Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pamflet Larangan Buang Sampah “Cap Orang Kafir” di Kota Bengkulu

Ilustrasi Pamflet Larangan  Buang  Sampah “Cap Orang Kafir”

Sampah dan permasalahannya

Diakui atau tidak, kebiasaan membuang sampah sembarangan merupakan karakter sebagian oknum masyarakat Indonesia, baik di desa maupun di kota. 

Beragam cara untuk mengatasinya.  Di antaranya memasang pamflet persuasif di berbagai tempat, agar masyarakat membuang sampah pada tempatnya. 

Ilustrasi Pamflet Larangan  Buang  Sampah “Cap Orang Kafir” (Sumber foto: Dikutip dari beritamanado.com)
 
Slogan dan narasi  yang digunakan pun  bermacam-macam. Mulai dari himbauan biasa misalnya,  “Dilarang membuang  sampah di sini!” sampai ke doa nyeleneh tapi menyeramkan. “Tuhan, aku rela dikutuk 12  turunan kalau buang sampah di area ini. 

Subhanallah. Syukur-syukur tidak merelakan dirinya dikutuk Qur-an 30 juz. Ha ha ... 

Selebaran pakai  bahasa kasar pun  berceceran di banyak lokasi tumpukan sampah. “Yang buang sampah di sini adalah keturunan an ***g.  Namun  kayaknya belum mujarab.  Sampah-sampah masih bertebaran di area yang dimaksud.

Alergi dengan label “KAFIR”

Ilustrasi Pamflet Larangan  Buang  Sampah “Cap Orang Kafir”
 
Yang menarik, di kota Bengkulu saya menemui pamflet yang menurut saya unik dan  tak biasa, tentang himbauan tidak membuang sampah sembarangan. “Bagi siapa yang membuang sampah di sepanjang jalan ini termasuk orang-orang KAFIR !!” 

Perboden begini  bergelayutan di pohon-pohon  pinggir jalan yang saya lewati. Meskipun belum menyeluruh. 

Salah satu warga Kota Bengkulu mengatakan, narasi seperti ini terbilang  manjur, mengalahi  kalimat persuasif dan himbauan lain. Di sepanjang kawasan yang dimaksud, hampir tak terlihat selembar pun botol kemasan air meneral dan plastik lainnya berserakan. Kecuali dedaunan tua yang berguguran.  Barangkali penduduk setempat  alergi dengan label “kafir”.   Allahu alam bish shawab.

Sampah di luar dan dalam negeri

Ilustrasi Pamflet Larangan  Buang  Sampah “Cap Orang Kafir”  (Jejeran tong sampah di depan kos-kosan Sally Oak, Birmingham Inggris)
 
Terkait tema di atas, saya ingin sedikit menyenggol urusan persampahan di luar dan dalam negeri.

Berbicara masalah sampah di  Indonesia Raya ini memang tak pernah habisnya. Beda dengan  negara maju, yang masyarakatnya telah teredukasi dan pemerintahnya  tidak hanya pintar membuat aturan.

Di Inggris misalnya. Di sana saya tidak pernah menemui pamflet larangan membuang sampah sembarangan. Tetapi lingkungannya tetap bersih dan bebas sampah. Sebab, pemerintah setempat membuat peraturan didukung dengan sarana dan prasana yang lengkap.

Di depan rumah penduduk dan tempat-tempat umum tersedia tong sampah. Setiap hari petugas datang menjemput, terus diangkut ke pengolahan sampah.

Bandingkan dengan tanah air  kita. Khususnya di pedesaan tempat saya berdomisili. Sepuluh ribu  kali seruan  dilancarkan, supaya masyarakat  tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi tempat buangnya tidak disiapkan, petugas angkutnya nol kosong. Kecuali di kota-kota. 

Harus bagaimana lagi. Buang ke lahan kosong samping rumah, atau lempar  ke sungai dan selokan adalah pilihan gratis dan paling nyaman. 

Tak percaya? Saat musim kemarau, silakan lihat di dasar kali. Atau kalau kebetulan ada pengerokan selokan dan sungai. Sungguh mengerikan.

Petugas sampah dengan bayaran murah

Syukur, di  tempat saya sekarang sudah ada petugas  dengan bayaran yang  relatif murah. Setiap pagi dia datang mengambil sampah-sampah  rumah tangga. Kecuali hari Jumat. Karena di Desa kami, libur kerjanya setiap Jumat. Bukan hari Minggu berdasarkan kalender Nasional. 

Penutup

Sejak kehadiran petugas sampah, warga desa  kami sedikit lega. Lingkungn kami aman dari  sampah yang bertebaran.  Meskipun belum layak disebut bebas sampah 100%. 

Sebab, dimana-mana ada saja oknum nakal. Mereka ogah menjadi member persampahan. Sebagiannya berdalih mereka punya lahan di belakang rumah  buat membuang sampah. Yang  lainnya  menolak  tanpa alasan. 

Tak heran, di dalam sungai yang mengaliri desa, masih tampak sampah bergelimpangan. Tetapi jauh berkurang, dibandingkan zaman sebelum adanya petugas tersebut. Efeknya, saat musim hujan banjir tak pernah absen merendam pemukiman penduduk.  

Baca juga:  

 *****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

12 komentar untuk "Pamflet Larangan Buang Sampah “Cap Orang Kafir” di Kota Bengkulu"

  1. Memang perlu sekali dilakukan revolusi mental di segala aspek, termasuk juga urusan buang sampah. Membuang sampah sembarangan memang terlihat mudah tetapi akan memiliki dampak yang luar biasa. Semoga Indonesia segera bisa menyusul negara maju lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Mas Adi. Mungkin butuh beberapa generasi baru kita bisa mengikuti negara maju tentang teknik pengelolaan sampah. terima kasih telah singgah. Salam sehat selalu.

      Hapus
  2. Pendekatanya ke hal yang sedikit agamis ya Bu, biar manjur. Memang kalau buang sampah itu harus sama-sama kita awai biar lingkungan bersih. Tapi memang, masyarakat kita ini kesadarannya sangat rendah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rendahnya kesadaran masyarakat, karena tidak didukung oleh sarana dan prasana yang lengkap, ya, ananda Supriadi. Terima kasih telah mampir. Salam sehat selalu ya.

      Hapus
  3. Di jalan kecil dekat tempat kerja saya ada yang pasang spanduk, yang buat sampah di sini hantu. Udah gitu disampingnya ada gambar hantu yg cukup ngeri. Masalahnya kalo malam lewat jalan tersebut jadi takut sendiri melihat gambar tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha .... Karena takut, minimal jumlah sampahnya bisa berkurang. Sebab biasanya, oknum pembuang sampah itu beroperasi pada malam hari. Kalau siang banyak yang melihat. Mungkin juga ada negor. Terima kasih telah mampir, ananda Annisa.

      Hapus
  4. klo di tempat saya bukan lagi kafir bu nur malah dikasih CCTV ditulisi klo ketauan bakal dikirim ke Rumah Dakit JIwa
    memang kadang itu sudah capai dan empet sama yang buang sampah sembarangan makanya ada tulisan seperti itu
    budaya membuang sampah di negara kita memang perlu banyak yang diperbaiki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Upaya yang bagus tuh, Mas Ikrom. Apa jadinya jika kedapatan busng sampah sembarangan dikirim ke rumah sakit jiwa. Ha ha ..... Terima kasih telah mampir, Selamat malam.

      Hapus
  5. Aku pernah bipang ke anak2, kalo petugas sampah yg kerjanya mengangkut sampah2 kita, itu orang yg paliiing berjasa. Jangan pernah tutup hidung saat dia sedang melewati rumah atau lingkungan kita. Tanpa dia, udh pasti kotor dan bau banget gara2 sampah 😔. Makanya aku paling kuatir kalo udh Deket lebaran, Krn si petugas juga libur Bun 🤣. Kalo kelamaan, udh pasti numpuk sampah di rumah. Makanya pas si Abang sampah DTG, aku kdg suka kasih minum, atau pas Deket lebaran kasih hampers dan thr biar dia semangat kerjanya. Pusing kalo ga ada si Abang sampah 😅🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, ananda Fanny. Faktanya memang begitu. Kehadiran seseorang itu pasti membawa manfaat bagi yang lainnya. Sejelek apapun dan semiskin apapun dia. Bunda juga begitu, ananda. Tiap bulan kami kasih bonus 3 x lipat. Sebab iyuran dari masyarakat kecil bsnget. Cuman 5 ribu perbulan. Apalah arti uang segitu. Meskipun dia digaji dari pemerintah desa.

      Hapus
  6. Di tempat saya, petugas ambil sampah cuman 2 kali seminggu Bu, untungnya saya sering milah sampah, yang sampah kayak potongan sayur dll, saya taruh di halaman, ditutup daun-daun, jadi kompos.
    Kurang masalah sisa makanan nih, pengennya gali lubang kayak biopori gitu biar sisa makanan di buang ke lubang, jadi sampah makin sedikit :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaallah, sibuk nulis dan ngasuh anak, masih sempat bikin kompos. Ibu yang luar biasa. Sebaiknya memang begitu ya, ananda Rey. Doa sehat untuk cucu2 di sana ya.

      Hapus