Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerja Salah tak Kerja Salah. Biar tak Stres, Baca Resepnya di Sini!

Ilustrasi Kerja Salah tak Kerja Salah dan Stres

Kerja salah tak kerja salah. Topik ini terinspirasi dari nyinyiran beberapa kenalan. “Nikmati bae hari tua,  rajin ke Masjid mensyukuri nikmat kesehatan. Orang seumuran Bapak banyak yang stroke, lho Pak.”  

Ocehan begini ditujukan pada si ganteng  suamiku. Awalnya malu juga.  Seakan-akan saya dan anak-anaknya memperbudak doi pergi ke kebun dan bekerja. 

Berulang kali kakek 71 tahun itu mengklarifikasi, bahwa dia orangnya tak bisa diam. “Tanpa  ke kebun saya  bisa stres.  Menyambut matahari pagi, dan mengantarnya kembali tenggelam ke barat, tiada  melakukan apa-apa,” katanya. 

Apapun alasannya orang tak percaya.  Tetap saja menganggap beliau ke kebun untuk bekerja. Yang paling tahu adalah saya istrinya.  

Seharian tidur

Sejak memasuki masa pensiun (Januari 2013), kakek yang biasa disapa Uut oleh cucu-cucunya itu,  mulai fokus mengisi waktunya  untuk bertani. Dari sebelumnya dia ke kebun pada hari  libur saja, menjadi  2-3 kali seminggu. Tak heran, orang-orang menganggapnya makin tua makin serakah.

Kegiatan tersebut dia lakukan bukan tanpa alasan. Seminggu saja dia diam di rumah, saya yang stres.  Takut terjadi apa-apa  dengan kesehatannya.  Sepanjang hari kerjanya tidur.  Belum 10 menit habis makan tidur. Malamnya begadang. Ditegur dia marah.  Efeknya, perutnya gendut, napasnya sesak. 

Beda jika dia aktif ke ladang. Makannya enak, tdurnya pulas. Berat badannya stabil ke angka 70. Suka tidak suka saya harus mendukung kegiatannya. Habis bagaimana lagi. Gendrenya  memang  keturunan ibu dan bapak tani. Jauh sebelum pensiun dia sudah mempersiapkan diri untuk itu

Ogah tinggal di kota

Pernah saya mengajaknya pindah ke kota ngumpul bersama anak dan cucu. Dengan tegas Uut menolak. “Saya senang tinggal di desa, tiada bakat jadi orang kota.  Syaratnya, jangan halangi hobi saya. Saya bertani  sekadar mencari keringat, bukan cari makan, tidak pula untuk  kerja. Yang kerja duit. Hati saya terhibur melihat tanaman.”  

Ya sudah. Mau bagaimana lagi. Enaknya, beliau mendukung hobi saya menulis. Bahkan jika diajak mengunjungi  suatu tempat untuk bahan tulisan, dengan senang hati dia mendampingi. 

Sehat di usia tua

Kini usia Uut memasuki gerbang 72. Alhadulillah, masih sehat. Program mingguannya (ke kebun) tetap jalan. Tapi intensitasnya bengangsur kurang.  Kadang –kadang  cuman satu kali  5 hari. 

Bukan berarti beliau tak punya penyakit. Semua lansia pasti banyak yang sakit. Tetapi alhamdulilah dia jauh lebih bugar di dibandingkan teman kecilnya yang masih hidup. 

Manusia tak pernah mati gara-gara bekerja

Kata orang bijak, “Kecuali sebab kecelakaan kerja, manusia tak pernah mati karena bekerja. Justru karena  tidak bekerjalah yang banyak menyebabkan kematian.”

Hal tersebut bersesuaian dengan filosof orang bijak, “Bukan bekerja yang membuat kita sering sakit, melainkan cara kita memperlakukan diri yang membuat kita stres, sakit dan cepat mati. 

Tanpa disadarinya, suami saya telah menjalani gaya hidup yang mengalir alami, ala bawaannya sendiri  yang erat kaitannya dengan kesehatan dan bekerja. Barangkali  inilah yang menyebabkan dia bisa beraktivitas sampai di usia tua. 

1. Bekerja? Iya. Tetapi dia tak mau stres gara-gara pekerjaan.  Dari muda dia bekerja sesuai kapasitasnya,  tidak memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang tidak dia sukai.  

2. Berpikir? Iya. Tapi berkata tidak untuk memikirkan hal yang  kelewatan rumit. Saya malah sebaliknya. Saat menghadapi sesuatu problem, saya berpikir keras mencari solusi, biar cepat keluar dari masalah yang sedang mengganjal.  

Dalam banyak hal yang melibatkan otot pun dia berusaha sebisa  mungkin supaya yang rumit bisa dibuat gampang dan tidak banyak menguras energi. 

3. Makan tidak terkendai? Iya. Tetapi dia selalu  berpikir positif terhadap makanan kesukaannya. Yang berlemak, bersantan, yang berminyak, yang manis, hajar terus. 

Soal kolesterol, darah tinggi, diabetes, dan penyakit lainnya yang disebut-sebut berasal dari makanan lewat saja.  Kalimat pamungkasnya,  “Selagi hidup kita bisa makan.  Setelah mati kita yang dimakan cacing.”

Ilustrasi Kerja Salah tak Kerja Salah dan Stres (Menimati sop tunjang)

Untuk penyeimbangnya, dia sering mengonsumsi sayuran pahit, seperti pare, daun kates, dan sebagainya. Mengunsumsi lalapan segar adalah rutinitasnya. Mungkin tersebab itu  matanya masih relatif terang. Sampai sekarang dia mampu  baca Quran tidak pakai kaca mata. 

4. Ceroboh? Iya. Tapi tidak sembrono amat.  Dia sangat rapi memelihara tubuhnya.  Di segi kebersihan maupun keamanan. Dari rumah ke kebun naik motor 1 jam perjalanan. Kurang lebih 60 kilometer PP, pakai helm standar, sarung tangan, jaketnya dua lapis, plus rompi bagian luarnya. Belum lagi kaos atau kemeja dan buksen.  Dan beliau tidak merokok.

Ilustrasi Kerja Salah tak Kerja Salah dan Stres  (Siap berangkat ke kebun)

4. Senang bertani? Iya. Tapi orangnya suka rileks. Minimal 2 kali setahun ke luar daerah nengok cucu, naik mobil sekalian makan-makan, dan ganti-ganti  pemandangan. 

 Ilustrasi Kerja Salah tak Kerja Salah dan Stres  (Kemesraan bersama cucu di Kota Bengkulu)

Jika diajak jalan-jalan dengan cepat dia mengiyakan. Bilang saja main-main sambil cari makanan kesukaannya. 

Ilustrasi Kerja Salah tak Kerja Salah dan Stres (Rileks di pinggir Danau Kerinci)

Anak-anaknya tahu persis kegemaran bapaknya. Ketemuan  sesekali, urusan perut paling dinomorsatukannya. 

Si Uut juga sangat senang kalau difoto. He he .... Apalagi yang motret cucu-cucu tercinta.  Penyakitnya, paling-paling  di kota  betahnya 4-5 hari PP. Kemudian minta pulang. 

Kesimpulan dan penutup

Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, selagi diri ini diperlakukan dengan wajar, dia akan baik-baik saja dan tidak akan protes. Meskipun menghadapi segunduk pekerjaan. 

Duh, maaf ...,  ceritanya meluber kemana-mana. Obrolan seputar kerja salah, tak kerja salah sampai di sini dulu ya teman-teman. Lain kali kita sambung lagi. 

Baca juga:  

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

47 komentar untuk "Kerja Salah tak Kerja Salah. Biar tak Stres, Baca Resepnya di Sini!"

  1. siip deh nasehatnya.....
    setuju, diri akan baik bai saja meskipun ada segudang pekerjaan.....

    BalasHapus
  2. Luar biasa Kereen... sangat inspiratif..
    Semoga sehat selalu

    BalasHapus
  3. Keren banget Nek, tetap semangat dan sehat meskipun tinggal di kampung. Suatu hari nanti kami juga ingin menikmati hidup pada masanya umur sudah pensiun. Semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Perlakukan diri dengan baik agar dia tidak banyak tingkah. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Terima kasih, Mas Warkasa. Telah berkenan singgah.

      Hapus
  5. Alhamdullilah ya bund..bapak masih di beri kesehatan,yg penting kegiatannya senormalnya usia beliau,ya gak apa bund,hati senang dengan kegiatan berkebun,badan sehat,pikiran ga stress,masih bisa menikmati hari tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah faktanya begtu, ananda. Terima kasih doanya. Terima kasih juga telah singgah.

      Hapus
  6. Iyaa Nenda, kakek buyut Saladin masih kerja di usianya yang hampir 84 tahun, ya dan tidak memaksakan diri. Sekadar buat hiburan.

    Kalau sudah biasa kerja lalu menganggur malah bikin stress.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Kalau sudah biasa kerja lalu menganggur malah bikin stress." dan stress mendatankan penyakit. Nenek sudah membuktikannya.

      Hapus
  7. Begitulah saat pensiun butuh aktivitas yang bikin kita punya semangat berkarya dan lupa akan usia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Mbak Tira. Yang penting sehat rohani dan jasmani. Terima kasih telah singgah. Selamat sore.

      Hapus
  8. Adu bunda membaca tulisan ini saya jadi kayak gimana gitu, hehe "si ganteng" itu sapaan sayang paling manis di hari tua bunda. Bahagia dan sehat selalu.

    Oh ya, sama dengan bapak saya, diajak pertama kali ke Jakarta ga bisa diam. Maunya kami beliau tinggal di rumah, nonton tv atau santai - santai gitu, ini mah kaga cari kebun, mana ada kebun di Jakarta. Akhirnya kami nyerah antarin kembali ke kampung. Giliran diajak main ke Jakarta dia bilang ga enak di Jakarta karena tidak ada kebun, adu adu, sama dengan si bapak (suaminya bunda) mungkin itu gaya orang zaman dulu. Klop juga sama bunda, masing - masing saling mendukung hobby, hobbynya pun unik dan rasanya sulit ditemukan di zaman ini, menulis dan bertani, wah benar benar keren si opa dan si oma. hehe sehat dan bahagia selalu bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Di Jakarta mana ada kebun. Sama dengan si cowok gantengku. Berkunjung ke Jambi atau ke Bengkulu nengok cucu, mau cepat pulang. Tak enak di rumah orang lah, pada hal rumah anaknya sendiri.
      Ingat kebunlah, kakinya sakit karena gak kerjalah, tak enak makan, panas dan alasan lainnya. Alhamdulillah, beliau mendukung hobi cewek gaeknya ini. Tak pernah pula ngajak ke kebun untuk kerja. Terima kasih telah singgah, ananda. Selamat malam.

      Hapus
    2. Aii bunda bahasanya hehhee, cewek gaek kwkw, keren bunda, bahagia dan sehat selalu bun.

      Hapus
  9. bekerja dan bekarja, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, khususnya kebutuhan makan
    dulu saya sempat pengen jadi petani, hasil dari bekerja saya belikan tanah sawah
    eh seiring waktu, ternyata tenaga tak memungkinkan hehe
    mudah lelah dan tak punya ilmu pertanian
    ah paling nanti disewakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Jati petani hanya enak diucapkan, pahit untuk dijalani. Terlebih jika mengandalkan tulang 4 kerat. Kami pernah menjalani. Kecuali petani bersifat bisnis, bermodal besar. Tapi untuk kakek2 sekadar cari keringat, bolehlah. Kerjanya cuman memeriksa tanaman. Bersih2 main upah.terima kasih telah singgah, Pak Guru. Selamat malam.

      Hapus
  10. Alhamdulillah sehat2. Yg terpenting mgkn turuti kata hati, klo kepengen kerja ya kerja, klo kepengen santai ya santai, jalan2 ya jalan2. 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Persis begitu, ananda. Kerja sendiri, istirahat sendiri. Paling nyapu pekarangan. Karena di sana ada rumah juga. Posisinya pas di pinggir jalan raya. Untuk bersih kebun diupah. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat akhir pekan

      Hapus
  11. sedapnyaaa sup tunjang👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi banyak lemaknya, Anis. Bikin kolesterol melonjak

      Hapus
    2. lemak itu pasti. sebab tu tak boleh makan selalu

      Hapus
    3. di entry ini juga saya ada komen sebelum ini & tak muncul...

      Hapus
    4. Heran juga ya, Anis. Gak tau masalahnya dimana. Bagi saya, sekecil apapun komen teman2, sangat berarti. Dan insyaallah pasti saya balas. Kecuali terlewati tanpa sengaja. terima kasih pemberitahuannya.

      Hapus
    5. Iya. Tidak terlalu sering juga.

      Hapus
  12. Luar biasa semangatnya. Kerja terbaik adalah kerja yang dinikmati sambil menyalurkan hobi dan silaturahim terjaga. Semoga berkah dan sehat selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia. Kata orang bijak, melakukan hal yang menyenangkan dapat memperpanjang umur.

      Hapus
  13. persis plek ketiplek ayah saya, begitu pensiun langgsung berkebun dibelakang rumah, sambil sesekali ngemong cucu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas Alfan. Tapi sekadar cari keringat. Kerja benaran gak kuat.

      Hapus
  14. Alhamdulillah dari kisah pribadi bisa jadi motivasi untuk saya sendiri dan orang lain, kayaknya harus nambah aktifitas berkeringat lagi nih. makasih ya neng

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, Mas Ifrod. He he .... Saya biasa dipanggil nenek. Bukan neng. Kemudaan. Haha.

      Hapus
  15. Masya Allah. Keren banget Buu

    Semoga Uut sehat-sehat selalu ya Bu. Betul kata beliau, berkebun untuk cari keringat itu bagus buat tubuhnya. Pengganti olahraga berat semacam gym dan jogging. Biar pernafasan dan sirkulasi darahnya tetap berfungsi maksimal

    Jadi terinspirasi untuk bisa hidup ala beliau
    Semoga bisa panjang umur dan sesehat beliau juga Aaamiiin

    Thanks for sharing, Buu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Kerjanya tak kuat, ananda. Tapi kalau tidak kerja dia agak demam2 saketek. He he.... Terima kasih telah singgah ya. Selamat beraktivitas.

      Hapus
  16. Bunda, suaminya ternyata sebaya Ama papa sayaa ☺️😄. Sama kayak papa, beliau juga ga mau diem Bun. Maunya ttp kerja. Setelah pensiun dari kantor, papa buka bakery shops, skr' malah udh nambah dengan peternakan ayam telur dan perusahaan penerbitan. Memang ga bisa diem samasekali.

    Justru papa bilang dia malah stress kalo di rumah, dan ga mikir.

    Kami sih yg penting papa happy. Kalo memang kerja bisa bikin dia semangat, ya udah, dibiarin aja. Lah kalo di rumah malah marah2 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Kami sih yg penting papa happy. Kalo memang kerja bisa bikin dia semangat, ya udah, dibiarin aja. Lah kalo di rumah malah marah2." Nah ..... Persis, ananda. Malah sekarang seoalah2 dia menjadikan kebun sebagai terapi. Sebulan terakhir dia batuk. Katanya kalau di kebun batuknya tak pernah datang.

      Barangkali si Uut benar seusia papamu. Saat ini memasuki 72 tahun.

      Salam sehat untuk beliau (papamu) ya. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
  17. Masya Allah Nek, senang rasanya melihat Nenek dan Suami masih sehat-sehat saja. Dari tulisan ini nampak betul bagaimana Nenek memahami keseharian dan sikap Kakek.

    Semoga sehat selalu ya Nek, kerennya lagi Kakek mendukung hobi menulis Nenek. Semoga kalau Teddy dapat jodoh juga yang mendukung hobi menulis Teddy hehe.

    Terima Kasih tulisannya ya Nek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin ... Ananda. Nenek mau mengingatkan. Kalau nyari jodoh pilihlah wanita yang berbobot. Sebab pasangan tidak hanya untuk teman hidup dan saling memahami, tetapi juga sebagai lahan untuk menanam bibit. Benih akan tumbuh baik jika ditamam di tanah yang subur. Duh, maaf, nenek telah menggurui.

      Hapus
  18. biasanya yang di masa muda sering kerja, kalau waktu pensiun pasti ingin ada kegiatan biar tidak diem aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas Rezky. Kalau diam, bawaannya ngantuk melulu. Perutnya gendut, napasnya sesak.

      Hapus
  19. Sama kayak Alm Bapak saya nih Bu, semakin tua malah nggak bisa diam, kalau di rumah aja, badannya sakit semua, akhirnya dia nanam-nanam apa aja yang bisa ditanam, meskipun nggak menghasilkan uang, tapi setidaknya bisa di makan sendiri.
    Sayang bapak saya perokok berat dan suka minum alkohol, di tempat ortu saya, orang minum alkohol itu berasa nggak haram, huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soal menghasilkan uang, itu jauh banget, ananda Rey. Panen sayuran untuk dikonsumsi keluarga saja sudah merupakan kepuasan tersendiri.

      Weih .... Mungkin minum2nya sekadar menghangatkan badan saja. Mudah2an tak sampai memabukkan. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat selalu.

      Hapus