Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bertengkar Suami Istri? Jauhi 3 Ucapan Ini!

Ilustrasi Pertengkaran suami istri,  (Sumber foto: pexel.com/Vlada, diadopsi dari liputan6.com)

“Bertengkar suami istri adalah bumbu berumah tangga. Puluhan tahun  menikah tak pernah cekcok? Patut dicurigai. Jangan-jangan rumah tangga tersebut  bermasalah.” 

Demikian kira-kira inti dari tausiah seorang ustad yang tak sempat saya rekam secara detil.

Saya mengamini.  Tentu saja pertengkaran dimaksud dalam kadar kewajaran. Sebab rumah tangga yang tak pernah sepi konflik adalah neraka bagi suami istri dan anak-anaknya.  

Yang judulnya cekcok,  kata-kata terucap  pasti yang jelek-jelek, tiada satu pun  yang enak. Gula bisa terasa pahit, istri cantik, suami ganteng terlihat seperti si buruk dari  gua hantu. Janji manis saat pacaran dulu berbah menjadi racun sepahit empedu. Syukur-syukur tidak terlibat KDRT secara fisik.

Habis Bertengkar  Baikan lagi

Lucunya, ada suami istri yang punya hobi   ribut melulu.  Dikit-dikit berantam, saling caci, sampai-sampai terdengar di luar rumah. Boleh dikatakan gaduh bagi mereka merupakan agenda bulanan. Beberapa hari kemudian baikan lagi. Padahahal  usia pernikahan mereka  sudah belasan tahun.

Sering Bertengkar Pertanda Jodoh Makin Panjang 

Setelah damai, muncul  kelakar basi,  “Sering bertengkar tandanya jodoh panjang.”  Saya kurang sepakat dengan  pernyataan tersebut.  Saat berantam,  materinya tak akan terlepas dari marah-marah dan sakit hati.  

Apa artinya jodoh panjang kalau hati selalu tersakiti. Bagi pihak yang sensitif, sekali tersinggung sakitnya lama. Ujung-ujungnya stress. Kasian bukan? Namun semuanya kembali kepada yang menjalani. 

Nah, supaya tidak ada pihak yang stress bin sakit hati pasca petikaian,  bagi kalian yang hobi  membumbui pernikahan dengan pertengkaran, dan menganggap sering berantam pertanda jadoh makin panjang, saya kasih 3 saran berikut ini:

1. Saat bertengkar suami istri, jauhi kebiasaan menghina masa lalu pasangan

“Dasar  manusia tak tahu diri. Dahulu kamu bukan siapa-siapa. Untung nikah dengan saya, kalau tidak, sampai tua nasibmu tak akan berubah, bla ..., bla .... ”  

Ada juga suami istri yang saat ribut, terang-terangan membuka aib masa lampau pasangannya.  Duh .... Betapa sakitnya hati mereka, jika diserang dengan hinaan tak bermutu begitu. Meskipun kebenaran ucapannya nyata adanya.

2. Saat bertengkar, jauhi mengucapkan kata cerai

Saya pernah dicurhatin teman maya, bahwa 30-an tahun pernikahannya sering diterpa pertengkaran. Saat ribut suaminya royal mengucapkan kata talak/cerai. Terus kabur beberapa minggu atau bulan. Kemudian balik lagi.

Duh ...,  seakan-akan sang suami menganggap talak sebagai mainan. Padahal, menurut Islam, apabila suami telah melafalkan talak pada istrinya, maka haram untuk digauli lagi. Hukumnya zina. (maaf, saya tak berani menarasikan masalah ini lebih detail. Takut salah ulas).

3. Saat bertengkar suami istri, jauhi mencaci maki keluarga pasangan

Usai ijab qabul,  sepasang anak manusia tersebut resmi menjadi suami istri. Saat terjadi perselisihan yang berpangkal dari masalah keduanya, apa urusannya dengan keluarga, coba. 

Kemarin saya dicurhati oleh keponakan. Katanya dia sakit hati dengan istri pamannya  Sy. Setiap  Sy cekcok dengan istrinya, sang isteri  selalu mengkait-kaitkan keluarga suaminya, yang notabene sedarah dengan saya. Katanya keturunan si Anu begini begono. 

Mendengar ceritanya saja saya ikutan baper, kerena nenek saya telah meninggal puluhan tahun  dia bawa-bawa dalam urusan pribadinya.  

Saya tak habis pikir dengan manusia tipe ini. Apa enaknya menjelek-jelekkan keluarga pasangan. Bukankah begitu terjadi perkawinan orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga istri adalah keluarga suami, dan sebaliknya. 

Andaikan habis bertengkar rumah tangga mereka bubar, mungkin tak masalah. Apa jadinya setelah ribut baikan lagi.

Apa pun alasannya,  sangat tidak etis seseorang yang suka menjelek-jelekkan keluarga pasangannya. Apalagi yang diomeli mertuanya sendiri. 

Mohon maaf ulasan ini  agak melenceng. Saya ingin sedikit berkisah.   Ardi bukan nama sebenarnya. Pria setengah baya itu punya tabiat menyiyirin ibu mertua.

“Sudah tua jarang salat. Makannya banyak. Otaknya hanya mengingat harta, harta dan harta. Beda dengan almarhum  orang tua saya.  bla ..., bla ...." Omelan begini bukan sekali dua kali. Tetapi berulang-ulang. 

Subhanallah. Ngomongnya di hadapan istrinya dan orang banyak pula. Sang istri tidak marah. Malah saya yang kurang enak dan ingin menutup telinga. 

Ketahuilah, di antara kebanggaan suami istri itu, jika pasangannya pandai menghormati keluarga mertuanya.  Sebaliknya  seseorang  akan  sakit hati  dan stress jika laki atau bininya punya kebiasaan mencela orang tuanya dengan kata-kata tak pantas.

Mending mertua  yang dirungut otaknya masih segar, bisa mengingat dan mendengar dengan baik. Jika sudah pikun, namanya sendiri dia sudah lupa. Sepuluh ribu kali pun diomelin tak akan mengubah keadaan, sesuai keinginan  si menantu. 

Penutup

Sejatinya jika masing-masing individu bisa mengerem ucapannya saat marah,  pasca pertengkaran  tidak harus menyisakan sakit hati. Banyak pelajaran positif yang bisa dipetik. Terutama bagi pasangan yang sedang beradaptasi   karena baru menikah. 

Umpanya masing-masing pihak bisa menyadari, hal apa saja  yang tidak disukai pasangan. Terus berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulanginya lagi.  

Demikian 3 hal yang harus dijauhi saat bertengkar suami istri. Tulisan ini adalah opini pribadi yang terinspirasi dari masalah sosial di lingkungan. Tujuannya bukan untuk menggurui.

Sebenarnya masih banyak temuan lain  menyangkut pertengkaran suami istri yang  patut didiskusikan  di sini. Supaya tidak terlalu panjang, kita padai hingga ini saja. 

Mungkin tanpa sengaja  kalian juga punya temuan senada. Silakan tambah di kolom komentar. Semoga bermanfaat. Selamat berpuasa. 

Baca juga :

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

17 komentar untuk "Bertengkar Suami Istri? Jauhi 3 Ucapan Ini!"

  1. iya bener bun saya setuju pada pon nomer 2 jangan pernah mengungkit masa lalu ya karena hal yg sudah berlalu tidak perlu lagi karena jika diungkit rasa sakitnya akan selalu membekas sampai kapanpun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah mengapresiasi, ananda Nur. M.

      Setuju. Diungkit2 sejuta kali pun masa lalu itu tidak akan kembali lagi, dan tidak akan mengubah keaadaan ya, ananda.

      Hapus
  2. Kalau poin pertama belum pernah saya dapati tapi kalau poin kedua sudah pernah beberapa kali saya datapi pasangan suami istri yang ribut menjelek-jeleki keluarga pasangannya masing-masing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm .... Tak baik lah, Mas Hermansyah. antar suami istri saling tersinggung mungkin setelah baikan bisa ditolerir. Kalau keluarga, terutama mertua dan saudara ipar bisa berujung marah berantai.

      Hapus
  3. Duh nyesek banget ya Bu, kalau pas berantem diungkit masa lalu, kebanyakan perempuan tuh yang gitu, tapi zaman now, laki yang mulutnya kejam kek gitu juga banyak, hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perempuan laki sama2 manusia biasa, ananda Rey. Tidak sedikit kaum pria yang mulutnya super tajam. Terlebih kalau istrinya tidak berpenghasilan. he he .....

      Hapus
  4. Nasehat perkawinan yang sangat bagus Bu Nur. Jangan atau jauhi 3 ucapan di artikel Bu Nur. Biasanya kalau diucapkan makin panjang ya Bu Nur. Salam sehat dan selamat beraktifitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha. Si nenek telah jadi penasehat perkawinan. Semoga tak ada yang tersinggung ya, Pak Eko. Terima kasih telah singgah. Selamat berpuasa.

      Hapus
  5. Memang sebaiknya kalo bertengkar dengan pasangan jangan bawa atau ungkit masa lalu pasangan yang buruk.

    Begitu juga dengan keluarga pasangan, jangan sampai dibawa juga.

    BalasHapus
  6. Setuju Mas Agus. Cukup kita saja yang sakit hati karena membawa2, masa lalu dan keluarga itu menambah panjangnya persoalan. Terima kasih telah mengapresiasi.

    BalasHapus
  7. Nasihat yang luar biasa. Setiap orang memiliki privasi dan aib masa lalu yang tidak ingin diungkit, kalau sampai diungkit bisa menjadi konflik besar. Tentunya harus menghargai kekurangan satu sama lain, jangan mau kelebihannya saja hehe.. Apalagi sekarang bulan Ramadan, saatnya untuk semakin menjaga lisan dan hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Mas Vicky. Sebab, sejelek2nya masa lalu seseorang, masa depannya masih suci. Selamat malam, terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat buat keluarga di sana.

      Hapus
  8. Terimakasih nasehat nya nek nur , sangat bermanfaat 😊🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2, ananda Laila. Terima kasih juga telah singgah. Selamat berpuasa.

      Hapus
  9. Setuju dengan ulasan nenek 🤗🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, ananda Dinni. Telah berkenan dinggah. selamat berpuasa.

      Hapus