Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lemang dalam Cerita dan Emak-emak Milenial Simpang Tanjung Tanah, Kerinci

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Emak-emak milenial Simpang Tanjung Tanah sedang membuat lemang. Foto: NILA KUSUMA)

Lemang adalah makanan terbuat dari beras ketan, santan kelapa, plus garam secukupnya.  Dimasak dengan cara dibakar dalam seruas bambu yang dilapisi daun pisang muda. 

Kecuali untuk bisnis, kudapan khas Nusantara ini hanya dibuat pada waktu tertentu saja. Seperti, memasuki bulan Ramadhan, menyambut lebaran, kenduri adat, dan sebagainya.  Khususnya di kampung-kampung.

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Mengukur lelapa. Foto: NILA KUSUMA)

Pada momen tersebut lemang digunakan sebagai menu pelengkap jamuan saat sedekahan, dan  untuk menghidupkan tradisi hantaran dalam memperkuat kekerabatan.  Umpamanya, keponakan mengantarkan pada mamak, yang muda kepada yang tua atau yang dituakan. 

Membuat lemang

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Mengumpul kayu bakar. Foto: NILA KUSUMA)

Membuat lemang itu relatif susah.  Tidak bisa dilakukan oleh satu orang. Memerlukan waktu kurang lebih 5 jam sampai lemang matang.  

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Bahu membahu mengangkat kayu bakar. Foto: NILA KUSUMA)

Bagian tersulit mebuat lemang itu proses memanggang (membakar)  karena berhadapan dengan api. Di kampung saya, urusan ini dilakukan oleh bapak-bapak. Tak heran, era digital ini tradisi  membuat lemang nyaris lengser dari peradabannya.

Membuat lemang sebagai ajang hiburan, mempererat persahabatan dan persatuan

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Membuat senderan atau tungku pembakaran lemang. Foto: NILA KUSUMA)

Walaupun demikian, membuat lemang bisa pula dijadikan  ajang hiburan, meninggalkan sejenak kehidupan yang cendrung individualis, mempererat persahabatan serta persatuan. Dan yang terpenting bisa berpuasa sejenak buat internetan. Ha ha ....

Seperti dilakukan oleh 9 emak-emak milenial  tetangga saya,  Jumat, 13 Mei 2022 lalu. Beliau-beliau itu sebagian dari  orang tua siswa SD No 97, Simpang Empat Tanjung Tanah. 

Sambil ketawa-ketiwi  mereka bekerja sama memasak lemang tanpa dibantu oleh bapak-bapak. Mulai mencari kayu bakar, pengadaan bambu serta daun pisang dan sebagainya, sampai ke memanggang. 

Kegiatan tersebut berlangsung dalam lingkungan SD bersangkutan. Tentu saja atas izin dan dukungan dari Ibu Junaidah selaku Kepala Sekolah, dan majlis gurunya.  Hasilnya, tak kalah enak dengan lemang-lemang kebanyakan. 

Nila salah satu anggotanya mengatakan bahwa, dengan kebersamaan tersebut mereka terhibur dan larut dalam kegembiran. 

Ilustrasi Lemang dalam Cerita, (Sebagian Emak-emak milenial membersihkan beras ketan. Foto: NILA KUSUMA) 
Kegiatan tersebut mereka lakukan dalam rangka pelaksanaan upacara adat Kenduri Sko di Tigo Luhah Tanjung Tanah Kerinci, 11-14 Mei yang lalu. Seluruh rumah tangga yang ada dalam wilayah Tanjung Tanah diwajibkan menyumbang lemang masing-masing 2 batang.  

Gunanya untuk menu  pelengkap pada acara puncak kenduri sko, dan dibagi-bagikan kepada tamu untuk dibawa pulang. Yang belum tahu tentang kenduri sko ada di sini.

Berharap lemang tanpa melakukan apa-apa

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Lemang sedang dibakar. Foto: NURSINI RAIS)
 
Berbeda dengan saya. Sejak pengumuman dikeluarkan, otak saya mulai berpikir, supaya  si nenek ini beroleh 2 batang lemang, tanpa  melakukan apa-apa, dan  kewajiban terhadap  negeri  tetap terbayar. Ha ha ....

Dua hari sebelum hari H-nya terdengar kabar bahwa di desa tetangga  ada pedagang lemang. Saya telepon dia. Rabu sore lemang mendarat ke rumah saya.

Ilustrasi Lemang dalam Cerita (Tumpukan lemang hias sumbangan dari warga Tigo Luhah Tanjung Yanah. Foto: NURSINI RAIS)
 
Lucunya, 10 menit kemudian, menyusul 3 batang lemang  hadiah dari 2 tetangga berbeda.  Endingnya, tanpa melakukan apa-apa, saya punya 4 batang lemang. Ha ha .... Rezeki nenek shalihah. 

Deikian cerita perlemangan dan semangat emak-emak milenial Simpang Tanjung Tanah, Kerinci. Semoga inspiratif.

Baca juga :

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi

19 komentar untuk " Lemang dalam Cerita dan Emak-emak Milenial Simpang Tanjung Tanah, Kerinci"

  1. seru nek, kalau rame rame gini masaknya. banyak bahan buat jadi foto ni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget, ananda. Fotonya banyak. Nulis artikelnya yang sedikit dan sulit. Maklum. Nenek2. He he ....

      Hapus
  2. rumit juga ternyata membuat lemang....
    thanks for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya anak muda sekarang tidak banyak yang bisa membuat lemang. Alhamdulillah saya bisa. Karena keterpaksaan membantu orang semasa kecil. Doa sejahtera sepanjang masa untuk keluarga di sana.

      Hapus
  3. Proses pembuatan lemang ternyata gk mudah ya.. jadi pengen tahu rasanya saya😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, kesini, Mbak. He he .... Saya siapkan lemang untuk Mbak.

      Hapus
  4. seru ya,aku sudah merasakan lemang saat ke bukittinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang terkenal di kampungku lemang Air Haji, Mbak. Gurih, legit, dan lembut. Di sini lemang selalu stanby setiap hari pekan. Mungkin sekarang tiap hari. Saya sudah lama tidak ke sana

      Hapus
  5. Suka makan lemang, tapi baru tau proses cara pembuatan. Terimakasih untuk ulasan Bu Nur..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 Mas Warkasa. Terima kasih juga telah mengapresiasi. Salam sehat penuh berkah untuk keluarga di sana.

      Hapus
  6. Aku baru dengar tentang Lemang ini bunda hihihi, kayaknya gurih banget ya rasanya hihi

    Menarik juga ya, cara pembuatannya yg cukup rumit harus melibatkan banyak orang, semoga tradisi membuat Lemang seperti ini selalu dilestarikan oleh warga setempat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Insyaallah, trafisinya masih terjaga. Tetapi sekarang yang bisa membuat lemang ini hanya yang tua2 seumuran bunds. Salam pagi untuk keluarga di sana. Selamat beraktivitas.

      Hapus
  7. Lihat fotonya, saya juga ikut semangat. Soalnya uda jarang ketemu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Datanglah ke sini, Mas. Tidak bikin pun kita bisa makan lemang. Setiap hari bisa dibeli. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.

      Hapus
  8. kebiasaannya kaum lelaki yang masak lemang kalau di sini. Hebat emak-emak ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini bapak2 bisa emak2 pun bisa, ananda Sal. Selamat pagi dari negeri seberang.

      Hapus
  9. hehehehe Alhamdulillah dapat 4 batang lemang, mudah2an tradisi membuat lemang ini masih tetap bertahan tak tergerus zaman ya, bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he .... Lucu ya. Mau lemang tapi malas masaknya. Iya. Kerjanya rumit dan lama, makannya tidak seberapa. Dikasih tetangga pun tak kuat makannya semua. Selamat malam, ananda Naia, selamat istirahat.

      Hapus
  10. Lemang itu diliat simple, tapi masaknya rumit ya bundaaa 🤣. Aku sukaaa lemang ini. Kalo di Sibolga dimakan Ama durian atau tape. Duuuh jadi kangeeen Ama lemang.

    BalasHapus