Awas, Bahaya Pohon Peneduh Siap Mengintai! Pahami 3 Upaya Mitigasi Ini
Uncategorized
Saat berjalan di terik mata hari, tempat paling nyaman untuk berlindung adalah pohon peneduh. Ini merupakan satu dari sekian banyaknya manfaat pokok kayu khususnya jika keberadaannya di pinggir jalan.
Tetapi, tahukah Anda? Di sisi lain, pohon peneduh bisa berubah menjadi malaikat pencabut nyawa. Yakni saat dia tumbang, terus menimpa apa yang ada di sekitarnya.
Kasus ini sering terjadi di beberapa tempat. Barangkali tersebab pohonnya telah keropos, atau batangnya tak sanggup menyangga beban karena cabang dan daunnya amat lebat.
Terutama ketika musim hujan seperti Desember ini, plus diterpa angin tiada ampun. Sampai-sampai menimbulkan kerugian meterial yang tidak sedikit. Tak jarang juga menelan korban nyawa.
Sekadar berwanti-wanti dan untuk menekan kerugian seminim mungkin, berikut saya menawarkan 3 upaya mitigasi terhadap ancaman bahaya tumbangnya pohon peneduh. Baik yang ditanam di pinggir jalan maupun dalam pekarangan pribadi.
1. Tebang pohon yang mencurigakan
Umumnya pohon peneduh jalan miringnya ke arah jalan. Karena secara alami, cabang-cabang tumbuhan itu tumbuh dan berkembang menuju tempat bebas hambatan dan cahaya yang cukup. Tetapi artikel ini tidak membahas masalah ini. Takut salah ulas, karena bukan kapasitas penulisnya.
Jika demikian adanya, selayaknya pohon besar yang sudah tua dan dicurigai akan tumbang, segera ditebang. Apakah poisisinya di pinggir jalan atau di pekarangan pribadi.
Sangat disayangkan, kita-kita khususnya pihak terkait sering abai dengan masalah ini. Tabiat orang Indonesia, setelah bencana menelan korban, maka bertebaranlah seribu teori. Yang begini begitulah, yang mitigasilah, dan lain sebagainya. He he....
Saat ini, tak jauh dari rumah saya ada 2 pohon raksasa peneduh jalan. Tampaknya dia sudah sangat terbebani oleh dahan-dahannya yang menindih. Diameternya kurang lebih 65 cm, merunduk ke jalan dengan kemiring tak bisa diperkirakan.
Pohon penghijau dan peneduh tersebut merupakan program kerja Camat Danau Kerinci, yang ditanam pada tahun 2006.
Setiap lewat di sana, saya selalu berjalan cepat. Terutama saat hujan dan angin. Karena pengalaman membuktikan. Bukan sekali dua, ketika orang atau mobil lewat pohon rubuh seketika. Meskipun tak ada angin tiada badai.
2. Hindari istirahat dan beraktivitas di bawah pohon tua dan keropos
“Bagiku, dirimu adalah pohon di padang yang gersang. Rimbun cabangmu tempatku berteduh, akarmu tempat kubersila, batangmu tempatku bersandar.” Ahay ....
Dalam kontek kehidupan nyata, ungkapan tersebut jangan masukkan dalam hati. Sebab kata-kata indah itu penuh basa-basi. Habis basa tinggallah basi. Bila bencana telah terjadi dia tak akan bisa memperbaiki kondisi.
Sering kita jumpai, pengendara mobil, motor, atau pejalan kaki istirahat santai, serta pedagang berjualan di bawah pohon peneduh di pinggir jalan. Tiada masalah kalau pohonnya masih segar dan tidak dicurigai akan rubuh.
Tetapi jika sudah tua dan keropos, dahan-dahannya banyak yang lapuk, tinggal menunggu saatnya rubuh, dampak buruknya patut dipertimbangkan. Segera tinggalkan, cari tempat lain yang lebih aman.
Selain itu, berlindung di bawah pohon tinggi saat hujan juga harus dihindari. Karena dalam kondisi basah ia rawan disamabar petir.
Kondisi fisik pohon dan tanah yang basah juga sangat berpotensi untuk tumbang, karena tak kuat menahan beban.
3. Hindari membakar di bawah pohon
Membakar sampah di bawah pokok merupakan salah satu tabiat kurang baik yang sering dilakukan oknum-oknum tak bertanggung jawab. Baik disengaja maupun tidak. Mereka tidak menyadari tindakannya tersebut dikategorikan sebagai perbuatan menyakiti makhluk hidup.
Kasian si pohon. Jika Allah belum mengizinkannya untuk mati, dia terus tumbuh dengan bekas luka bakar yang menempel pada batangnya. Banyak sedikitnya telah mengurangi kekuatannya untuk bertahan di tengah kondisi yang kurang bersahabat.
Kira-kira dua tahun lalu, suami saya pernah mengingatkan seorang ibu muda pedagang jagung rebus di Desa PB. Bahwa, pohon punti besar di seberang jalan rumahnya (tempat dia berjualan), sebaiknya ditebang saja karena rentan rubuh. Di pangkal batangnya ada bekas luka bakar yang menganga.
Dia yang diingatkan itu menjawab, “Empunya tak mau nebang, Pak.”
Singkat cerita, pagi tanggal 1 April 2021, angin bertiup lumayan kencang. Pohon punti tersebut tumbang, terus menimpa putri si penjual jagung. Dikala itu gadis 13 tahun tersebut sedang membantu ibunya beraktivitas. Korban terpaksa meregang nyawa dalam kondisi tubuh menggenaskan.
Inilah 3 upaya mitigasi untuk menekan kerugian seminim mungkin, terhadap ancaman bahaya tumbangnya pohon peneduh, baik yang ditanam di pinggir jalan maupun dalam pekarangan pribadi.
Terakhir, mohon maaf, jika upaya ini terkesan menggurui dan tidak cocok dengan teori dan praktik para pakarnya. Sebab ini hanya opini pribadi yang ditulis berdasarkan apa yang saya lihat dilapangan.
Barangkali banyak kiat lain lebih jitu yang pernah Anda praktikkan. Silakan berbagi pengalaman di kolom komentar. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Begini Sikap Sulaiman si Petani Muda Ini, Saat Buah Cabenya Dimaling
- 3 Tips Mengelola Baju Bekas, Supaya tak Berakhir di Telapak Kaki
- Ikan Gabus dan Manfaatnya bagi Kesehatan dan Kecantikan
- Menjawab Keluhan Pemilik Toko Sepi Pembeli
- Kumpulan Kata Bijak Menggugah
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
setelah bencana menelan korban, maka bertebaranlah seribu teori.
BalasHapusHahahaha, ini sering banget ya Bu, entah mengapa selalu nunggu korban dulu baru deh bertindak.
Untungnya sekarang mulai banyak yang lebih tanggap, di Surabaya sendiri misalnya, menjelang musim penghujan, semua pohon di potong dahannya yang berat.
Faktanya begitu, ananda Rey. Perhatikan tanggapan mereka2 oknum orang hebat di negeri ini mengomentari masalah yang katanya darurat kejerasan seksual terhadap anak. Mereka berkoar2 itu ini. Sampai mengatakan rencana mitigasi. He he ... Mitigasi kecolongan. Masa depan korbannya telah terkoyak. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat selalu. Maaf, si nenek ini telah bergosip.
Hapusya, benar....
BalasHapusteman kecil saya, meninggal dunia karena berteduh di bawah pohon, karena pohonnya disambar petir....
Informatif.... 👍👍
Tetangga saya meninggal dihimpit pohon seri. Pas dia lewat, pohonnya tumbang. Padahal tak ada hujan tiada angin. Terima kasih telah singgah, MasTanza. Selamat sore.
HapusTerimakasih untuk artikelmya Bu Nur.. bermanfaat 😊👍
BalasHapusTerima kasih kembali, Mas Warkasa. Doa sukses buat keluarga di Pekanbaru, ya.
HapusTerima kasih kembali, Mas Warkasa. Doa sukses buat keluarga di Pekanbaru, ya.
BalasHapusBetul sekali nek, terimakasih nek mengingatkan 🤗🤗
BalasHapusSama-sama, ananda. Terima kasih juga telah singgah. Selamat siang. Doa sehat untuk keluarga di atas.
HapusUntung pohon peneduh di pinggir jalan perumahan kami dapat perhatian Nek, sebagian pohon tua sudah pada dipotong, dan yang terlalu rindang dipangkas, semoga lah tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, karena kami setiap hari Melewati jalan tersebut
BalasHapusSudah dipotong kalau batangnya keropos tetap saja rentan akan rubuh, ananda. Tetangga sebebelah punya pohon seri tak ada angin tiada hujan. Dia rubuh, merenggut nyawa pengguna jalan. Ternyata bagian dalam pohon sudah mati.
HapusBetul bunda?? Kudu was pada jika berteduh kala hujan, berteduh di bawah pohon takut pohonnya tumbang berteduh di depan ruko orang disangka berniat buruk .tapi, untung di tempat saya tinggal tidak ada pohon besar jadi aman.
BalasHapusBetul, ananda. Udah lama kita tidak saling sapa. Doa sehat selalu ya.
HapusSudah banyak korban yang jatuh karena pohon tumbang, baik karena kena angin atau karena keropos sebab sudah tua. Memang baiknya ditebang saja pohon yang sudah tua
BalasHapusSetuju. Mas. Kalau pohonnya sudah tua, tinggal pilih di antara 2. Sayang pohon apa sayang nyawa manusia. Selamat siang,as Agus. Terima kasih apresiasinya.
Hapuswah minggu lalu di cirebon hampir 20 rumah tertimpa pohon besar dan banyak jalan juga ada pohon tumbang
BalasHapusNah, ini pelajaran yang sangat berharga bagi pihak terkait ya, ananda Tira. Selamat siang. Terima kasih telah mengapresiasi.
HapusDuuuh sereeem banget Bu :(. Apalagi kalo sampai keluarga sendiri yang menjadi korban ya. Di Jakarta aku beberapa kali melihat petugas menebangi dahan2 pohon yg terlalu berat dan condong, supaya ga rubuh. Tapi Krn kdg dilakuin jam kerja, jadi bikin macet jalan. Cuma ya sudahlah, yg penting pohonnya ga bakal rubuh di saat musim ga jelas ginu
BalasHapusDi Jakarta pengawassn dari pihak terkait sangat bagus. Tapi di desa. Beda lagi, ananda Fanny. Mereka punya program menanam. Tapi tiada terawat dan luput dari perhatian. Selamat siang. Doa sehat selalu ya.
HapusSengaja buka aplikasi KBBI, karena kurang paham arti kata mitigasi.
BalasHapusBeberapa hari yang lalu saya lewat di pinggir jalan, ada petugas yang menebang pohon. Dalam hati saya berkata, kan sayang pohonnya jadi peneduh. Padahal mungkin tujuannya seperti yang ibu Nur katakan, untuk menghindari bencana.
Benar sekali, ananda Nisa. Syukur, pemerintahnya cepat tanggap. Kita mendukung jerih payah mereka. Selamat siang. Terima kasih telah singgah. Lama kita tidak saling sapa ya.
HapusMemang kita seharusnya waspada dengan pohon peneduh ketika kondisinya sudah ada indikasi tumbang, baik itu keropos, atau kemungkinan tumbang karena terpaan angin. Daripada timbul hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik berjaga dengan menebang saja
BalasHapusSepakat Mas. Ntar mau tanam pengganti kan boleh2 saja. Asal dirawat dan diperhatikan dampak negatifnya. Selamat siang, terima kasih telah singgah. Doa sehat selalu ya.
HapusSelamat malam Bunda Nur, produktif selalu, Doa senantiasa buat bunda Nur
BalasHapusDoe yang sama untukmu di sana, apa. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.
HapusDi Jkt akhir2 ini udah sering ada penebangan pohon bunda, mengingat skrg musim hujan, angin sering bgt liat pohon tumbang.
BalasHapusDan, kalau pulang kerja gitu kalau tiba2 hujan, byk bgt orang yg berhenti di bawah pohon buat berteduh atau pakai jas hujan, padahal kan itu bahaya banget.
Tapi semoga aja ga ada insiden pohon tumbang dan memakan korban lagi.
Salam sehat selalu bunda
Salam sehat kembali, ananda Ursula. Kelemahan masyarakat kita memang begitu. Kurang waspada dengan ke selamatan diri sediri. Setelah bencana terjadi, baru mereka tahu bshwa langit itu tinggi. He he .... Selamat sore, ananda. Terima kasih telah singgah.
Hapusselalunya begitu. dah ada yang menjadi mangsa, baru nak ambil tindakan
BalasHapusInnalillahi.. Duh ngeri bun, suami juga pernah tertimpa tangkai daun palem yang ukurannya cukup besar waktu pulang dr kantor, syukur dia pakai helm full face jadi Alhamdulillah kepalanya aman, walaupun bahunya agak sedikit memar dan spion motornya patah. Apalagi ini yang tertimpa pohon besar dan usianya sudah cukup tua..
BalasHapusUpaya mitigasi memang penting ya Nek? Apalagi ini berkaitan dengan nyawa manusia.
BalasHapusTentunya segala kejadian yang telah ada hingga saat ini harusnya memberikan kita pelajaran penting akan pentingnya sebuah Kepedulian.
Di negeti ini upaya mitigasi agak kurang diperhatikan. Padahal, dahulu pohon peneduh di jalan itu pemerintah yang nanam. Seharusnyan untuk nebang atau pemangkasan tanggung jawab mereka. Terima kasih telah mengapresiasi, cucunda Teddy. Selamat sore.
Hapus