Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antrean ke Tanah Suci Kian Panjang: Apa Kabar Gagasan Berhaji di Luar Musim Haji?

Ilustrasi Gagasan Berhaji di Luar Musim Haji

Antrean menuju tanah suci kian panjang, gagasan berhaji di luar musim haji telah berusia hampir 30 tahun. Bukannya mendapat sambutan dari pihak terkait. Malah  semakin tenggelam dari permukaan.

Gagasan Kiai Masdar dan sikap Umat Islam 

Ide berhaji di luar musim haji itu dilontarkan oleh Masdar Farid Mas’udi. Beliau adalah Kiai kelahiran 18 September 1954, di Purwokerto.

Kiai Masdar merasa aneh karena kalangan  Islam bersikap dingin atas  buah pikirnya tersebut. Padahal, menurut dia dalam Al-Quran jelas dan tegas menyatakan bahwa waktu haji itu beberapa bulan. Tanpa perlu ditafsirkan lagi. (Syawal, Dzulkaedah dan Dzulhijjah, Red). “Yang tidak boleh berubah tempatnya, persyaratannya, dan urutan ibadahnya.” ujar Masdar dalam suatu diskusi bersama wartawan senior Dahlan Iskan.  

Sebagai ahli agama, Masdar telah lama mengetahui tentang berhaji di luar musim haji ini. Tetapi dia baru melontarkannya pada tahun 1994. Tepatnya 4 tahun setelah musibah terowongan Mina, yang menelan korban 1500 jiwa.

“Kalau berhaji bisa dilakaukan 3 bulan, kita punya waktu 90 hari. Jika setiap musim haji berlangsung 7 hari, kelak setahun bisa  12 kali musim haji.” tambah Masdar. 

Hal senada dirilis oleh islam.nu.or.id. Alquran menyebut musim haji ada 3 bulan. Yaitu Syawal, Dzulqadah, dan Dzuhijjah. 

 “(Musim)  haji  itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan  (ibadah) haji dalam bulan-bulan itu, maka janganlah  dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat,  dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada-Ku wahai orang yang mempunyai akal sehat.  (QS  Al-Baqarah [2] 197). 

Tetapi ayat ini ditafsirkan dengan cara berbeda oleh  masing-masing kelompok.(islamnu dan Masdar).  Ya, sudah. Saya tidak membahas  masalah ini terlalu dalam, karena bukan kapasitas saya. 

Daftar tunggu haji di tanah air

Pada kesempatan ini saya hanya ingin merespon, dan mengaitkannya ide berhaji di luar musim haji ini dengan tingginya  animo umat Islam Indonesia untuk menunaikan ibadah haji. Dari tahun ke tahun jumlah calon haji yang telah mendapatkan porsi semakin menumpuk dan menambah panjangnya daftar tunggu. Tidak sebanding dengan kuota tahunan yang diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi. 

Tidak tanggung-tanggung. Berdasarkan data yang dirilis situs Kementerian Agama RI, masa tunggu haji Indonesia maksimal 97 tahun, paling cepat 9 tahun. 

Yang mendekati satu abad (97 tahun) itu  di Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Ini bermakna, jika seseorang ingin berhaji pada usia 60 tahun, dia harus mendaftar 37 tahun sebelum dirinya lahir. Mungkinkah itu? 

Andaikan gagasan  berhaji di luar musim haji tersebut disetujui oleh pihak yang berkepentingan, tentu masalah ini bisa diselesaikan.

Namun untuk ke arah itu tidak  semudah membalik telapak tangan. Kalangan NU pun belum tentu mendukung. Sebab masalah haji tidak hanya menyangkut kepentingan  warga Bantaeng atau Indonesia umumnya. Tetapi meliputi masyarakat Muslim dunia. Dan kunci pentingnya ada  pada pemerintah Arab Saudi.  

Sekilas tentang Masdar Farid Mas’udi. 

Ilustrasi Gagasan Berhaji di Luar Musim Haji, (Kiai Masdar Farid Mas’udi. Sumber foto:  timesindonesia.co.id)

Masdar Farid Mas’udi  lahir di Purwokerto 18 September 1954. Ayahnya seorang kiai terkemuka di Banyumas.  Setelah berguru pada Kiai Chudlori Tegalrejo dan Kiai Ali Maksum Krapyak,, Masdar Kuliah di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tahun1997,  dia  menyelesaikan studi jenjang master bidang Filsafat di Universitas Indonesia. Lengkapnya klik di sini.

Sebagai ahli agama, Kiai Masdar telah lama mengetahui hal ini (berhaji di luar musim haji). Tetapi dia baru melontarkannya pada tahun 1994. Tepatnya 4 tahun setelah musibah terowongan Mina, yang menelan korban 1500 jiwa.

Pendapat pribadi 

Apabila masalah ini ditanyakan  ke saya, secara pribadi saya menjawab, "Tergantung pada apa kata umat muslim dunia. Kalau  semuanya telah sepakat, saya seribu kali setuju." Kalau cuma sebatas gagasan yang timbul tenggelam, jangankan memberikan dukungan, ngasih tau tetangga saja  saya tidak berani. Ntar ada yang menuding saya boco aluih, alias g**a. Ha ha .... 

Sebab, selain di luar kelaziman, untuk mengubah kultur dan pola pikir masyarakat yang sudah mendarah daging itu bukan perkara gampang. Dahulu pelaksanaan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah, kini ujuk-ujuk mendukung ide Masdar, berhaji di luar musim haji, saya harus siap-siap dibully, dan dilabeli penganut ajaran sesat.  

Bagainmana pendapat anda? silakan beropini pada kolom komentar. Sekian dan terima kasih. 

 Baca juga:  

 *****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
________________

Referensi:

Dahlan Iskan, 2021, Haji Masdar,  https://disway.id/read/2828/haji-ma
Diakses  Selasa, 12 Mei 2023, jam 12.30.

36 komentar untuk " Antrean ke Tanah Suci Kian Panjang: Apa Kabar Gagasan Berhaji di Luar Musim Haji? "

  1. Terlalu ramai sekarang. Entah bila giliran. 10 Zulhijjah. Bagus infony. Terima kasih atas perkongsian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya. Mungkin di Malsysia daftar tunggunys juga lsma, ya teman bapYpose.

      Hapus
  2. gagasan bernas.... patut menjadi bahan pertimbangan bersama....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuman tidak mendapat respon dari umat Islam. Sebab ayay 197 Surah Al-Baqrah tersebut ditafsirkan berbeda, menurut versi lain. Terima kasih telah mengapresiasi, Mas Tanza.

      Hapus
    2. Iya ya bund .nunggu antriannya aja bisa belasan tahun...lama banget..udah nunggu nya lama..biaya juga bertambah...makasi infonya bunda🙏

      Hapus
    3. Malah puluhan tahun, ananda. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam

      Hapus
    4. kolom komentarnya tidak muncul di saya bun? Memang untuk urusan ibadah agak sensitif ya, saya pun baru tau tentang info ini. Tapi semua kembali lagi ke pihak Arab Saudi sebagai pihak penyelenggara dan penyedia tempat untuk beribadah

      Hapus
  3. Saya sudah lama banget mendengar polemik ini.
    Haji sendiri ada aneka macam juga kan.
    Haji yang sesungguhnya ya memang bulan potong kambing.
    Maka diluar itu disebut umrah atau Haji apa gitu, saya sedikit lupa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haji beda dengan Umrah, ananda. Baik waktu pelaksanaannya, maupun hukumnya.

      Hapus
    2. Betul sekali, beda waktu pelaksanaannya, dan pasti juga hukumnya. Selain di bulang potong kambing, menurut sejarah kan ada haji wadah dan sbb. Saya sendiri lama dan lupa menekuni ilmu agama. Sibuk cari duit hehehe.
      Yang jelas ya itu, haji di bulan potong kambing.
      Walau ada yang mengusulkan musim haji ada lebih dari satu...itu masih dalam perdebatan.
      Paling tidak, ya itu digenjot musim umrahnya. Intinya jika kangen kabah, kalau hajinya kelamaan, ya umrah.

      Hapus
    3. Benar ananda. Karena daftar tunggu yang lama, banyak orang memilih pergi umrah. Biayanya bervariasi. Ada juga yang mendekati ONH. Tergantung durasinya.

      Hapus
  4. Sekarang masa tunggu haji memang lama banget. Inilah kenapa kalau ada rezeki di usia muda lebih baik daftar dulu soalnya pas haji mungkin usianya udah menginjak dewasa bahkan berkeluarga. Salah satu Kyai di sini menyarankan gitu. Dan memang bener, anak yang didaftarkan haji di beberapa belas tahun lalu sekrang dah mendekati waktu pemberangkatan. Semoga kita semua diberi kesempatan dan rezeki untuk naik haji. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda Keza. Maunya kita memang begitu. Susahnya, mungkin semasa kita kecil orang tua kita belum punya duit. He he .... Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
  5. Yaa, ramai sekali orang yang berhaji yaa bund. bisa lebih dari 10 tahub daftar tunggu antrenya yang saya pernah lihat. parah banget ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mslahan ada yang harus nunggu 97 tahun, Kang Mas joe. Benar2 parah keknya. Terima kasih apresiasinya. Selamat malam, salam sehat selalu untuk keluarga di sana.

      Hapus
  6. Maaaf bunda aku langsung ngakak pas baca boco aluih 🤣🤣🤣.

    Aku mah juga setuju2 aja Ama pendapat pak ustad di atas, tapi dengan catatan ya disetujui Ama pemerintah Arab Saudi. Lah yg punya tempat mereka 🤣🤣. Kita mah cuma bisa beropini ya bund 😁.

    Ga masuk akal aja nih antrian ya. Aku aja pusing, udah daftar, tapi antrian berapa puluh tahun lagi. Kok rasanya ga kebayang pas udh tua malah naik haji. Sanggub ga, itu aja sih yg kepikiran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bu hajjah Fanny 🤣🤣👍

      Hapus
    2. Ha ha .... Boco aluih = bocor kecil, artinya otaknya ada sedikit kerusakan.

      Tetapi masalah ini tidak cukup menggunakan pendapat individu ya, ananda. Sebab menyangkut penafsiran alquran, surah Al-Bagarah 197. Kalau salah tafsit, bisa heboh Muslim sedunia.

      Gak apa2 nunggu lama, ananda Fanny masih muda. Bunda dulu daftar 2006, berangkat 2009.

      Hapus
  7. Bagus juga idenya jika naik haji 7 hari sekali, biar cepat kelar entu antrian 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin perlu kesepakatan ulama sedunia untuk penafsiran surah Al Baqarah 197, ya Mas Jaey. Terima kasih apresiasinya. Salam sore.

      Hapus
  8. antriannya 30 tahun dan semakin menambah setiap hari,
    kepikiran bisa brangkat haji g ini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Allah mengizinkan Insyaallah berangkat, ananda Rezky. Jika punya duit, langsung daftar. Kapan berangkatnya, tunggu saja. terima kasih telah singgah.

      Hapus
  9. aduhhh sekarang haji antri nyampe 40 tahun cepet juga 10 tahun, kecuali haji wada yang mahal itu nyampe 300jt langsung bisa berangkat tanpa antri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow ... 300 juta. Bagi orang2 biasa gak bakalan ketemu jatah. Ya Mas Geden. Kecuali kaum berduit. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  10. Saya baru tahu tentang ini ketika membaca tulisan Mbak Nur. Menarik juga ya untuk dibahas. Pasti akan terjadi polemik ini di kalangan umat islam kalau gagasanya disampaikan. Ilmu agama saya tidak ada apa2nya untuk bisa berkomentar jauh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hal begini masalah sensitif ya, Mbak. Sebab di luar kelaziman. Karena tercantum dalam Al-Quran, tentu penelaahan/penafsirannya butuh ahli yang melibatkan ulama besar dunia (menurut saya).

      Hapus
  11. berbanding dahulu, orang tak ada banyak duit dan tak mampu nak ke tanah suci.

    sekarang ramai orang dah ada duit simpanan. tetapi giliran untuk ke tanah suci terlalu lama untuk ditunggu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dahulu yang mampu pergi haji hanya orang kaya saja. Sekarang tukang sapu pun banyak yang naik haji. Terima kasih Anis. Selamat sore.

      Hapus
  12. Baru sekarang keinginan saya kuat untuk pergi haji....dulu macam biasa sahaja

    tapi untuk menunggu giliran memang sangat lambat dan entah sempat atau tidak saya tidak pasti...biar Allah SWT yang tentukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menandaka umur telah meningkat, Mas Hanafi. Kerinduan ke Tanah suci semakin terasa. Daftar saja dulu. Kapan2 waktunya soal belakangan. Terima kasih telah mengapresiasi. Maaf telat merespon.

      Hapus
  13. Iya Bu, disini di Banten daftar tunggu haji saja sudah 20 tahun, padahal waktu 2010 masih 4 tahun, tetangga saya soalnya daftar tahun 2010, 2014 berangkat haji. Kalo sekarang daftar katanya berangkat 2043.

    Ide nya kyai Masdar memang bagus, tapi sayangnya tidak mendapatkan respon positif dari pemerintah ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Kerinci sini, saat ini daftar tunggu 15 tahun, Mas Agus. Belum tahu untuk ke depanya.
      Ya, usulan Kiay. Masdar memang sulit diterima, karena di samping spenafsiran surah Al-Baqarah ayat 197 itu dipahami dengan multi fafsir, gagasan tersebut di luar kelaziman.

      Hapus