Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Inspiratif: Menyambangi Kehidupan Aminah Dulu dan Kini

 
Ilustrasi Kisah Ispiratif: Menyambangi  Kehidupan Aminah Dulu dan Kini  (Aminah, bersama suami dan  putrinya Ayu / Foto Amir)

Saya dan orang tuanya bertetangga,  sama-sama merantau di Simpang Tanjung Tanah, Kabupaten Kerinci. Walaupun tiada hubungan darah, kami seperti keluarga sendiri. Begitu masa dahulu saya dan Aminah (48).

Sejak tahun 2 ribu, wanita yang biasa disapa Minah itu pindah rantau. Dia diboyong  suaminya yang bekerja sebagai  PNS di Kota Pekanbaru. Saya sekeluarga  masih di tempat lama. Begitu juga kedua orang tua Aminah sampai akhir hayatnya.

Iseng nelepon

Waktu saya ikut si sulung  traveling  dari Jambi ke Medan seminggu lalu, sampai di Indragiri Hilir, saya iseng menelepon, bahwa kami sedang dalam perjalan.   

Minah dan Amir suaminya menawarkan agar kami mampir. “Jam berapapun Ibu  datang kami tunggu,” katanya.    Selepas itu, mereka berkali-kali  nelepon, memantau perjalannan kami. 

Ilustrasi Kisah Ispiratif: Menyambangi  Kehidupan Aminah Dulu dan Kini  (dari kiri ke kanan: Amir suami Aminah, penulis, Aminah, Ayu, dan putri saya / dokpri)
 
Ya, sudah. Rencana anak dan menantu  saya yang tadinya nginap di salah satu Hotel di Pekanbaru jadi batal. Pukul  2. 45 kami sampai di kediaman mereka di Jalan Purwodadi, Pekanbaru.

Kami ditunggu sampai  dini hari

Subhanallah. Rupanya jam segitu suami istri itu belum tidur demi menunggu  kehadiran kami.   “Iya. Kalau Ibu tidak singgah  kami kecewa,” kata ibu satu anak itu penuh ceria.

Saya bangga atas kebaikan mereka.  Rupanya, berpisah hampir seperempat abad  tidak mengubah sikap Minah  terhadap saya. Dia masih seperti dulu.

Perubahan hidup

Dan yang membuat saya terharu,  perubahan kehidupan  Minah seperti siang dan malam.  Dahulu dia tinggal bersama orang tuanya di rumah sangat sederhana.  

 Ilustrasi Kisah Ispiratif: Menyambangi  Kehidupan Aminah Dulu dan Kini (Rumah Minah tampak depan/ Foto Amir)

Kini sudah punya rumah sendiri, kendaraan pribadi, dan punya usaha warung kecil-kecilan.  Bagi saya itu sudah lebih daripada kata  cukup.

Masih kecil kerja cari duit

Nasib orang tiada yang tahu. Semasa SMP, pulang sekolah Minah dan teman-teman  kecil  tetangganya, sering membantu saya menjahit.  

Zaman itu saya gila kerja. Pulang mengajar nyambi jadi tukang jahit.  Jahitan saya banyak. Kendalanya, setiap habis menjahit  pinggang saya sakit, badan meriang. Di desa kami belum ada listrik.

Ilustrasi Kisah Ispiratif: Menyambangi  Kehidupan Aminah Dulu dan Kini. (ruang tamu rumah Aminah, minimalis, klasik dan kekinian  / foto Amir)

Maka bergantianlah mereka memutar mesin jahit. Caranya, kami duduk berhadapan  posisi mesin berada di tengah. Kaki mereka menginjak pedalnya hingga roda mesin berputar, tangan saya mengendalikan titik-titik jahitan. Persis kayak  menjahit pakai dinamo listrik.  He he ....  Unik bukan?

Kenapa  bergantian?  bocah-bocah tersebut sama-sama ingin dapat uang.  Upahnya dihitung per lembar. Kalau tak salah ingat, selembar  rok atau blus saya bayar RP 250. Gaun Rp 400.

Menahan kantuk  dan pantang menyerah

Yang kasian, Minah orangnya cepat ngantuk.   Giliran  menjahit  malam, habis-habisan dia menahan kantuk.  Ketika ditanya, “Ngantuk, Nah?”  Dia menjawab, “Tidak.”  Pokoknya seberat  apapun matanya dia tak akan menyerah.

Ilustrasi Kisah Ispiratif: Menyambangi  Kehidupan Aminah Dulu dan Kini  (Selesai sarapan pagi bersama Minah / dokpri)
 
Bila teringat masa-masa itu, saya merasa berdosa, mempekerjakan anak-anak di bawah umur.  Namun dalam hati kecil saya berniat, biar mereka tahu bagaimana rasa sakitnya hidup.

 Peristiwa tersebut dijadikannya cerita indah saat 7 jam kebersamaan kami   7 januari  lalu. Kami tertawa ngekeh.

Momen mencekam dan menegangkan

Satu lagi momen  yang menjadi bahan cerita oleh Minah. Yaitu saat dia melahirkan putri semata wayangnya susahnya Nauzubillah.  Mulai  sore dia menahan sakit tanpa jeda, dini hari bayinya baru lahir.

Hanya saya, Ibu Bidan dan Emaknya yang mendampingi. Suaminya berada di Pekanbaru. Saya hampir putus harapan menyaksikan tubuhnya lemah terkulai. Dia sepertinya sudah pasrah. Hingga mengaduh pun  suaranya nyaris tak keluar.

Mau dibawa ke rumah sakit, minta tolong kepada siapa. Zaman itu tetangga kami belum ada yang punya mobil. RT kami penduduknya cumah 25 KK. Sebagiannya merantau ke Malaysia. Rumah banyak yang kosong. Jika malam suasananya sepi.

Sekarang bayi mungil pemilik nama Ayu Silvia R (Ayu)  itu tumbuh menjadi gadis cantik. Saat ini Ayu sudah kuliah di UMRI Pekanbaru,  semester  5

Pernah Sekolah di SGO

Untuk informasi tambahan,  lulus SMP Minah pernah mengenyam pendidikan di  Sekolah Guru Olahraga (SGO) Sungai Penuh,  kurang lebih  2 tahun.  Karena kekurangan biaya, dia memilih mundur sendiri. “Saya tak tega melihat Emak menjual barang-barang yang ada di rumah ketika saya minta uang biaya sekolah,” kenangnya.

Mengenang kepergian Emak

Ketika bercerita tentang almarhumah ibunya,  Minah sedih.  “Saat kehidupan saya agak  membaik  Emak tak dapat menyaksikannya. 

Ilustrasi Kisah Ispiratif: Menyambangi  Kehidupan Aminah Dulu dan Kini  (Ruang keluarga rumah Aminah, simpel dan minimalis dengan sentuhan tradisional / Foto Amir)
“Beberapa hari sebelum kepergian Emak, saya pulang ke Kerinci. Beliau sempat minta ikut ke Pekanbaru.  Katanya ingin melihat rumah kami.  Saya minta dia bersabar, sebab kami masih tinggal dikontrakan. Rumah yang kami beli sedang direnovasi.  Saya berjanji, nanti kalau rumah telah siap,  beliau kami jemput,” tambah Minah.

“Eh ..., belum sempat saya pulang ke Pekanbaru, dua hari kemudian, Emak  pergi  meninggalkan kami  untuk selamanya.” Minah mengakhiri kisah sendunya.

Penutup

Selesai mandi  dan  sarapan pagi, kami bersiap-siap berangkat. Setelah berfoto-foto kenangan kami  meneruskan petualangan ke kota Medan.  Semoga bermanfaat. 

 Baca juga:

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi

22 komentar untuk " Kisah Inspiratif: Menyambangi Kehidupan Aminah Dulu dan Kini "

  1. Senangnya ya nek, bisa bertemu kembali dan mengenang masa lalu ☺️☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget, ananda Dinni. Selamat pagi. Terima kasih ya, telah berkenan singgah.

      Hapus
  2. Mengharuian sekali bu Nur ceritanya, tidak sedarah namun lebih dari saudara. Rela begadang demi menunggu ibu Nur. Salam sehat ibuku!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda Sipriyadi. Begitulah keakraban bertetangga orang desa zaman dulu. Sekarang sudah mulai agak langka. Selamat pagi. Selamat menyambut awal pekan.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Makasih juga telah singgah, Mbak Tira. Selamat pagi.

      Hapus
  4. Luar biasa persaudaraan antara ibu nur dan Aminah, biarpun sudah lama sekali tidak bertemu tapi masih akrab seperti saudara. Puluhan tahun tidak bertemu karena jarak memisahkan ya Bu, untungnya masih bisa bertemu lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin tersebab dia bersama saya sejak kecil. Makanya seperti keluarga sendiri. Selamat malam, Mas Agus. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  5. ikut berbela sungkawa nekk 😥😥😥😥😥😥😥jd sedih kan mlm gni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Ananda. Terima kasih apresiasinya. Selamat pagi.

      Hapus
  6. Persahabatan yang menyenangkan ya, Bu. Hebat bisa bertahan sampai 25 tahun..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena dia dari kecil sering bersama saya, Mas Vicky. Jadi rasa keluarga sendiri. Selamat pagi. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  7. Salut Ama usaha dan kerja keras sahabatnya ibu 👍. Sampe akhirnya bisa punya rumah sendiri yg bagus dan nyaman. Tapi lebih salut lagi Krn sikapnya yg ga berubah, ttp ramah dan menghormati tamu sangat. Mau menunggu hingga pukul 2.45 . Seneng ya Bu kalo punya sahabat yang tetep ga berubah meski sudah berjauhan ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pasti dalam kehidupan ini semua ada awal dan dan akhirnya ya, ananda Fanny. Dikala itulah perubahan itu akan terjadi. Yang penting kita berusaha untuk memperbaiki kondisi. Sebab sukses itu tidak akan mengampiri orang yang duduk manis. Melainkan pada orang yang berpeluh-peluh. Selamat sore. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  8. usaha dan kerja keras tidak pernah menghianati hasil. Tulisan ini bagus karena mengandung motivasi yang memiliki contoh real. Terimakasih bu Nur. Saya sbenarnya ingin menulis hal yang sama tentang Adel dan Sasa dua remaja yang masih belasan tahun dan menjadi konstributor di blog kami. Mereka memiliki beberapa usaha di usia sangat dini masih belasan tahun dari minuman, makanan (kuliner) elektronik hingga pakaian. Mereka bekerja keras dan menolak kuliah kini usaha itu tampak hasilnya. Saya terkejut ketika datang ke Bandar Lampung mereka masih remaja dan sangat mandiri.

    Sekali lagi usaha dan kerja keras tidak pernah menghianati hasil. Ini menambah keyakinan saya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ditunggu tulisannya Pak Sofyan. Saya juga senang dengan kisah-kisah inspiratif, terutama yang memaparkan tentang perjuangan seseorang untuk mengubah hidupnya hingga berhasil mencapaikesuksesan. Terima kasih telah mengapresiasinya. Doa sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus
  9. Cerita-cerita se[erti ini membuat kita yakin dalam menyongsong masa depan. Selalu ada jalan untuk bisa jauh lebih kuat dan baik serta banyak rezeki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, Mas Nasirullah. Yang penting berusaha untuk membalikkan keadaan supaya menjadi lebih baik. Selamat sore. Doa sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus
  10. senang jika ada orang yang dekat layaknya suadara
    mengenang masa lalu yang penuh perjuangan adalah hal indah dilakukan saat ini ya Bu Nur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas Ikrom. Kadang sedih juga. Terlebih saat melihat bekas rumah mereka yang sudah ambruk. Terima kasih apresiasinya. Selamat siang.

      Hapus
  11. Senang sekali pasti rasanya bunda bertemu kawan lama yang sudah lama tak jumpa tapi sikapnya tidak berubah, serasa kembali ke masa lalu yg penuh kenangan.

    Salut, mreka mau menunggu bahkan sampai dini hari, apa kabar saya yang tidap hari tidur pukul 20.00 WIB hahahhaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari kecil memang tiada tanda2 dia tinggi hati, ananda Ursula. Beda dengan temannya yang lain, sama2 sering membantu bunda. Selamat siang. Terima kasih telah singgah. Selamat beraktivitas.

      Hapus