Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wahai Anak yang di Rantau, Jangan Tiru Sikap Brigadir Joshua!

Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan himbauan kepada kaum anak. Kalau merantau, jangan tiru sikap almarhum Brigadir Joshua Hutabarat. 

Sikap tertutup terhadap orang tua

Tema ini pasti membuat kalian kaget. Orang yang sudah tiada dibawa-bawa.  Iya ... Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari sikap Brigadir Joshua semasa hidupnya. Salah satunya   almarhum tertutup terhadap orang tuanya. 

Informasi ini saya peroleh dari wawancara Bapak Samwel  Hutabarat ayahanda Brigadir Joshua melalui  wawancara beberapa saluran televisi.  Kata beliau, kalau berkabar  putra kesayangannya itu selalu menyampaikan yang baik-baik.  Meskipun sesungguhnya dia kurang baik-baik saja.  Alasannya, dia tidak mau  membebani pikiran orang tuanya dengan hal yang negatif.  

Efeknya kita semua tahu bukan? Saat diterpa masalah, orang tua bingung, kecewa, dan penuh tanda tanya.

Mirip Brigadir Joshua

Seminggu lalu saya juga kecewa dengan sikap anak bungsu saya, mirip Brigadir Joshua. Yaitu, sama-sama punya sifat tertutup terhadap ayah dan bundanya.  

Bedanya, Brigadir Joshua masih bujangan dan merantau di ibu kota Jakarta. Anak saya sudah beristri, punya anak 4, berdomisili  di Kota Bengkulu.  

Ceritanya, sebulan  belakangan katanya dia agak demam disertai batuk. “Cuman seminggu. Sekarang udah sembuh,” akunya. 

Sejak itu, saya rutin memantau perkembangannya via  VC.  Minimal dua hari sekali, untuk menanyakan kondisinya. Dia selalu menjawab,  “Udah  sehat.”

Saya balik bertanya,  “Sehat kok berbaring?”

“Cuman mau istirahat saja.”  katanya.

Curiga

Meskipun saat di VC dia selalu tersenyum, saya curiga. Sebab  pertama menjawab dia  agak lemas.  Kalimat ke dua dan seterusnya seperti sehat wal afiat.  

Besoknya  (Rabu 31/08/2022)  saya VC lagi. Jawaban dan nadanya  seperti biasa, “Ingin istirahat.”  Awalnya lemas, kemudian ngomongnya bersemangat. Semangat dibuat-buat tentunya. 

Dalam video tampak, dia berbaring bukan di rumah pribadinya. Hati kecil saya berpikir, mungkin  rehatnya di ruang kerja kantornya. Sebab seminggu terakhir dia ngaku sudah mulai ngantor.

Rupanya hari itu dia sedang bersiap-siap untuk menjalani operasi usus buntu di Rumah Sakit Bhayangkara Bengkulu. Tetapi tidak menginformasikan pada bapak dan emaknya di Kerinci sini.  

Yang dia kasih tahu malah kakaknya di Jambi. Itupun setelah operasinya selesai dan bersiap-siap meninggalkan rumah sakit  untuk pulang.  Katanya dia sengaja tidak berkabar ke Kerinci, karena tidak mau mengganggu pikiran ayah bundanya dengan hal yang tidak menyenangkan. 

Tujuannya memang baik

Saya kecewa. Tidak sepatutnya dia menutup-nutupi hal begini.  Apa jadinya andaikan operasinya gagal, kami ayah dan ibunya tidak dikabari. 

Tujuannya memang baik. Supaya Emak dan Bapaknya tidak panik. Tetapi  bagi saya sikapnya tersebut membuat saya berkecil hati.  

Begitu juga dengan isterinya. Suami memang dia yang punya. Anak tetap  anak saya sampai dia tua. Saya dan ayahnya juga berhak tahu kondisinya. Terutama masalah kesehatannya. 

Singkat cerita, begitu mendapat kabar dari Jambi, hari itu juga saya dan ayahnya menyiapkan sesuatunya untuk  berangkat ke Bengkulu. Alhamdulillah, kami menemui si bungsu dalam keadaan sehat, senyum ceria merekah di bibirnya.

Penutup

Asal kalian tahu ya. Sikap tertutup  terhadap orang tua bukan sesuatu yang haram. Terutama bagi kalian yang berada di rantau.

Tetapi kalian juga harus mengerti, ada masanya harus tertutup,  adakalanya pula harus transparan. Jangan seperti Brigadir Joshua dan anak bungsu saya. Alih-alih menyenangkan hati orang  tua, malah membuatnya tak enak hati.

Lalu yang boleh dirahasiakan terhadap orang tua itu apa? Misalnya jika kalian anak perempuan, tinggal di rantau ikut suami. Kebetulan kalian demam tersebab ngidam. Ngidamnya silakan dilapor.  Sebab,  hal tersebut kabar baik. Tetapi  masalah sakit atau demamnya sebaiknya tahan sendiri.  Ha ha ....

Terus, bagaimana pula tipe anak yang terlalu terbuka?  Alkisah seorang sahabat saya. Setelah menikah, dia ikut suaminya bekerja dan tinggal di Jakarta. Selama di rantau, dia sering berkirim surat kepada orang tuanya, yang berisi keluh kesah. Ujung-ujungnya minta dijemput. Suami yang tinggal diambil orang.  Eh ..., maaf,  cerita saya meluber ke mana-mana. 

Terakhir mohon maaf, artikel ini ditulis bukan untuk menggurui, hanya sekadar curhatan. Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat.

Baca juga:  

 *****

Sumber Ilustrasi:  Foto Arie Vatresia

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS,
di Kerinci, Jambi

21 komentar untuk "Wahai Anak yang di Rantau, Jangan Tiru Sikap Brigadir Joshua! "

  1. Waah judulnya bikin penasaran😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Warkasa Bisa aja. Terima kasih apresiasinya. Salam sehat selalu untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  2. Masyaallah bun Semoga Lekas Sembuh putranya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih doanya, ananda Nita. Terima kasih juga telah mengapresiasi.

      Hapus
  3. Benar nek,, jangan terkalu tertutup dan jangan pula terlalu terbuka, karena tidak semua permasalahan bisa dihadapi sendiri, terkadang kita juga perlu nasihat atau sekedar saran dari orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget, ananda. Sebab adakalanya manusia tak bisa menghadapi masalah berat seorang diri. Perlu saran dan masukan orang tua. Anak muda punya banyak ilmu, orang tua kenyang dengan pengalaman. Terima kasih telah singgah, ananda Radhika

      Hapus
  4. Turut bersyukur putra Bu Nur sudah sembuh pasca operasi radang usus buntu. Semoga segera bisa pulih dalam aktifitas sehari-hari.
    Hormat saya.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah. Terima kasih apresiasinya, Mas Puji. Melihat foto potongannya mengerikan banget. Merah kayak cabe. Selamat pagi, Mas. Salam sehat selalu.

    BalasHapus
  6. tipe orang memang beda beda.....
    semoga anaknya benar benar sudah sembuh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, Mas Tanza. terima kasih telah mengapresiasi. Maaf telat merespon. Dua hari belakangan sinyal XL di tempat saya kosong.

      Hapus
  7. Mungkin biar nenek tidak khawatir, tapi tetap ya nek orangtua harus tau karena sebagai orangtua kita akan mendoakan anak2 kita dimanapun berada.🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya mrmsng begitu. Terima kasih telah singgah, ananda Dinni. Selamat sore.Maaf telat merespon. Dua hari belakangan sinyal XL di tempat saya kosong.

      Hapus
  8. Iya kadang sebagai anak, saya juga main rahasia..ya itu,niatnya tak mau membuat orang tua terbebani.apalagi sudah dewasa begini.Tapi ternyata harus dipilah-pilah lagi.makasih ibu pencerahannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, ananda. Yang pasti, pikiran anak dan orang tua itu kadsng2 memang tak sejalan ya, ananda Enny. Terima kasih apresiasinya. Maaf telat merespon. Dua hari belakangan sinyal XL di tempat saya kosong.

      Hapus
  9. Saya termasuk ya flexible bunda, kalau sakit parah saya pasti ngabarin orang tua, minta doa, minta support karna kalau orang tua nggak dikabari pasti marah, tapi kalau sekedar demam kadang nggak ngabarin sih, kadang sampe ga masuk kerja karna diare misal, saya juga ga ngabarin karna menurut saya sakitnya kan ga parah dan efeknya juga nggak fatal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang2 ada juga anak yang cengeng. Demam flu aja udah nangis2 nelepon. He he .... Tapi. Kalau anak sampai dioperasi, selaku orang tua bunda sedih kalau tidak kibarin. Selamat sore, ananda. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  10. Baik Bu, saya akan ingat pesan2 ibu kalau saya sakit akan kabari ibu, kalau ga punya duit juga saya akan minta ke ibu 🤣

    BalasHapus
  11. semoga lekas sembuh untuk anaknya, bun..

    BalasHapus
  12. Terima kasih doanya, ya Naia. Alhamdulillah, kondisinya sudah membaik. Udah masuk kerja seperti biasa.

    BalasHapus
  13. Subhanallah, semoga ini bisa jadi pelajaran ya Nek untuk bisa terbuka pada Orang Tua. Bagaimanapun mereka juga berhak tahu dan khawatir pada anak-anaknya.

    Semoga selalu sehat Nenek & Keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat berjuhan, orang tua itu selalu khawatir akan kondisi anaknya. Selaku anak, kalian diharapkan mengerti perasaan orang tua. Salam pagi ananda Teddy. Terima kasih apresiasinya.

      Hapus