Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 6]

Hai teman-temanku yang cantik dan ganteng! Hari-hari terus berlalu. Cerbung Setelah Istriku Berpenghasilan karya S. Prawiro telah memasuki babak ke 6. Kisahnya semakin panas. 

Pada bagian ini Firah menemukan dirinya telah terperangkap dalam lika liku cinta yang rumit penuh intrik. 

Namun dia tidak bisa berdusta dengan hatinya. Senyum Mas  Asril yang katanya manis itu, membuatnya semalaman tak bisa tidur memikirkan rumah tangga orang. Ya .., rumah tangga siapa lagi kalau bukan rumah tangga Mas Asril dan Rahel. 

Jika kalian tidak sabaran, ingin mengorek karakter Firah yang semakin membingungkan ini sampai klar, miliki ebooknya,  pesan langsung pada penulisnya S. Prawiro di 082138985540. Harga hemat kualitas premium.   

Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 6]

SPrawiro 

Bayar Seiklasnya

Pov Firah

Kasihan juga ya Mas Asril, istrinya kerja, nitipin dia dua anak. Kagoklah dia pasti, harus ada yang membantu, tapi siapa. Aku sih mau mau aja kalau disuruh bantu. Tapi kalau lihat tampang istrinya ke aku kayak  kurang bersahabat gitu. Mungkin dia pernah ada masalah dengan janda kali, sampai-sampai terasa anti banget. Sama tetangga lain padahal ramah banget, emangnya salah ya jadi seorang janda.

Kalau aku bukan karena Mas Asril minta tolong, gak mungkin kami mengobrol. Namun harus aku syukuri,  ternyata Mas Asril orangnya hangat. Bahkan kemarin saja biaya pengganti pemeriksaan di kepala Jaidan dan obat-obatan uangnya dikasih lebih. 

Gimana ya caranya biar bisa bantu Mas asril lagi. Terus terang kasian juga kalau dia yang harus urus rumah sendirian ditambah merawat dua anak laki-laki yang lagi aktif-aktifnya. Kayak menyalahi kodrat. Gitu sih pendapatku. 

Semalam aku tak bisa tidur memikirkan Mas Asril. Kok ada orang sebaik itu disia-siakan oleh istrinya.

Aku ngerti sih alasan Rahel memilih kerja. Pasti karena suaminya kurang ngasih uang. Jujur  impian aku banget punya suami yang kerjanya dari rumah. Dapat sedikit juga tak masalah. Kan gak keluar ongkos transport. Waktu dengan keluarga full time, gak kebeli sih. Ini menurutku. Lebih berharga dari sekadar banyak uang. 

Apalagi kalau suami bisa bikin nyaman di rumah. Aku yakin bisa melesat tuh rejekinya. Aku tidak bisa memikirkan suami orang. Ada yang salah dalam diriku. 

Bagaimanapun aku tetap harus  bantu Mas Asril. Walaupun pada akhirnya akulah sebenarnya yang paling butuh bantuan. Saat ini benar-benar tidak ada pemasukan. Sementara kontrakan tidak bisa libur dibayarkan. 

Coba besok aku usul ke Mas Asril. Bagaimana kalau aku bantu-bantu jaga Jaidan biar dia bisa jualan online lagi. Trus bayarnya boleh seikhlasnya yang penting bisa makan dan bayar kontrakan, cukup lah.

Aku tersenyum bahagia dengan ideku. Tidak menyesal seharian ini aku capek-capek merenungkan  hidupku dengan Mas  Asril. 

*

Suara teriakan Mas Asril ke anak-anaknya tidak asing lagi bagiku. Rumah kami yang memang  hanya dibatasi tembok. Bahkan tak jarang aku bisa mendengar suara-suara tawa Rahel saat bercengkrama dengan suaminya. 

“Mas Asril.” Teriakku saat melihat suami Rahel itu keluar dari rumah. Di gendongannya ada dua anak yang menggelayut manja. 

“Gak capek itu, Kak, langsung gendong dua?” 

Ya, capek sih. Tapi gak apa-apa asal anaknya senang. Lebih capek diamnya kalau udah terlanjur nangis.”

Mas gimana kalau aku bantu jagain anak-anak.” 

“Jangan Dek. Gak boleh sama ibuknya anak-anak.”

“Gak apa-apa biar Mas bisa kerja. Titip aja di rumah. Lumayan kan  kalau dapat pembeli, bisa jajan Firah sama anak-anak bakso keliling.

Ideku sepertinya berhasil. Mas Arsil nampak termenung.

“Ya udah deh. Titip bentar ya.”

Ku lihat Mas Asril berbicara pada Sulungnya dan Jaidan. Anak-anak pintar itu mengangguk. Ketiganya lalu menuju rumahku. “Titip ya, Dek,” Ucap Mas asril diiringi senyum manis. 

Aku mengajak Rafadon dan Jaidan masuk. Kami bernyanyi-nyanyi bahagia. Sementara Mas Asril  pulang dan mulai fokus dengan kerjaannya. 

Sekitar tiga jam, Jaidan jatuh tertidur. Rafadon ijin pulang ke rumahnya. 

Tetapi bapaknya tidak ada, jadi Rafadon kembali lagi dan berbaring di samping Jaidan.

30 menit kemudian Mas Asril datang membawa dua porsi bakso.

“Satu untuk Dek Firah, satu lagi buat Jaidan dan Rafadon.”

“Makasih Kak, pas anget Firah udah lapar banget makan bareng yuk,”  Ajakku. 

Namun  Mas Asril menolak. 

“Mas akan makan di rumah saja. Mau pakai toping nasi.” 

Dia pun masuk ke rumahnya. Di tangannya kulihat ada seporsi bakso.

Belum sekarang gak apa-apa Mas. Rahel terlalu bodoh membiarkan suaminya mengurus rumah sementara dia cari uang. Padahal kodratnya tidak seperti itu. Dia hanya tidak bisa mengatur waktu dan menyenangkan suami. Jangan menyesal suamimu aku ambil. 

Akan kubuat dia nyaman bersamaku. 

Udah kedengaran jahat belum? Itu hanya bisikan syaiton di hatiku. Masalahnya aku menyukai ide-ide nakal sisi gelapku.

Hampir jam  lima sore, Mas Asril pun datang menjemput kedua anaknya. Masalah Jaidan tidak mau pulang. Ia bahkan nangis-nangis masih pengin tinggal di rumahku. 

Tapi karena takut ketahuan istrinya ia menggendong paksa Jaidan pulang.

Pulang mandi yuk, Ibuk sebentar lagi sampai lho. Tak minumin obat nih kalau tak mau pulang.”

Akhirnya Jaidan menyerah.

Besok main di sini lagi ya.” 

Makasih ya, tadi akhirnya ada yang order lagi.  

Aku tersenyum senang. Begitu juga dengan Mas Asril. 

(Bersambung).

 *****

Baca juga:

23 komentar untuk "Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 6]"

  1. Me gusta la historia . Genial fragmento. Te mando un beso.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Estou feliz por ter sua visita. Obrigado. boa noite da Indonésia, Alexander.

      Hapus
  2. Wah nambah seru bunda..nambah nekat si Farah, hehehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru itu yang membuat kisah ini menarik. He he .... Terima kasih telah singgah ananda. Selamat malam.

      Hapus
  3. nunggu sambungannya nihhhhh....hahaha,hrs sering2 mampir kesini ya mak Nur hahaha...mulai ada niat jahat di hati tetangga rupanya.Memang kalau sudah berkeluarga kudu hati2 bgt ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hati2 boleh ananda Enny. Ingat jangan pula terlalu pilih2 pasangan. He he ... Begitulah kehidupan. Selalu ada sandungan. terima kasih telah mengapresiasi. Salam buat keluarga di sana.

      Hapus
  4. Dah mulai kliatan nih bibit2 pelakor 🤣🤣. Lama2 minta di elus pake sekop nih si Farah 🤣🤣. Walopun kdg sebel Ama Rahel yg suka nyepelein suami, tapi LBH sebel Ama cewe penggoda memang bund😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Haha .... Minta dielus pake skop? Kayaknya penulis tahu persis kondisi psikologis Firah. Seakan2 dia berpengalaman mengadapi situasi serupa.

      Hapus
  5. Byk lagi part yg perlu dibaca yg sebelumnya ni 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan dijemput part yang tercecer itu Kakmim. Atau beli dalam bentuk ebooknya. He he .... Bisa lengkap dari awal sampai akhir. Semua ada 28 episode.

      Hapus
  6. Wahha ku ketinggalan Bu

    Baru dateng udah part 6 aja nih

    BalasHapus
  7. kasihandengan rahel... apalah nasib dapat suami sebegitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha .... Suami yang mudah tergoda rayuan janda.

      Hapus
  8. Agaknya aku udah ketinggalan ceriteranya.. kena baca dari awal ceriteranya ini. BTW saya udah follow blog Ibu Nur yer. Jangan lupa singgah blog saya nanti. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan dijemput temanku Khairul. Belum ketinggalan. Siap folow balik.

      Hapus