Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendidik Anak bertanggung Jawab dengan Berbagi Sabun, Memang Bisa?

Ilustrasi Mendidik Anak bertanggung Jawab dengan Berbagi Sabun, (Foto Lazada)

Banyak kiat yang dapat diterapkan dalam mendidik anak bertanggung jawab. Salah satunya dengan berbagi sabun. Judul ini kedengarannya lucu dan kuno.Tapi ... tenang,  baca dulu ulasan ini  sampai tuntas!

Memangnya gawean mendidik anak segampang itukah? Tentu saja tidak. Berbagi sabun cuman segelintir kiat dalam berlath menggotong tugas dalam rumah tangga. Namun intinya mendidik anak-anak konsisten dan bertanggung jawab, minimal terhadap dirinya sendiri.

Berawal dari berbagi tugas

Sekilas terdengar,  bekerja  di rumah itu enteng dan ringan. Masak,  nyuci, bersih-bersih, ya, beres. Tapi tidak bisa dianggap sepele.  Seharian bekerja buktinya tak nampak. Itulah namanya urusan rumah tangga. Beda dengan mecangkul di sawah. Satu jam beraktivitas, hasilnya jelas.

Terkait topik ini, saya ingin berbagi sedikit cerita. Tahun 1978 saya punya ibu dan bapak kos. Mereka seusia orang tua saya. 

Zaman itu beliau-beliau ini punya anak cuman 7, tanpa ART. Tetapi rumahnya rapi, bersih atas dan bawah (lantai 1 dan 2). Tak pernah ketemu piring numpuk, tiada pakaian yang bergelayutan, tak ada  sepatu berserakan di sekitar tangga, pokoknya rapi nian. 

Pekarangannya bebas sampah depan dan belakang. Anak-anaknya damai, nyaris tak pernah berantem.

Bukan berarti  si Ibu Kos  tiada kerja  selain ngurus rumah tangga. Sesekali belaiu juga ikut ke kebun.  Kecuali saat melahirkan dan anaknya masih bayi.  

Keluarga ini punya cara unik dalam berbagi tugas rumah tangga.  Setiap pagi Minggu anak-anaknya yang sudah bersekolah diberikan sebongkah sabun cuci batangan. 

Silakan cuci sepatu, sarung, handuk dan baju masing-masing. Yang mau nyuci di sungai silakan, nyuci menggunakan air sumur juga boleh. PDAM belum ada.

Ember kecil, gundar, juga dikasih sebeji per orang. Supaya ember tidak pecah atau hilang, habis dipakai mereka dilatih meletakkan pada tempatnya. Intinya,  urus hak milik masing-masing. Emaknya tak pernah rewel jika kebetulan hasil cuciannya kurang bersih.

Anak-anak  cowok yang besar dikasih tugas tambahan. Saat libur sekolah membantu orang tua menggangkat kayu bakar dari kebun ke rumah.  Yang cewek memasak, bersih-bersih. Tetapi tetap memakai konsep sama rasa dan sama rata. Sesuai porsi dan kemampuannya masing-masing. 

Anak-anak akan melanjutkan tradisi orang tua

Sekarang orang tua mereka telah pergi. Semua anak-anaknya sudah menikah dan punya rumah masing-masing.  Malah cucunyu banyak yang sudah bekeluarga. 

Saya salut pada sang Ibu dan Bapak Kos. Mereka tidak hanya meninggalkan anak-anak yang agamais. Beliau-beliau juga menurunkan sifat bersih dan rapi. Tak salah kata orang pintar, “Anak-anak akan melanjutkan tradisi yang mereka terima dari orang tuanya.” 

Menurut saya ini adalah capaian orang tua yang luar biasa. Padahal sang emak  hanya perempuan biasa bukan berlatar pendidikan tinggi. Tetapi bijak dalam mendidik anak-anaknya.

Mari tanyakan pada diri sendiri. Apakah kita bisa mempraktikan  cara demikian?  Allaahualam bish shawab. Pasti banyak yang menjawab, “gak tega”. Termasuk saya. 

Penutup

Terakhir saya mohon maaf. Artikel ini bukan himbauan agar kita kembali ke zaman lampau. Kalau ada cara mudah dan serba mesin, kenapa harus cari yang sulit. 

Saya cuman mengajak Anda (jika mau) mengadopsi sistemnya, dalam  membentuk karater anak menjadi konsisten dan bertanggung jawab, minimal pada dirinya sendiri.

Mungkin zaman now berbagi tugasnya dalam bentuk lain. Umpamanya, setelah makan anak diberi tugas mencuci piringnya sendiri. Hari Minggu, mencuci sepatu sendiri, menyiram tanaman, dan lain sebagainya. 

Yang penting sesuai dengan usia dan kempuannya. Anak yang masih batita misalnya. Andaikan dia tak sengaja menumpahkan air di lantai atau di meja, tak ada salahnya meminta dia mengambil tisu untuk ngelap.  Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. Salam dari Danau Kerinci.

Baca juga: 

****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
________________
 

Artikeli ini telah tayang di Kompasiana, 28 Juni 2021

8 komentar untuk " Mendidik Anak bertanggung Jawab dengan Berbagi Sabun, Memang Bisa? "

  1. Dulu saya juga seperti itu
    Pulang sekolah, mencari kayu
    sorenya menyapu halaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Didikan orang tua dahulu sangat bagus. Anak2 patuh dan mudah diatur. Karena kala itu belum terkontaminasi oleh era modern seperti sekarang.

      Hapus
  2. Baguus cara didikannya 👍👍👍. Sekarang ini aku mulai membiasakan si kakak utk cuci piring, dan beresin kamarnya sebelum berangkat sekolah .

    Hal2 kecil begini hrs dibiasakan sejak mereka kecil. Krn jika udh besar, susah sih , mindsetnya udh terlanjur malas atau membiarkan asisten yg mengerjakan tugas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya begitu, ananda. Dari kecil dilatih mandiri. Tapi kadang kita gak tega.

      Hapus
  3. Bener bund, anak jaman skrang juga hars diajarin disiplin dan tanggung jawab ...
    Bund, gundar itu apa ya aku penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya, ananda. Selamat sore. Gundar sama dengan sikat untuk nyuci pakaian.

      Hapus
  4. Terima kasih ilmunya ya Nek, ibu Teddy juga mengajarkan hal yang kurang lebih ada di tulisan Nenek ini.

    Lama teddy nggak mampir, Nenek apa kabar??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, nenda di sini baik-baik saja. Patut disyukuri masih punya ibu mendidik diri mu. Sekilas memang sulit diajak disiplin., setelah berumah tangga manfaatnya baru terasa. Terima kasih telah mampir ya, ananda.

      Hapus