Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berkunjung ke Istana Maimun? Cari Tahu juga Sisi Minusnya

 Ilustrasi: Berkunjung ke Istana Maimun  (Istana Maimun)
 
Usai sarapan pagi, saya, anak, menantu, dan satu cucuku,   mulai berkemas-kemas akan meninggalakan Hotel Swiss Belinn Medan. Selanjutnya kami siap merayapi  jalan raya menuju Istana Maimun.

Ini adalah destinasi  wisata terakhir  yang  akan kami singgahi selama bersafari wisata dari Jambi ke kota Medan.  

Sekilas tentang Istana Maimun

Ilustrasi Berkunjung ke Istana Maimun
 
Selama ini saya cuma tahu  tentang Istana Maimun dari berbagai bacaan. Kini salah satu ikon Kota  Medan Sumatera Utara  ini telah teronggok di depan mata.

Menurut sejumlah sumber, gedung antik  berlantai  2  ini mulai dibangun 26 Agustus 1888, selesai  pada tahun 1891. Memiliki luas 2.772 meter persegi. 

Istana yang dominasi oleh warna kuning dan putih ini terbagi dalam 3 bagian. Bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan.  Dengan corak perpaduan unsur-unsur budaya Melayu, Islam, Spanyol, India, dan Italia.   

  Ilustrasi Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Tempat bersejarah kebanggaan masyarakat Sumatera utara  ini berdiri megah  di atas pekarangan yang relatif luas, di Jl. Brigjen Katamso, Sukaraja, Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.

 Ilustrasi:  Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Dia merupakan peninggalan Kerajaan Deli, dibangun atas perintah Sultan Deli. Yaitu Sultan Ma’moen Al Rasyid, sebagai bukti cinta dia kepada permaisurinya.

Kata Maimun diambil dari nama sang ratu Siti Maimunah.  Berasal dari Bahasa Arab yang berati berkah. Istana ini pernah ditempati oleh 4 kesultanan.  

Menelusuri ruangan induk Istana Maimun

 Ilustrasi: Berkunjung ke Istana Maimun
 
Setelah membayar tiket Rp 10 ribu per orang, mobil tamu berikut penumpangnya  disilakan masuk ke  pekarangan  terus melaju ke tempat parkir yang telah disediakan.

Pengunjung bebas berkeliling dan berfoto selfie di ruangan bangunan induk istana. Di sana terparkir sebuah  singgasana  berwarna kuning menyala.

 Ilustrasi: Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Masih dalam ruangan yang sama, terdapat pula sebuah lampu gantung kristal unik yang masih terawat, dan sejumlah benda bersejarah lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Sementara bangunan sayap kiri dan kanan dihuni oleh keturunan Sultan.

Dimensi lain   di Istana Maimun


  Ilustrsi: Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Sayangnya, kondisi dalam ruangan tadi berbanding terbalik dengan peruntukannya sebagai objek wisata budaya.  

Hampir di setiap sudut dan bilik ada pedagang menggelar dagangannya.  Mulai dari baju, topi, dompet dan barang lainnya.

 Ilustrasi: Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Kebetulan, bersamaan dengan kedatangan kami,  banyak pula tamu dari luar daerah.  Mereka  didominasi oleh kaum emak belia.  Bisa dibayangkan bukan?  Ibu-ibu muda ditawarkan pakaiaan dan pernak-pernik lainnya  oleh pedagang.

Kawasan tersebut  seakan beralih fungsi  menjadi los tempat jualan.  Nuansa sopingnya lebih kental  ketimbang menggali informasi sejarah Kesultanan Deli dan istana Maimun itu sendiri. Hal  ini patut menjadi keprihatinan kita bersama. 

Setelah memotret beberapa objek,  kami segera meninggalkan ruangan.

Lingkungan pekarangan Istana Maimun

 Ilustrasi: Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Lingkungan  di luar bangunan pun kurang mendapat perhatian. Pedagang kaki lima belum tertata dengan rapi, sampah-sampah  belum tertangani sebagaimana mestinya.

Ilustras: Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Ilustrasi: Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Ilustrasi:  Berkunjung ke Istana Maimun 
 
Belum lagi  jemuran dan kandang ayam ditaruh di tempat kurang pantas, dan dapat merusak pemandangan

Ada juga  monyet yang dipaut pada pohon. Terbayang bukan?  Aromanya kotoran monyet.

Kesimpulan dan penutup 

Simpulannya, di satu sisi Istana Maimun patut diacungi jempol.  Sebab, walaupun usianya telah 130 tahun lebih, kondisi bangunan dan barang-barang peninggalan di dalamnya masih awet dan terawat.

Namun di sisi lain, masih banyak kekurangsn yang perlu dibenahi. Sebab, Istana Maimun ini merupakan bagian dari kekayaan dan budaya bangsa,  yang harus dijaga bersama. Dalam hal ini, uluran tangan dan perhatian pihak terkait sangatlah dibutuhkan.

Kalau bukan kita siapa lagi. Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat. 

Baca juga:  

*****

Penulis,
Hj NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

Simber ilustrasi: Dokpri

 

27 komentar untuk " Berkunjung ke Istana Maimun? Cari Tahu juga Sisi Minusnya "

  1. wow... baru tahu kalau bagian dalam ruangan istana dipakai untuk jualan....

    Apa bagian luar istana kurang luas?

    # Thank you atas ceritanya, informatif dan nambah wawasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pekarangannya luas banget, Mas Tanza. Di sisi kanannya ada toko2 semacam kios. Tak tahu apakah pemiliknya keluarga istana atau tidak.. Kalau yang jualan di dalam itu katanya, pemilik toko keluarga istana. Tapi penjualnya (pelayan) orang luar.

      Hapus
    2. oh, begitu.... jadi tidak nyaman, kalau ada yang jualan di dalam istana..

      Hapus
  2. Walaupun saya berasal dari sumut tapi belom pernah sekali pun main ke istana maimun 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wsh ... Rugi tuh. Bang siregar. Saya dari Jambi naik mobil 3 hari ke Medan. He he .... terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
  3. Memang kalo banyak pedagang di tempat wisata jadi agak malas, mau beli duit mepet, mau nolak ngga enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, Mas Agus. Saya juga begitu. Walaupun ada duit. Sejak pensiun tak ada lagi selera beli apa2.

      Hapus
  4. mungkin seperti di Malaysia Ibu Nur. Gara-gara pandemik, banyak tempat pelancongan terbiar sebab takde dana pulangan dari pelancongan luar. semoga kondisi Istana Maimun ni diperbaiki sebab sayang sejarah di dalamnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Boleh jadi tersebab pandemi, pihak terkait kekurangan dana untuk pemeliharaannya. selamat malam dari seberang. Salam sehat selalu.

      Hapus
  5. Hehe lucu juga disamping istana megah ada kandang ayam reot, itu peliharaan milik raja atau bukan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Mungkin ayamnya juga keturunan ayam kesultanan. Tapi kandangannya berantakan. He he ..... Maaf nenek sedikit bergosip.

      Hapus
  6. Bener banget sih, pengelolaannya belum maksimal, padahal wisata yang ada di pusat kota Medan.

    Andai pedagangnya disediakan tempat yang lebih layak, pasti bisa lebih bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya memang begitu ya, ananda Tudi. Dibuat kios dagangan di luar istana, tata dengan rapi, pasti ruang dalam istana jadi nyaman. selamat sore. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus

  7. Yaa apapun bentuk tempat wisata atau meseum sekalipun pastinya akan selalu ada keunikan serta keanehan yang boleh dikatakan sesuatu kelebihan atau kekurangan.

    Seperti yang terjadi pada Istana Maimun. Mungkin tak beda jauh dengan tempat2 wisata atau tenpat sejarah lainnya yang pastinya ada plus dan minusnya.😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Plusnya ya pasti ada, Mas Satria. Di antaranya, barang2 milik kesultanan masih dipelihara. Minusnya Istana seperti kurang diperhatikan oleh pihak terkait. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.

      Hapus
  8. Hadu saya mau banget ke sini Bu NUr
    ini apa bisa naik Teman Bus medan ya
    saya suka cari yang gratisan hehe
    sayang juga kalau kandangnya tak terawat'padahal bagus banget istananya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pergi sendiri bisa ngirit, Mas Ikrom. Yang susah tuh bawa keluarga. Selamat malam. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk mu sekeluarga.

      Hapus
  9. Apa kabar bunda? 😁😊
    Istana nya sangat bagus yaa. Punya nilai sejarah yg tinggi. Nampaknya nanti kalau aku berkesempatan ke Medan, wajib untuk mengunjungi istana ini yaak..
    Tapi sayang sekali yaa, di luarnya bisa ada jemuran baju gitu. Jadi ga estetik :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kabar baik, ananda. Terima kasih telah singgah ya. Dari jemuran itu mungkin kita bisa tebak2manggis, baaimana kondidi penghuninya, yang konon semuanya anak keturunan sultan. He he ....

      Hapus
  10. memang istana maimun bnyak pedagangnya mbak., terakhir saya ksana bbrpa tahun lalu habis tenaga + habis isi dompet,, buat belanja., pdhal saya kira cuma mau lihat2 istana doank.,.,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha ... Dasar anak muda. Nenek2 seperti saya tak ada selera untuk soping. Terima kasih telah singgah, Mbak. Salam sehat selalu buat keluarga di sana.

      Hapus
  11. Waaah baru tau, terimakasih untuk ulasannya Bu Nur..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah singgah, Mas Warkasa. Doa sukses selalu untuk mu.

      Hapus
  12. sayang sekali bu Nur, sy jadi serasa gimana gt habis baca serasa sayang, kenapa ya kesadaran masyarakat dan bangsa kita begitu kurang dalam menghargai budaya,untuk sekarang kita boleh memasukkan unsur budaya lokal untuk mapel disekolah Nek, mungkin salah satu alasan mendasar untuk membangkitkan rasa memiliki budaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barangkali pihak terkait kekurangan dana untuk biaya perawatannya ya, ananda Nita. Maklum selama pandemi, tempat wisata beberapa bilan ditutup. Meskipun kembali dibuka, wisatawan yang datang mungkin berkurang dari biasanya.

      Hapus