang bisa kita petik.  Sikap Pak Pirli sering mendapat cibiran dari orang sekelilingnya.  Terlebih kondisi keluarganya yang sekarang  sangat tidak baik-baik saja.  Di segi ekonomi maupun pendidikan putra-putrinya jauh tercecer  di  belakang dibandingkan  anak-anak mereka  yang dahulunya pernah memburuh padanya.  

Orang lain tak peduli dengan kesuksesan masa lalu  anda.  Mereka  kagum jika kehidupan anda  kini lebih baik daripada sebelumnya. 

Ngapain ngaku-ngaku pernah jaya, kalau kondisimu kini tak lebih dari tukang nebeng.  Ngopi nebeng,  merokok nebeng, dan ketawa pun nebeng. Sebab, tak jarang lawan bicara anda menganggap apa yang anda omongin adalah lelucon. 

Begitu juga Anton bersaudara.  Bayang-bayang kesuksesan orang tuanya  merugikan diri sendiri. Bagaimana mau mempersiapkan masa depan buat anak-anakmu  kelak, jika nasib anda kini belum jelas ujung pangkalnya. 

Kompak untuk bangkit

Saya salut dengan Wita bukan nama sebenarnya. Pasca bangkrut, ayahnya  kabur dikejar utang.  Saat itu Ita dan 7 saudaranya masih kecil-kecil. Emaknya hanya ibu rumah tangga biasa. 

Tetapi mereka  kompak  bangkit melawan kondisi,  sanggup menderita  menyelesaikan pendidikan, walau sebatas SLP dan SLA.  Setelah 3 kakak perempuannya berumah tangga, tahun ke tahun keluarga mereka terus membaik. 

Akhirnya rata-rata mereka menjadi orang sukses. Ada yang bersuami pejabat, yang cowok jadi pedagang, pengasaha, meskipun tidak semua. Yang pasti dalam keluarga mereka tak ada lagi  penyandang status “ekonomi kurang mampu”. 

Penutup

Dalam hidup ini kita tidak hanya siap menjadi orang sukses.  Tetapi juga harus cerdas menghadapi kegagalan.  

Buang jauh – jauh sikap angkuh dan sombong. Belajarlah tulus menerima segala kondisi, dan banyak-banyaklah beristighfar. Kalau Tuhan mengizinkan,  hidup ini bukan sebentar.  Kini kita bersahabat dengan kegagalan, mungkin tahun depan berselimut kemewahan. Yang penting berusaha mencari jalan keluar dari kondisi yang serba sulit. 

Demikian artikel ini ditulis sekadar untuk renungan.  Tiada bermaksud menggurui, bukan pula mengejek kekurangan orang lain. Karena saya juga manusia biasa yang tak pernah luput dari cacat dan cela. Semoga bermanfaat.

Baca juga:  

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

25 komentar untuk "Bangga Kesuksesan Masa Lalu adalah Kekonyolan  "

  1. benar....
    hidup penuh liku dan naik turun...... terlena sedikit, maka kita ditelan jaman....
    # Cerita bermanfaat untuk kita renungi bersama....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang kasian, udah tenggelam, masih belum juga sadar bahwa ada langit di atas langit ya, Mas Tanza. Terima kasih telah singgah. Selamat sore dari tanah air.

      Hapus
  2. Betul banget bund..ga da yg kenyang dengan kesombongan,roda selalu berputar,saya mah belajar pura" ga denger kalo ketemu orang model begitu😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jumlah oknunya memang tidak banyak, ananda. Tapi kalau berdampingan dengan orang kek gini, bikin tak nyaman. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat buat keluarga di sana ya.

      Hapus
  3. Betul, jd inget sama anak bosnya suami suka petenteng dan setelah bapaknya gak ada pengaruhnya masih saja bergaya. Minta sama paksu untuk dioerkerjakan tapi gak lebih dari 4 bulan sudah paksu keluarkan karena masih bertingkah kayak priyayi, ga kbisa kerja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, cukup meresahkan ya, ananda. Maunya pribadi setipe ini dicuekin ajah. Padahal kita bersaha menerima dia apa adanya. Walau kadang menahan perasaan. Terima kasih telah singgah, salam sehat selalu dari jauh.

      Hapus
  4. Dalam hidup ini kita tidak hanya siap menjadi orang sukses. Tetapi juga harus cerdas menghadapi kegagalan.... . MAntappp setuju nek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum, ananda Fahrul. Keman ajah? Salam jumpa lagi ya. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  5. Tulisannya memberikan informasi yang sangat ngena eh. ngerasa kesindir meskipun dalam konteks yang berbeda. Tapi memang betul banget itu yang bikin kalah. tidak sadar diri ini sekarang seperti apa sehingga tidak tindakan tidak solutif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, Mas Rozak. Semoga
      ketersindirannya membawa hikmah yang berlipat ganda. Haha .....

      Hapus
  6. Setuju banget Bu, kesuksesan masa lalu yang dibanggakan itu sebenarnya nggak guna, kecuali memang sampai sekarang masih sukses hehehe.
    Tapi kalau untuk dijadikan pelajaran sih it's oke ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, ananda Rey. Bangga dalam arti positif tak masalah. Tapi sampai2 lalai dengan kehidupan masa kini, adalah sebuah kezaliman terhadap diri sendiri. terima kasih apresiasinya. Selamat istirahat.

      Hapus
  7. setuju sangat! even kehebatan kerajaan dahulu kala pun, ramai yang melupakannya. apatah lagi kita yang hanya orang biasa ini.

    pun begitu, saya juga kurang menggemari orang sekarang yang mempamerkan kehebatan dan kejayaan mereka yang pada saya, semua itu cuma bersifat sementara sahaja. kalau benar mereka berjaya, mereka seharusnya (mempamerkan) diam dan kemudian buktikan yang mereka lebih berjaya pada masa akan datang berbanding kejayaan pada hari ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka psmer kejayaan termaduk ria ya,dear Anis. Baik kejayaan masa lampau, masa kini, apalagi masa datang. Karena tiada seorang pun tahu apa yang terjadi pada dirinya kelak atau lusa. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat buat keluarga di sana ya.

      Hapus
  8. Pernah ada quote yg menurutku cocok Ama kondisi ini, 'orang yang terjebak di masa lalu, ga akan bisa hidup di masa depan '. Ntah siapa yg bikin pertamakali, tapi aku dengernya dari salah satu Drakor atau mungkin film Korea

    Dan menurutku bener. Kalo kita cuma terpaku Ama masa lalu, saat masih kaya, masih cantik, masih banyak digilai orang2, ga bakal maju hidupnya. Krn hidup itu masa kini dan masa depan. Ga usah liat2 lah apalagi ngebanggain yg sudah lewat. Cukup JD kenangan sesekali

    BalasHapus
  9. Cocok ananda Fanny. Apalagi yang dibanggakan masa emasnya orang tua. Sementara kehidupan sekarang kita jauh tercecer di belakang. Ah ...., malu2in. Terima kasih telah singgah, selamat malam, dan selamat istirahat.

    BalasHapus
  10. Yah, banyak sekali loh orang yang terjebak pada masa lalu dan tidak bisa bangkit kembali. Mereka seperti tenggelam dalam mimpi mimpi indah yang sebenarnya tidak nyata.

    Seseorang harus menyadari bahwa masa lalu hanyalah sejarah dan tidak berarti apa-apa di masa sekarang. Masa lalu tidak memastikan kehidupan indah di masa depan, tetapi kerja keras kita hari inilah yang menentukan.

    Tulisan yang bagus mbak sebagai perenungan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya, orang tak mau tahu kejayaanmu dulu. Yang penting kini kamu bisa beradaptasi dengan kondisi. Selaras dengan perkembangan zaman. Tidak tercecer jauh ke belakang ya, Mas. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
  11. Betul. Kita emang selalu bersiap-siap untuk menghadapi kesuksesan, tapi lupa bagaimana caranya menghadapi kegagalan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mereka juga lupa, semua ada awal dan akhirnya ya, Mbak Reskia. terima kasih telah singgah. Selamat malam. Maaf telat merespon.

      Hapus
  12. Salut pada bunda, artikelnya sangat bermanfaat dan menginspirasi. Pesan - pesannya menyentuh. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa hidup tidak stagnan tetapi dinamis, apa yang terjadi di depan sana kitalah yang menentukan sendiri. Terima kasih bun, sangat menginspirasi. salam hangat dari jauh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam hangat kembali, Pak Guru. "apa yang terjadi di depan sana kitalah yang menentukan sendiri." Nah ini dia. Narasi ini memperkuat kata orang bijak, masa depan kita ditetentukan oleh bagaimana kita menyikapi kehidupan zaman sekarang. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
    2. Masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah kenyataan, terima kasih atas petuahnya yang sangat bermanfaat bunda.

      Hapus
    3. Terima kasih kembali, ananda. Doa sukses untuk mu selalu.

      Hapus