Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wow ...! Dompet Emak-emak Ini Penuh Sampah

Ilustrasi:  Dompet  Emak-emak  Penuh Sampah

Tadi pagi, kebetulan saya mencari sesuatu dalam dompet tempat Hp, sekaligus biasa dipakai untuk belanja  di warung-warung desa. Sudah dibolak balik berulang kali, barang yang ditacari belum juga ketemu.  

Saya tumpahkan semua isinya ke meja. Apa yang terlihat. Isi dompet itu penuh sampah. Mulai struk belanja di minimarket, beberapa lembar  tanda terima setoran bank, PDAM dan listrik, sampai  tisu bekas pakai. Ada juga kresek kecil. 

Seperti Tong Sampah

Inilah ciri khas dompet saya.  Kurang lebih seperti  tong sampah. Bedanya, tong sampah  tempat bermuaranya segala jenis limbah, maka dompet tadi  isinya beberapa recehan dan sampah kering tertentu saja. Khususnya kertas dan plastik. Semoga tidak terjadi pada kalian.

Kasus ini berlaku juga pada tas. Baik tas murahan wadah belanja harian, maupun agak mahalan (ukuran kantong saya) yang hanya dipakai pada momen  tertentu saja. 

Masalah tersebut adalah satu dari sekian banyak kelemahan yang menempel  pada diri saya.  
Entah itu bawaan sejak lahir, pengaruh lingkungan, keturunan, atau tersebab  dari sononya saya tipe pemalas.  Allahu alam bish shawab. Untuk memastikannya mungkin perlu penelitian ilmiah oleh pakarnya.  Semoga saya bukan  pengidap Hoarding Disorder.  He he ....  

Terlepas dari  itu, saya akan memberikan 2 pengakuan mengapa saya terjebak dalam  tabiaat yang kurang baik ini:

1. Karena kecerobohan dan kebiasaan

Saya orangnya ceroboh. Tetapi dalam banyak hal maunya  konsekwen dan  perfect. He he ... muji diri.  Salah satu contonya, membuang sampah pada tempatnya. 

Kalau kebetulan habis nyampah di tempat-tempat umum,  umpamanya  habis makan permen  dan camilan sejemisnya,  setelah makan di warung ada tisu atau serbet bekas ngelap tangan, kemudian  sampai di luar baru sadar barang itu masih tergenggam di tangan,  sedangkan di sekitar saya tak ada tong sampah. Sarap tersebut langsung masuk ke dompet atau  tas. Tak jarang juga dalam saku baju. He he ....  

2. Berpikir terlalu  ke depan

Berpikir terlalu ke depan adalah kuekurangan saya yang lain.  Efeknya, saya tidak mudah membuang benda-benda yang bersifat dokumen sekecil apapun.  Takutnya, suatu saat dia akan dibutuhkan. 

Misalnya,  tanda bukti setoran bank,  struk belanjaan. Usai  transaksi benda-benda tersebut saya cobloskan saja ke dalam dompet atau tas.  Karena sudah menjadi tabiat, kadang-kadang saya melakukannya di luar kesadaran. 

Kapan Benda Itu Dibuang

Andaikan ada yang bertanya, “Sampai kapan limbah-limbah tersebut  dibiarkan  ngumpet di persembunyiannya?” 

Jawabnya, tergantung mood. Kadang-kadang  3 - 4  bulan sekali saya melakukan pembersihan isi dompet dan tas. 

Benda terkategori sampah benaran dimusnahkan.  Dokumen  lainnya yang kira-kira penting, seperti tanda bukti setoran bank dan sebagainya, saya susun rapi kemudian disimpan  pada kotak spesial. Kemudian ditaruh pada tempat khusus. Misalnya dalam almari.  

Bukan tanpa Risiko

Sebagai catatan tambahan, kasus menyimpan dokumen di kotak tersembunyi, bukan tanpa risiko. Saya pernah pusing 7 keliling. Beberapa tahun  lalu, saya mentransfer duit  ke rekening keluarga atas nama minjam. 

Saat membayarnya timbul konflik.  Dicari-cari bukti setorannya tidak ketemu. Saya yakin lembaran tersebut  terselip di antara lipatan kertas yang  lain di dalam kotak yang sama.

Karena terlalu lama disimpan akhirnya lupa taroknya dimana. Padahal, sampah yang diselamatkan tadi, telah bertahun-tahun baru dibuang.  

Inilah jawaban kenapa ada dompet Emak-emak penuh sampah.  Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Baca juga:  

****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

22 komentar untuk "Wow ...! Dompet Emak-emak Ini Penuh Sampah"

  1. kirain sampah kotor rupanya sampah struk belanja dlll...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cermin ketidakrapian pemiliknya. He he .... Terima kasih telah singgah, Pak Sofyan. Doa sehat di awal Februari.

      Hapus
    2. Terima kasih bu Nur. Appreciated. Struk belanja jangan di buang bisa di tukar lagi

      Hapus
    3. Hah.... Struk belanja biss ditukar lagi? Enak tuh Pak Sofyan. He he .... Jadi ingat kupon beli martabak bandung, beli satu dapat kupon satu. 10 kupon bisa diganti satu martabak.

      Hapus
  2. Wah hampir mirip Bu, aku juga kadang menyimpan struk bukti pembayaran PLN atau BPJS sampai numpuk satu toples.

    Tapi ada untungnya juga sih, saya kadang nemu struk PLN lama zaman presiden Soeharto, kelihatannya unik, beda dengan sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas Agus. Manusia tuh tak pernah rugi. Udah tumburan, "untung tidak patah," "untung tidak meninggal "

      Hapus
    2. He he ... Untung2 bisa beranak pinak jadi duit.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Wah .... Bukankah ini tabiat Emak2 saja, Mas Tanza? He he. ....

      Hapus
    2. kayaknya semua sekarang... terkadang kuitansi ada hadiahnya
      😁😁😁

      Hapus
    3. Kami di daerah kayaknya belum ada, Mad. Kecuali kupon isi air galon dan beli martabak bandung. Itu pun tidak semua.

      Hapus
  4. bukan emak-emak sahaja, memang lumrah wanita sebegini. hihi. tapi saya hari-hari kemas sebab tak suka bawak beg berat-berat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu kebiasaan yang baik. Supaya dompetnya bebas sampah. Selamat sore ananda Sal.

      Hapus

  5. Yaa apa yang ada didompet emak2 mungkin tak jauh beda dengan dompet bapak2...Akan selalu ada kertas yang bukan uang, Tetapi tetap disimpan.😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he .. Bagus kalau disimpan sebelum numpuk seperti dompet saya selamat malam, Mas Satria. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk mu sekeluarga.

      Hapus
  6. kalau saya sih,. tidak pernah menyimpan struk belanjaan, struk pembayaran PLN, struk -. struk lainnya pasti langsung saya keluarkan dari dompet justru struk belanjaanya saya tukarkan lagi dan alhamdullilah kadang dapet hadiah voucher gratis minuman coca cola, spriets honeylemon . tapi, kalau struk PLN dan lainnya sih ya, disimpan rapi sama bunda.



    dan? selamat bunda? iklan blognya sudah tampil, blognya pun jadi terlihat cantik dan menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak ya, dengan struk belanja bisa dapat vucher gratis. Terima kasih telah mengapresiasi, ananda Tari. Terima kasih ucapan selamatnya. Cuman bunda masih heran. Blogmu timbul tenggelam. Kini dia tak bisa diakses lagi. Sebaiknya diganti atau buatin yang baru saja.

      Hapus
  7. Iya, bunda?? Blog ada cuma gak diisi artikel karena saya sibuk di dunia nyata.

    BalasHapus
  8. hahahaha emak-emak banget ini Bu, saya juga demikian, tapi memang agak lebih rajin ngeluarin dari dompet, karena nggak suka kalau dompet saya jadi tebal, wkwkwkw.

    Maunya tebal karena duit.

    Tapi semua struk itu nggak langsung dibuang sih, saya simpan di sebuah kotak, niatnya sih mau masukan ke list pengeluaran, biar mudah mengatur keuangan, sayangnya lebih banyak lupanya ketimbang ingatnya wakakakakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he ... Sama ananda Rey. Maunya dompet tebal karena duit. Ananda Rey, orang nya pasti serba rapi dan teratur. Termasuk dalam urusan pengeluaran belanja. Syukur dikaruniaiNya kelebihan di biding itu. selamat siang dan selamat beraktivitas.

      Hapus