Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Trik Anti Ekstrim: Menyikapi Teman yang Tidak Mengakui Kelebihan Orang Lain

Ilustrasi Menyikapi Teman yang Tidak Mengakui Kelebihan Orang Lain (dokpri)

“Salah satu ciri manusia normal itu, mengakui kelebihan orang lain, menerima kelemahan diri sendiri.” 

Cuplikan kalimat bijak di atas ditulis oleh Kepala Sekolah tempat saya pernah mengajar, 40  puluhan tahun lalu. Namun masih berkesan di hati. 

Sulitnya  Menerima Kelebihan Orang Lain

Terlepas dari normal tidaknya jiwa seseorang, menerima kelebihan orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri itu adalah pilihan tersulit. Namun gampang dilakukan oleh orang yang ikhlas. Ini adalah fakta. 

Tak mau mengakui kelebihan orang lain meruapakan penyakit hati yang melekat pada orang sombong.  Oknum begini tidak siap menerima kebenaran yang datang dari pihak lain. Dia merasa dirinya lah paling hebat dan benar. 

Kalau ada rekan atau tetangganya maju selangkah daripada dia, ada saja komen tak sedap keluar dari mulutnya.  “Rumahnya besar dan megah, dia dapat pinjaman dari Bank. Tengok saya. Biar tinggal di gubuk, yang penting tidak ngutang.” 

 “Pantasan anaknya lulus, masuk perguruan tinggi negeri, karena ada orang dalam.  Karena nilainya direkayasa, karena nyogok. Dan seterus ... dan seterusnya.   

Menggerogoti Semua Kalangan

Sifat tidak siap menerima kelebihan orang lain bisa melekat pada siapa saja. Tua muda, pria wanita, orang biasa, mahasiswa sampai ke dosen. Meskipun jumlahnya tidak banyak. 

Oknum dosen tipe ini, sering bersikap kurang enak diterima. Tatkala ada salah satu mahasiswa melontarkan ide, dengan arogan dia mematahkannya. 

Ciri-ciri manusia yang enggan menerima keunggulan orang lain itu dapat  dikenal dengan mudah. Di antaranya. 

1. Merasa  superioritas 

Oknum ini selalu merasa super. Dia  ingin menjaga image di mata masyarakat bahwa dirinya  terbaik  dalam segala hal.

2. Tidak mampu menerima kritik

Pribadi yang tidak mau mengakui keunggulan orang lain itu  menganggap kritik dapat mengancam harga dirinya. Ini adalah upaya dia untuk melindungi diri agar dirinya  tetap dianggap  paling unggul di antara yang unggul. 

3. Sikap kompetitif yang berlebihan 

Karena ketikanyamanannya dengan keunggulan orang lain, dia memandang segala sesuatu sebagai perlombaan, menganganggap orang lain adalah pesaing yang harus dikalahkan. 

4. Kurang percaya diri

Orang yang tidak mau mengakui keunggulan orang lain itu mungkin merasa tidak cukup baik untuk memenangkan persaingan dalam merebut pengakuan sebagai sosok yang unggul. 

Berteman dengan orang yang tak mau mengakui kelebihan orang lain ini butuh kesabaran tingkat tinggi.  Salah-salah bisa menimbulkan konflik. Kalau mau pilih aman, mungkin trik anti ekstrim berikut ini bisa dicoba. 

1. Jaga emosi 

Setiapkali mereka menunjukkan sikap ketidakmengakuannyanya, hadapi dengan sabar. Tetaplah tenang jangan terpancing emosi. Apalagi sampai frustasi. Berpikirlah jernih. 

2. Buktikan keunggulamu 

Yakinkan dia dengan fakta yang tidak dapat disangkal. Misalnya, jika kalian dituding lulus  masuk perguruan tinggi negeri karena didongkrak orang dalam, buktikan di bangku kuliah kalian tetap unggul dan  berprestasi. Usahakan lebih menonjol.

3. Beri contoh dengan prilaku sendiri 

Kalian bisa memengaruhi oknum ini dengan bersikap mengakui, menghargai, prestasi dan kelebihan dirinya sendiri. Praktikkan tindakan  tersebut padanya, setiap kalian menyaksikan dia  menunjukkan keunggulannya. Katakan padanya bahwa sifat tersebut  adalah positif dan bermanfaat. Sebab contoh yang baik dapat menginspirasi orang lain untuk berubah. 

4. Fokus pada pengembangan diri

Mendapat pengakuan dari orang lain itu menyenangkan. Tetapi ingat, kesuksesan dan kelebihan kita tidak bergantung pada persetujuan pihak luar. Tetapi atas hasil kerja keras kalian sendiri. Oleh sebab itu tetaplah  fokus pada pengembangan diri. 

Penutup

Terakhir saya ingin berbagi cerita: Saya punya teman inisial RJ.  Pak Guru 50 tahun ini sering bercerita kalau dia punya teman emak-emak  yang suka membangga diri. Tak pernah mengakui keunggulan orang lain.  Semua yang dia miliki “okey punya.” 

Setiap dia bertutur tentang barang dia beli, selalu memuji-muji mutu, brand,  plus nilai rupiahnya. 

Saya langsung merespon. ‘Subhanallah. Kamu tuh ketipu.  Dua hari lalu  saya belinya di agen resmi, orijinal, buatannya lebih bagus dan halus daripada ini, 30 persen lebih irit. Yang kayak gini keluaran lama. Dulu cuman sekian rupiah.’ Bantahan itu saya sampaikan dengan datar, jauh dari nada ngejek.” 

Ketika si emak-emak itu  membanggakan nilai Bahasa Inggris anaknya tertinggi di kelas, Saya kasih dia iformasi, “Anak tetangga saya kelas 4 SD, udah  lancar bahasa Inggris. Saya salut padanya. Padahal dia anak petani miskin.” RJ tertawa .... “Akhirnya, dengan saya dia tak berani nyombong,” katanya.

Trik ini lumayan manjur. Tetapi terlalu ekstrim. Mending yang diprotes berlapang dada. Kalau dia marah, repot juga. 

Bagi saya pribadi, jika ada teman punya kebiasaan tidak mau mengakui keunggulan orang  lain dan merasa menang sendiri, saya cendrung menghindar, alias berkomunikasi alakadanya saja. 

Mungkin sikap saya salah. Sebab sangat tidak elok, kalau kita kabur dari medan perang, yang dalam hal ini perang membebaskan teman dari sifat yang tidak sesuai dengan tatanan, tuntunan Islam dan etika sosial. 

Demikian 3  trik anti ekstrim menyikapi teman yang tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Mohon maaf, ulasan ini hanya sekadar opini, tidak bermaksud menyerang pribadi tertentu.  Perlu juga dipahami, tidak semua sifat negatif ini melekat pada penderitanya. Tergantung sebarapa tingkat keparahannya. Semoga bermanfaat.

Baca juga:  

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
________________

Referensi: Chat GPT  

22 komentar untuk "4 Trik Anti Ekstrim: Menyikapi Teman yang Tidak Mengakui Kelebihan Orang Lain"

  1. Malam bunda...Sayapun kalau ketemu orang modelnya begitu lebih pilih pergi bund .dari pada di ladenin kitanya mlahn ribut ..bukan nya mau kabur..males saja berhubungan dengan yg model gitu..menghindari konflik aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya orang tipe begini kurang disenangi teman ya, ananda. Parahnya, dia tak mau berubah sampai tua. Terima kasih telah singgah. Selamat istirahat.

      Hapus
  2. Trik yang super keren
    Semoga saya tak termasuk orang yang punya penyakit hati seperti itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam

      Hapus
  3. saya kalau jumpa orang sebegini, saya rasa better saya diam sahaja. baik tua atau muda

    BalasHapus
  4. Biasanya orang yang suka irian gak mau akui kelebihan orang. Makash tipsnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Irian plus sombongan ya, Mbak Tira. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  5. saya better untuk diam atau pergi menjauh sahaja....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cari aman memang sebaiknya begitu ya, Mas Adi. Terima kasih telah singgah. Amin malam.

      Hapus
  6. Yaa begitulah penyakit hati. Butuh niat dan perjuangan untuk menyebuhkannya.
    Ya ga usah digubris orang macam itu, soalnya ga bakal berubah. Lebih tmbaik terus mengembangkan diri sendiri ke arah yang lebih baik. Ga perlu terlibat dalam adu argumen dengan orang seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, Mas Rivai. Sebab karakter seseorang tak akan bisa diubah oleh siapapun, kecuali oleh dirinya sendiri terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.

      Hapus
  7. jadi, untuk melawan orang sombong adalah dengan kesombongan juga ya bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Tergantung, Mas. Pilih yang mana, terserah. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.

      Hapus
  8. Thanks Nek atas trik anti ekstrimnya.. pokonya yg terpenting akui saja kelebihan orang lain dan terima kekurangan diri sendiri 😅🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau begitu, pasti dunia ini aman ya, ananda Jaey. He he ....

      Hapus
  9. dan lebih baik memang dicueki atau nggak perlu digubris, apalagi buat mereka yang terlalu "me-wah-kan" dirinya
    memang bener juga, kalau kitanya nggak ikhlas, untuk menerima masukan dari orang lain bawaannya kayak nggak terima

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang kasian, pengidap ini (me-wah-kan diri) susah berubah. Sebab tiada teman yang berani menasihatinya. Terima kasih telah singgah, Mbak Ainun.

      Hapus