Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yuk, Rayakan Bulan Bahasa dengan Belajar Bahasa Kerinci!

Ilustrasi: Rayakan Bulan Bahasa dengan Belajar Bahasa Kerinci (dokpri).

Sejarah mencatat, bulan bahasa jatuh pada setiap Oktober.  Puncaknya bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober. 

Berbicara masalah Bahasa dan Sastra Indonesia, tak bisa lepas dari bahasa daerah. Sebab, Bahasa daerah berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional yakni, bahasa  Indonesia (mabasan.kemdikbud.go.id). 

Oleh sebab itu bahasa daerah harus mendapat  tempat seluas-luasnya untuk berperan, terutama di tanah kelahirannya sendiri. Oleh sebab itu, mari kita pelihara, berbangga,  dan junjung tinggi bahasa daerah masing-masing. 

Sejelek apapun  bahasa daerahmu jangan malu. Sebab, dia   adalah bagian dari kekayaan budaya bangsa. Bukan untuk diejek dan direndahkan. 

Dalam rangka merayakan bulan bahasa  tahun ini, nenek celotehnur54 mengajak kalian belajar bahasa Kerinci. Yang mau ikutan, simak ulasan berikut sampai tuntas.

Bahasa Kerinci adalah bahasa Austronesia yang dituturkan oleh penduduk bersuku Kerinci, di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, sebagian Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, dan  diaspora Kerinci di wilayah  lain di indonesia. (Wikipedia). 

Oh ..., ya. Sebagian besar para perantau  asal luar daerah, yang berdomisili di Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh,  juga menggunakan bahasa Kerinci. Termasuk saya. 

Dalam postingan kali ini, nenek celotehnur54  mengajak kalian mengulik  10  contoh kosa kata dalam bahasa Kerinci,  yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh penuturnya. Masing-masing  5 kosa kata (bahasa Indonesia)  berakhir bunyi  “ing”,  5 lainnya berakhir  “i”.

1. Contoh kata berakhir “ing”.

kambing = kambek  
kucing = kucek  
anjing = anjek
jering  (jengkol)  =  jhing
pancing  = pancae 

2. Kelompok kata berakhir  “i”

tali  = talai  
kunci = kuncai
kaki  = kakai
padi  = padei
keladi  = kladek

Kata  yang berakhir  bunyi “ing” belum tentu berubah menjadi  “ek”

Mari  kita cermati  5 kosa  kata pada contoh  pertama.  Ke limanya bersuku akhir dengan bunyi  “ing”! (kambing   kucing ,   anjing,  jering, dan pancing).

Jika berpedoman pada 3 kata pertama kambing  >>> kambek, kucing >>> kucek, dan anjing >>> anjek, seakan-akan  setiap kata yang berakhir bunyi “ing” berubah menjadi “ek”.  

Faktanya tidak demikian.  

Perhatikan kata  jering  >>> jhing  (bunyi “ing” tidak mengalami perubahan. Tetapi konsonan “r” digusur oleh “h” dan “e” pada suku pertama lebur.  Sehingga “jering”  dilafalkan “jhing”. Bukan “jerek”.   

Selanjutnya, pancing  >>> pancae, (posisi “ing” diganti  oleh “ae”), hingga kata “pancing”  diucapkan “pancae”. Bukan pancek. 

Kata berakhir vokal “i” tak selamanya berganti “ai”.  

Amati  contoh ke dua! Ada 5 kosa kata yang suku akhirnya  dipadukan dengan vokal  “i”. (tali, kunci, kaki, padi, dan keladi). 

Jika mengacu pada 3 kata pertama  (tali  >>>  talai,  kunci  >>>  kuncai,  kaki >>> kakai), seakan-akan rumusnya, setiap kata berakhir “i”,  ditutup dengan bunyi  “ai”. 

Nyatanya tidak.  Simak kembali  kata padi  >>> padei (“i” ditukar dengan “ei”,  padi menjadi “padei”, bukan “padai”. Selanjutnya,   keladi >>> kladek (“i” berubah jadi “ek”.   Bukan “keladai”. 

Bahasa Kerinci itu unik dan fleksibel. Dia memiliki  keragaman yang tinggi. Dialek orang Tanjung Tanah  beda dengan orang desa  Cupak. Meskipun berada dalam  kawasan yang sama, bahkan bertetangga yang cuman dipisahkan gapura pembatas desa dan sepetak sawah. 

Misalnya  untuk kata “pancing”,  di desa Tangjung Tanah masyarakat menamakannya  “pancae’, di  Cupak panceng. Di  tempat berbeda bisa saja menjadi panceh, pance, pancin, dan sebagainya.  Intinya, setiap desa mempunyai dialek khas masing-masing.

Penutup

Sekilas bahasa Kerinci itu susah dimengerti. Terutama bagi pendengar yang baru membaur dengan penuturnya. Tetapi setelah disimak dan dipahami, 3 hari bergaul dengan penggunanya dijamin bisa, meskipun belum terkategori fasih. 

Demikian materi pembelajaran Bahasa Kerinci untuk episode ini, lain kesempatan disambung lagi. Semoga bermanfaat. Terima kasih.  

 Baca juga:  

*****

16 komentar untuk "Yuk, Rayakan Bulan Bahasa dengan Belajar Bahasa Kerinci! "

  1. Perkongsian yang menarik sekali. Memang unik bahasa-bahasa di Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Itulah ciri khas bangsa Indonesia, ananda Sal. Maaf telat merespon. Sebelumnya blog ini agak bermasalah.

      Hapus
  2. Kadang suka lucu denger bahasa daerah karena kita gak terbiasa dengarnya. Pertama kali dateng ke cirebon kaget juga denger bahasanya bledag bledug

    BalasHapus
  3. Hah ...? Kok komennya bukan dari akun celotehnur54, ya? Eror lagi, eror lagi.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah. Berhasil dipulihkan

    BalasHapus
  5. Alhamdulillaah..., terima kasih banyak ya. Bisa belajar bahasa Kerinci di sini. Mantap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya, Mas Muhaimin. Doa sehat selalu.

      Hapus
  6. terima kasih sudah berbagi, bunda. Semoga bahasa daerah bisa tetap lestari dan tidak tergerus zaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Salam sehat buat keluarga di sana. Sudah lams kita tidak saling menyapa.

      Hapus
  7. Waah, ilmu baru ini. kalau kami menggunakan bahasa Palembang, banyak kata2 yang berakhiran O. Hampir seluruhnya kalau di Bahasa Indonesia berakhiran "A", ganati aja jadi "O". Langsung jadi Bahasa Palembang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa Kerinci banyak yang diubah dan ditambah2in Kang Mas. Nasi jadi nasai, aku jadi akau. He he...

      Hapus