Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Utang Numpuk Hidup Amburadul? Gampang. Ini 4 "Azimatnya"

  Ilustrasi Utang Numpuk Hidup Amburadul

Gara-gara utang numpuk selilit pinggang, konflik menghadang, harga diri hilang, bini bisa dilelang, jika kurang waspada  nyawa pun melayang.  

Narasi di atas hanya ilustrasi. Fakta di lapangan mungkin lebih parah. Intinya,  konflik yang ditimbulkan utang piutang itu maha dahsyat. Terutama  jika utang terlanjur menumpuk. 

Pusing dijerat utang, orang tak segan melakukan hal-hal konyol. Suami istri bisa bercerai, sahabat dan tetangga jadi musuhan, emak dan bapak pun digugat ke pengadilan.

Islam Membolehkan Umatnya Berutang

Menurut Islam, berutang  bukanlah sesuatu yang haram, alias dibolehkan. Karena dalam praktiknya ada unsur tolong menolong.  Jangankan kita  manusia biasa Rasulullah pun pernah berutang kepada Siti Khadijah, untuk memulai usaha dagangnya. 

Yang penting  tidak bercampur aduk dengan riba, dan  dibarengi niat untuk membayar. Bukan untuk merusak, atau dengan  sengaja tidak mau bayar. 

Pengutang Bergaya Preman

Sayangnya, di sini dan mungkin juga disana, ada oknum pengutang bergaya preman. Suka numpuk utang, tetapi seolah-olah tidak terpikir untuk membayar.  

Ketika meminjam, janjinya semanis gula. Lebih lembut gigi daripada lidah. Alasan kegunaannya pun bervariasi. Nambah modal jualan lah, biaya sekolah anak lah, buka kebun lah, dan sebagainya. Giliran jatuh tempo, ditagih dia mengelak dengan  seribu dalih. 

Yang mengerikan, kapan ada kesempatan doi ngutang lagi untuk konsumtif. Bukan gali lobang timbun lobang, pinjam uang bayar utang. 

Untuk menghindar dari  utang menumpuk, kalian boleh mencoba 4  “azimat” berikut, supaya bisa hidup normal tampa direcoki utang menggunung.

1. Menahan diri 

Suka berutang merupakan tabiat jelek yang susah dihilangkan. Siapa yang  mampu menahan diri untuk tidak berutang insyaallah dia terbebas dari himpitan utang.

Berutang itu enak. Tanpa punya uang kita bisa memiliki barang yang kita inginkan. Lebih-lebih zaman sekarang, untuk mendapat pinjaman kes sangat gampang. Modalnya cuman ujung jari dan klik oke. Sambil duduk hongkang-hongkang pinjaman datang. Yang tak enak itu giliran melunasinya. 

2. Tidak memaksa diri untuk hidup di atas kemampuan finansial

Umumnya, oknum yang terbelenggu oleh utang  menumpuk adalah mereka yang kurang sanggup mengontrol diri. Gaya hidup yang tidak beraturan, membelanjakan uang tanpa perencanaan hingga kos dikeluarkan tidak seimbang dengan pamasukan. 

Supaya bisa keluar dari kasus tersebut diperlukan kesadaran dan kemauan  yang kuat untuk mengubah prilaku. Usahakan  bisa hidup lebih sederhana. Kata nenek-nenek kampung, “Ukurlah bayang-bayang sepanjang badan.” Maknanya, sesuaikan pemasukan  dengan  pengeluaran.  

Utamakan membeli barang kebutuhan pokok, makanan, tempat tinggal, dan pakaian seperlunya. Jika punya utang, prioritaskan juga untuk nencicil, supaya utangnya tidak membengkak. 

3.  Hindari berutang untuk hal kurang penting

Tidak berutang untuk hal-hal yang kurang penting merupakan pilihan bijak untuk menjauh dari jeratan utang. 

Sangat tidak bijak jika kalian tidak punya uang yang cukup, tetapi memaksa diri nonton  konser Grup Musik Coldplay, dengan harga tiket Rp 800 ribu – Rp 11 juta.  Solusinya ambil  pinjol. 

Berjanjilah pada diri sendiri bahwa usahamu untuk berhemat bukan untuk menyiksa diri. Tapi untuk kehidupan yang lebih baik. Minimal terhindar dari jeratan utang.

4. Tidak abai terhadap utang

Setiap individu punya karakter berbeda, termasuk dalam hal memanajemen utang.  Ada yang menganggap utang sebagai beban dan tanggung jawab yang harus segera dilunasi. Miinimal dicicil supaya cepat lunas. 

Ada juga yang abai terhadap utang. Setelah dapat pinjaman, dia seakan lupa, bahkan pura-pura lupa. Biasanya manusia golongan ini paling rajin menupuk utang, melanglang buana dari pemberi pinjaman satu ke yang lain. 

Dia masa bodo dengan nama baik,  masa bodo dengan harga diri. Pokoknya berutang baginya merupakan kecanduan yang sulit dia lepaskan. 

Saat menulis paragraf ini, pikiran saya mundur ke era 70-an. Tupak bukan nama sebenarnya. Wanita 45 tahun ini dan suaminya punya penghasilan yang cukup, tetapi  hobinya numpuk utang. Gara-gara itu, dia dilaporkan ke aparat hukum.

Nasib baik berpihak padanya. Berkat bantuan saudara-saudaranya, utang Tupak dibayar lunas. 

Eh ..., beberapa tahun kemudian, dia berulah lagi. Kasus yang sama berulang. Akhirnya Tupak merasakan juga dinginnya  jeruji besi.

Untung Tupak tidak  hidup  di era  kini, hingga  tidak terkait skandal pinjol. He he ....

Penutup  

Kita tidak boleh alergi dengan yang namanya utang. Sebab berani berutang menandakan sesorang masih normal. Kuncinya, beritahukan diri sendiri bahwa uang atau benda yang kita utangi adalah milik orang lain. Jika tidak dibayar, harta yang kita punya, dicemari oleh  hak orang lain.  

Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat. 

Baca juga:  

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

36 komentar untuk "Utang Numpuk Hidup Amburadul? Gampang. Ini 4 "Azimatnya""

  1. Semoga kita semua dijauhi dari utang numpuk. Stress kalau gak bisa bayar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Mas Jagawana. Efek utang numpuk, sebelas dua belas dengan dengan mabuk narkoba. Haha ....

      Hapus
  2. Betul bund..yang ngutang kadang lebih serem kalo pas di tagih..janji semanis madu,pas di tagih pahit seperti empedu hehehh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda. Uang bisa jadi musuh kalau sudah sampai ke tangan pengutang. He he .... Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  3. Sekarang pinjol lagi tren
    Semenjak wabah melanda
    Banyak terjebak hutang
    Ulasan yang sangat menarik
    Hutang sepertinya saja
    Jangan sampai nanti, gali lubang tutup lubang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda. Manusia normal pasti pernah ngutang. Tetapi banyak yang tidak sadar bahwa utang itu harus diukur dengan kemampuan untuk membayar. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.

      Hapus
  4. suka poin 3 dan 4....
    tips yang bermanfaat.... 👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah mengapresiasi, Mas Tanza. Salam dari jauh.

      Hapus
  5. Gara-gara utang numpuk selilit pinggang, konflik menghadang, harga diri hilang, bini bisa dilelang, jika kurang waspada nyawa pun melayang.

    Suka sama narasi pembukanya. berakhiran -ang smua... hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah singgah, Mas Adi. Selamat sore.

      Hapus
  6. Setuju banget bunda. Jaman skrang penagih hutang kebanyakan sangar. Terus yg menghutang alias meminjam juga gak pengertian. Akhirnya bsa menmbulkan konflik dan percekcokan. Pada akhirnya bsa menimbulkan tindak kriminal.

    Cara mengatasi biar gak kelilit hutang ini bener² bagus dan relate. Kalau gak mau ada hutang ya memang harus apa adanya dn hidup sesuai kemampuan finansial. Gak belanja hal2 yg tidak penting sama skali. Bahkan kalau kepept ngutang ya harus tahu risiko dan cara untuk segera ngelunasinnya.

    Semoga gak kelilit hutang deh ... Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat ananda Keza. Kalau kepepet harus ngutang tak masalah. Asal jumlahnya disesusikan dengan kemampuan membayar. Yang susah tuh ngutang, ngutang, ngutang, dan ngutang sengaja gak mau bayar.

      Hapus
    2. Iyaa bund bener banget, intinya harus sadar dg kondisi diri dan keluarga sh. Kalo nggak gitu, nanti hilaf mulu, hutang dmna2. Naudzubillah

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Saya punya pengalaman bun, meminjamkan uang ke kerabat dan teman, ketika datang menangis minta dikasihani, begitu kita butuh dan bertanya kapan kira2 akan dikembalikan, mereka lebih ganas seakan2 kita yang berutang. Akhirnya uang pun tak kembali. Nasib

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama ananda Naia. Bunda juga begitu. Yang minjam malah saudara sendiri. Akhirnya gak bayar sampai sekarang.

      Hapus
  9. saya tidak suka berhutang tapi ada orang yang berhutang dengan saya belum lagi membayarnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Penyakitnya serupa, Mas Vai. Ditagih beraninya sekali, dua kali. Habis itu gak lagi. Kalau ditagih dia jadi lawan.

      Hapus
  10. jangan berhutang kalau tak mampu nak bayar semula. mula mula memang akan rasa best sebab dapat sesuatu (kerana berhutang) tapi lepas tu... jadi sengsara nak jelaskan hutang piutang...

    yang dah berhutang tu tolonglah bayar. jangan buat buat terlupa atau buat buat mati dengan hutang orang.

    BalasHapus
  11. Ampun, saya g brani ngutang. takut g bs ngembaliin... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga begitu, Mas Adi. Kecuali utang di bank untuk keperluan tertentu. Kalau untuk konsumtif, gak lah. Apalagi untuk makan yang enak2. Biar makan nasi putih dan garam, saya tak akan ngutang beli ikan, daging, dan ayam.

      Hapus
  12. Kdg aku mikir bund, ini yg suka ngutang, tahu ga sih hukumnya dalam agama. Kok ya ga serem, apa udah mati banget nuraninya makanya berani ga bayar hutang.

    Aku takuuuut kalo punya hutang gitu bunda. Mendingan nabung dulu deh kalo pengen sesuatu, jadi ga terjerat hutang. Segala paylater aku ga tertarik utk punya.

    Dan jujur ya aku juga males minjemin orang, Krn ga pengen ribet nagih ntr.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan nuraninya saja yang mati, ananda. Tampilan wajahnya pun kayak eror. Karena makan hak orang. Lain halnya kalau utang dibayar.
      Bunda juga malas ngasih pinjam. Sebab kapan duit udah di tangan orang akan berubah jadi lawan

      Hapus
  13. semenjak wabah korona, banyak kehidupan seseorang berubah drastis
    yang jelas, banyak yang kehilangan pekerjaan
    yang akhirnya terjerat pinjol
    Punya hutang, hidup jadi gimana gitu. Apalagi jika hutangnya melebihi aset
    pening dah kepala
    Semoga mampu menahan diri
    hutang jika tak penting amat, jangan sampai berhutang
    jika punya hutang, semoga mampu melunasinya
    semoga diberikan kelancaran rezeki dan sehat selalu pastinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau keadaan memaksa, ngutang tak jadi masalah, ananda. Asal ada niat untuk membayar. Yang bahaya tuh, ngutang melulu tak ada usaha untuk membayar. Selamat pagi. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  14. Alhamdulillah dapat wawasan baru dari Nenek soal utang.

    Memang hal seperti utang ini begitu pelik ya Nek untuk diurusi, bahkan menjadi salah satu sebab putusnya tali silaturahim.

    Terima Kasih Nek, sehat selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda. Pengalaman memang sering begitu. Gara-gara utang bisa memutus silaturrahmi. Terima kasih telah singgah. Salam sukses selalu.

      Hapus
  15. looks cool:) follow! Hope U follow back:)

    BalasHapus
  16. aku selalu mikir seribu kali kalo mau utang, kalo ga kepepet ya enggak, takit gabusa bayar..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa menahan diri dari godaan hawa nafsu, insyaallah bisa terhindar dari jeratan utang. Bukan berarti kita tak boleh berutang. Tapi upayaksn membayar dan tidak membabi buta. He he ... Terima kasih telah singgah, Mas Khanif.

      Hapus
  17. Terima kasih maks tipsnya,semoga kitaterhindar dari utang2..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Terima kasih telah singgah. Selamat istirahat.

      Hapus
  18. Setuju, kalau emang tidak penting yaa ga perlu berhutang. Sesuai dengan kemampuan diri sendiri aja. Kerja yang lebih rajin agar dapat duit lebih banyak tanpa berhutang

    BalasHapus
  19. Setuju, Mas Rivai. Semasa muda saya juga sering ngutang di bank. Gak mau pda orang umum. Hehe ... Tapi sekarang tidak lagi. Terima kasih telah mengapresiasi.

    BalasHapus