Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cekcok Suami Istri? Jaga 6 Hal Ini Agar tak Larut jadi Kemelut!

Ilustrasi Cekcok Suami Istri (Foto Shutterstock, diadopsi dari cantika.com)

Dalam menjani bakhtera rumah tangga, cekcok antar suami istri bukan rahasia umum. Malahan kasus ini diklaim  sebagai bumbu perkawinan. Asal porsinya tidak berlebihan. Hingga tak layak untuk dikonsumsi.

Biasanya cekcok sering terjadi pada tahun-tahun awal pernikahan. Sebab pada masa-masa tersebut keduanya masih dalam tahap beradaptasi. Ada saja perbedaan yang tak jarang menimbulkan perdebatan. 

Tak heran,  ada pasangan muda yang memilih bubar. Padahal usia pernikahannya masih dalam hitungan bulan.  Semasa pacaran, mereka tampak mesra. Sering berduaan, seperti dunia milik berdua. 

Maaf, bukan mengklaim bahwa  setiap rumah tangga muda sering cekcok. Pasangan tua juga acap kali  tidak sepaham.  Termasuk saya. He he .... 

Cekcok boleh-boleh saja.  Asal bisa menyikapinya dengan bijak. Justru dengan bertengkar,  suami istri bisa  memahami karakter masing-masing.  

Bukan untuk mencari kalah menang, siapa yang menguasai dan dikuasai. Hingga salah satu pihak ada yang tertekan, pertengkaran pun berkobar menjadi kemelut berkepanjangan.  Apabila ada masalah, selesaikan secara dewasa. 

Agar  cekcok tidak berlarut menjadi kemelut, hindari 6  hal ini saat bertengkar. 

1. Tidak keluar rumah lebih dari 24 jam

Sebagaimana kita ketahui, rumah tangga ibarat  sebuah kapal sedang berlayar.  Suami sebagai nakhoda, istri kaptennya. Keduanya harus bekerja sama dan  bertanggung jawab atas keselamatan kapal dan  penumpangnya. 

Ketika cuaca baik, keduanya bisa tenang-tenang saja. Namun di saat badai datang menghantam,  nakhoda dan kapten harus mampu menjalin kerja sama untuk memperjuangkan  keselamatan kapal dan penumpangnya.   Apa jadinya jika salah satunya kabur meninggalkan kapal  yang nyaris karam?

Menghindar untuk beberapa jam ketika sedang cekcok  boleh-boleh saja. Sekalian mencari  pikiran dan hawa baru. Jika sudah lebih dari 24 jam, masalahnya akan lain. 

Banyak kok. Suami/istri yang cepat merajuk. Cekcok dikit  kabur berhari-hari, balik lagi, kabur lagi berbulan-bulan.  Lama-kelamaan pihak yang ditinggalkan  tak ambil pusing karena sudah jenuh. Ujung-ujungnya, rumah dimasuki  tamu baru. Rasain .... 

Makanya, saat cekcok,  usahakan tidak keluar dari rumah lebih dari 24 jam.  Bertengkar suami istri itu  merupakan rahasia rumah tangga. Kalau rahasia  sudah dibawa keluar,  lantas salah umbar, takutnya dipatuk ayam. 

2. Tidak cepat-cepat melapor ke  orangtua 

Memberi tahu konflik suami istri kepada orang ke 3, terutaman pada orang tua,  belum tentu menyelesaikan masalah. 

Syukur kalau orangtua tipe manusia berkepala dingin. Kalau sebaliknya,  justru menambah masalah baru. Orangtua mana yang rela anaknya disakiti. Terlebih jika riwayat pernikahan  si anak tidak direstui. 

Irham  bukan nama sebenarnya,  telah 23 tahun  menikah, punya anak 4. Yang pertama lulus SMA, Si  bungsu kelas 3 SD. Entah apa permasalahannya  pria 43 tahun itu pulang ke rumah orang tuanya. Istrinya berang. Meluas  ke perseteruan  antar keluarga. Dampaknya, banyak pihak yang tersakiti.

Perceraian tak bisa dihindari. Irham menikah dengan janda beranak  5. Mantannya pun dapat laki baru duda beranak 3.  

Eh..., belum genap satu tahun, kedua pasangan saling panas itu bercerai dengan suami/istri barunya masing-masing.  Kini  keduanya menyesali, bahwa rumah tangga  mereka hancur karena campur tangan orang ke tiga. Semuanya adalah buah dari kekeliruan Irham yang terlanjur melibatkan orang tua dan sanak keluarganya. 

3. Tidak mengungkit-ungkit kekurangan fisik  pasangan

Saya tertarik pada  ceramah Buya Zainal di pengajian ibu-ibu Nurul Haq beberapa minggu lalu. Menurut,  Ustad 30 tahun itu, sebelum berlanjut ke jenjang pernikahan, Islam menganjurkan agar calon pengantin mengetahui  kondisi  pria/wanita yang akan dinikahinya. Baik fisik maupun mental. Tak boleh ada yang ditutup-tutupi.

Jika salah satunya   terdeteksi punya kelainan/kekurangan,  lamaran bisa dibatalkan. Tujuannya agar tidak menjadi  problem di kemudian hari. Katakanlah kakinya yang pendek sebelah, mulutnya bauk, makannya banyak, tidurnya yang ngorok,  dan sebagainya

Syukur  kekurangan tersebut tidak dijadikan senjata untuk menyerang pasangannya saat cekcok.  

4. Tidak mengkait-kaitkan orang tua dan keturunan 

Membawa-bawa orangtua dan kejelekan keturunan saat cekcok suami istri, adalah tindakan yang  sangat menyakitkan bagi pihak yang dicaci.  “Pantasan kamu tuh begono begini ....  Emakmu keturungan bla ..., bla .... Untung kamu nikah dengan saya, kalau tidak, kamu seperti  bapakmu.”  

Duh ..., tak terbayang pedihnya hati pasangan. Terlebih jika korbannya kaum hawa yang sensitifitasnya lebih tinggi dibanding  kaum adam. 

Ngapain bawa-bawa emak bapak. Toh yang kita nikahi anaknya. Bukan ayah bundanya. 

5. Tidak royal mengucapkan kata cerai 

“Perbuatan halal yang dibenci Allah adalah perceraian (talak).” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah. Berangkat dari hadis tersebut hendaklah suami atau istri hati-hati. Tidak menggampang-gampangkan urusan talak.

Cekcok dikit, istri dengan lancangnya minta cerai. Emosi suami mendidih sampai ke ubun-ubun. Dampaknya, konflik semakin meruncing. 

6. Tidak  berkonfrontasi  terlalu lama

Sebagian pasangan, ketika perperangan pecah ributnya minta ampun. Tetapi konfrontasinya tidak lama-lama, kemudian baikan lagi. Ada juga yang cekcoknya hanya di lingkaran mereka berdua saja, ayam di kandang pun tiada tahu. Tetapi  merajuknya lama. 

Biasanya yang kedua ini suka main perang dingin. Berhari-hari, berminggu-minggu  tidak bertegur sapa. Mending masalah yang diperkarakan ringan. Kalau lumayan berat, kadang-kadang berujung pisah ranjang, lama-lama pisah rumah. Kasus seperti ini tak bisa dianggap sepele. 

Jangan biarkan rumah tangga anda dirusak oleh ego pribadi, saling dingin dan tak mau menyapa demi gengsi.  Cobalah lakukan komunikasi terbuka. Lakukan dalam kondisi tenang. Hal-hal apa saja yang tidak anda sukai dari pasangan. 

Apabila upaya tersebut  tidak membuahkan hasil, mintalah bantuan orang ke tiga, dalam hal ini orangtua atau orang yang bisa dipercaya.  Atau ahli penasehat perkawinan. Dalam kondisi ini, tentu poin nomor 2 harus dikesampingkan. 

Demikian 6 hal penting yang harus dijaga saat cekcok suami istri agar pertengkaran tidak berkobar menjadi kemelut. Sebenarnya banyak hal lain yang harus dihindari saat suami istribertengkar. Namun untuk sementara, dibatasi hingga dulu. Terima kasih

Baca juga:  

***** 

Penulis,
Hj. Nursini Rais
di Jambi, Kerinci

21 komentar untuk "Cekcok Suami Istri? Jaga 6 Hal Ini Agar tak Larut jadi Kemelut! "

  1. Wah bunda membaca ini, sepertinya harus mengambil ruang sepi, jauh dari hiruk pikuk. Melihat dan menimbang, apakah ananda sudah jadi tiang penyanggah yang melindungi. Pertanyaan yang harus dijawab setelah tuntas reflektif membaca petuah bunda tercinta. Kutinggalkan jejak untuk kembali bunda karena tulisan macam ini rasanya tidak bisa dibaca dengan teknik scanning / memindai. Harus dengan suasana khusus bunda hehhe, terima kasih sudah diingatkan kepada kami hal hal macam ini bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Bunda gak tau harus menjawab apa nih. Jejakmu melebihi kehadiranmu ananda Martin. Terima kasih telah mengapresiasi. Maaf telat merespon. Hari ini seharian ikut si kakek suami ke kebun. Sekalian liat situasi di posko penyelamatan korban jatuhnya helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi, hari Minggu lalu. Kebetulan lokasinya satu kecamatan dengan kebun bunda. terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
  2. Luar biasa Bu postingannya. Terlihat sekali berpengalaman dalam hal ini.
    Mungkin postingan ini bisa jadi bekal saya nanti.
    Mempertahankan sesuatu syarat dengan kesabaran ya. Dan kudu hati-hati saat bertindak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kira2nya ya, begitu, ananda. Karena opini ini sebagiannya belajar dari apa yang pernah dilihat dan dialami sendiri. Mudah2an, bermanfaat. Syukur jika bisa dijadikan pedoman bagi kaula muda yang belum berumah tangga. Terima kasih apresiasinya. Selamat malam. Maaf telat merespon. Hari ini seharian ikut si kakek suami ke kebun. Sekalian liat situasi di posko penyelamatan korban jatuhnya helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi, hari Minggu lalu. Kebetulan lokasinya satu kecamatan dengan kebun bunda. terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
    2. Boleh dong bu, buatkan postingan tentang kabar awal saat helikopter jatuh, sampai kabar terbaru keadaan di sana.

      Hapus
    3. Sekarang udah berhasil dievakuasi semuanya, setelah terjebak di hutan belantara yang tak pernah dijamah manusia selama 3 hari 2 malam.

      Hapus
  3. Bener si bund..kadang yg sepele jadi besar...egois...gampang sensi..sering campur tangan dan sebagainya kadang malah jadi racun dalam rumah tangga kalo ga kuat".makasih bund sudah dikasih pencerahan🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, ananda. Semoga bermanfaat. Maaf telat merespon. Hari ini seharian ikut si kakek suami ke kebun. Sekalian liat situasi di posko penyelamatan korban jatuhnya helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi, hari Minggu lalu. Kebetulan lokasinya satu kecamatan dengan kebun bunda. terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Sama2, ananda. Terima kasih juga telah singgah.

      Hapus
  5. Memang banyak hal2 yang bisa membuat keretakan dalam rumah tangga, baik dari orang dalam maupun luar. Akan tetapi kehidupan rumah tangga orang yang berbeda-beda maka dari itu tak jarang juga orang yang sering kebablasan hingga jadi KDRT parah.

    Dan semoga panduan diatas bisa jadi contoh buat orang yang akan menikah maupun yang sudah lama menikah.😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Mas Satria. Terima kasih telah mengapresiasi. Kalau penyebab keretakan dari dalam masih bisa dicari solusi. Jika sudah meluber ke luar rumah, sangat susah obatnya dicari. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
  6. Terima kasih tips nya Bu Nur. Nasehat dari Bu Nur memang luar biasa. Salam sehat Bu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Pak Eko. Semoga bermanfaat. Terima kasih telah singgah. Selamat malam

      Hapus
  7. kalau tidak salah ingat, mengucapkan kata CERAI berarti sudah jatuh talak.... apakah benar?

    Thank you for sharing.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin iya, mungkin juga tidak, Mas Tanza. Tergantung konteknya. Selamat malam. Terima kasih telah singgah

      Hapus
  8. bener mba saya paling sering ditanya istri kalo jam pulang belum juga pulang....pasti di tanya lagi dimana? ternyata istri sebenarnya perhatian dan menghawatirkan saya....tapi kadang sayanya sebel kayak di awasi...nah dari situ kadang muncul perdebatan...yang kalo ga saling ngerti bisa jadi kemelut...hehehe tapi untungnya saya bisa jelasin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, disitulah kelebihan suami (laki2) dibandingkan istri. Bijak dalam bersikap. Terima kasih telah singgah, ananda.

      Hapus
  9. perkawenan adalah projek usahasama, kalo suami salah, isteri juga salah, dua2 salah., huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Wak. Mana mungkin bertepuk sebelah tangan. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore dari negeri seberang.

      Hapus