Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Pilek Menyerang, Ini Bonus Istimewa yang Saya Peroleh

Ilustrasi Demam pilek. (Sumber: Tangkapan layar dari foto Bodrex.com)

Kamis  2 Agustus lalu tekak saya tiba-tiba kurang enak. Malamnya agak sakit saat menelan, disertai bersin-bersin. Saya berpikir, ini tanda awal serangan pilek.

Jumat malam, tubuh saya  meriang, hidung mampet, kerongkongan berlendir,  liur keluar tidak terkontrol. Yang paling jahat tuh cairan bening di hidung. Rasanya hampir meleleh. Saat ditiup kosong melompong, tidak ditiup dia menetes sendiri. Seakan-akan si  pesek ini mempermainkan pemilikya.

Meriang berlalu batuk datang

Puncaknya berlangsung 3 hari.  Mirisnya, meriang berlalu  batuk datang, disertai kerongkongan perih dan gatal.  Bagian dalam telinga pun ikutan gatal.  Benar-benar  mengganggu kenyamanan.  

Sekali batuk durasinya panjang dan  bertali-tali,  berkolaborasi dengan sariawan. Saya katakan sariawan karena bibir dan lidah saya tergigit di beberapa titik sampai berdarah. Artinya bagian dalam mulut ini tidak normal tersebab  pembengkakan atau apa.  Barangkali  karena kebanyakan bernafas  melalui mulut. Allahu alam bis sawab.

Eh ..., maaf.  Ini hanya perkiraan saja. Sebab saya bukan dokter. Alhamdulillah, sekarang  udah mendingan.  Walaupun belum pulih seratus persen, selera makan  berangsur normal.

Jangan-jangan penyebabnya  ...

Saya curiga ada yang salah dengan makanan yang saya konsumsi.  Fasalnya, kasus ini terjadi beberapa jam setelah saya  menenggak segelas kecil air rebusan jahe yang  disimpan di kulkas selama dua malam.  Mungkin  minuman tersebut tercemar  oleh virus atau pembawa penyakit apa yang ada di kulkas.  Eh, maaf, ikut-ikutan ngomong virus. Padahal tidak punya kompetensi di bidang  per-virus-an. 

Ya, apapun penyebabnya kita  kesampingkan dulu. Biar ahlinya punya urusan. Yang pasti, ketika kesehatan terganggu, hidup ini terasa tak menentu. Ini baru berbicara demam pilek. Belum sakit lain yang tergolong berat.

Meskipun hanya  gejala ringan, setidaknya  ada  satu bonus mistimewa yang saya peroleh selama beberapa hari  diserang demam pilek . Yaitu: 

Mempertebal rasa empati

 Mungkin karena usia yang mendekati garis finish, saat diserang pilek kali ini dapat  mempertebal rasa empati saya terhadap sesama. Betapa menderitanya saudara-saudara kita yang sedang berjuang melawan penyakit dalam waktu yang lama. Bahkan di antaranya ada yang separuh dari usianya sakit melulu. 

Kadang-kadang kita hanya bisa menasihati si sakit, yang sabar ya, Pak, Bu, Nak, Bang ...! Bahkan ada juga oknum pemilik lidah tak bertulang yang mencibir. “Ah .... cuman kena bisul. Ngaduhnya terdengar  manusia  sejagat. ”Meskipun ucapan tersebut tidak terang-terangan di hadapan si sakit. Saya paling tidak suka individu tipe ini. 

Yang  sangat melukai batin saya adalah, saat terkenang almarhumah ibunda tercinta.  Sebelum pergi untuk selamanya beliau mengidap penyakit   asma selama belasan tahun. Subhanallah. Demam pileks tiga hari tiga malam saja  tersiksanya minta ampun. Apalagi penyakit sesak napas bertahun-tahun. Keluar masuk rumah sakit udah puluhan kali. Namun Tuhan belum mengizinkan  beliau untuk sembuh. Paling sehat seminggu dua minggu. Lepas itu sakit lagi.

Saat kambuh,  derita Emak tak tanggung-tanggung .  Saking tidak kuatnya menahan sesak, mengerang semalaman bukan hal aneh bagi anak-anak beliau. 

Akhirnya suatu pagi 26 Oktober 2009 Emakku dijemputNya  di usia 72 tahun,  dalam kondisi lumayan prima alias sehat. Waktu itu beliau sedang di toilet. Usai buang air lalu terjatuh, tapi masih mampu  berteriak. Oleh adik iparku  beliau diangkat ke tempat tidur, wajahnya langsung berubah. Beberapa saat kemudian, beliau menutup mata untuk selamanya. 

Begitu cerita yang saya peroleh dari adik-adik di kampung.  Semasa itu saya sedang berada di Kota Jambi mengikuti proses persiapan untuk berangkat haji. 

Bila teringat momen-momen begini, saya merasa berdosa. Sebab saya tidak berkesempatan merawat beliau secara nonmeteril, karena saya jauh di rantau orang.  Untung ada saudara-saudara perempuan saya yang lain. Hanya doa yang selalu saya persembahkan untuk beliau setiap kali usai salat. 

Penutup

Selama  berkonflik dengan pilek, tidak hanya memantik rasa empati saya terhadap sesama, terutama pada ibunda tercinta. Banyak  hikmah penting lainnya yang saya peroleh. Di antaranya, memaknai betapa tingginya  nilai nikmat kesehatan, yang merupakan pemberian Tuhan secara  gratis dan terus-menerus. Baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. 

Demikian Artikel ini ditulis sekadar curhatan, tentang bonus istimewa yang saya peroleh selama diserang demam pilek. Semoga bermanfaat, teima kasih. 

Baca juga:  

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi.

29 komentar untuk " Ketika Pilek Menyerang, Ini Bonus Istimewa yang Saya Peroleh"

  1. Saya rasa insaf membaca tulisan Ibu Nur. Mudah-mudahan sakit yang menimpa itu menjadi penghapus dosa. Ujian Allah itu tidak sama untuk setiap hamba-Nya tetapi tetap bertujuan untuk menambah taqwa kepada-Nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, semoga kita tabah saat menerima ujian melalui penyakit ya, Ami. Selamat weekend.

      Hapus
  2. Espero que estés mejor. Te mando un beso y cuidate mucho.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amén, gracias por la oración Alejandro. Oraciones saludables para ti allí.

      Hapus
  3. Selalu mengambil hikmah dari setiap peristiwa.
    Barangkali demikian point dari penulis artikel ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas Tikno. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat berakhir pekan

      Hapus
  4. Intinya mungkin, di setiap persoalan atau musibah selalu beriringan dengan manfaat di dalamnya, maaf kalau salah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, Mas Herman. Kadang kita kurang mamaknainya. Terima kasih apresiasinya. Selamat malam.

      Hapus
  5. Semoga semuanya diberikan kesahatan
    sakit itu memang tak enak, tak kebayang jika kena penyakit asama.
    Apalagi dengan bertambahnya umur, penyakit mulai berdatangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda Djangkaru. Karena kebanyakan manusia makin tua kian sering sakit. Bukan tambah sehat. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.

      Hapus
  6. Sakit katanya menggugurkan dosa"kita ya bund..hehehe...memang lagi musim pilek sepertinya bund...perubahan cuaca juga iya...tetap sehat"ya bunda😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Selamat datang kembali di dunia blog. Panggung tempat kita bergembira ria. Saling curhat, saling menghibur. He he ...

      Hapus
  7. siip.... melihat sesuatu pasti ada hikmahnya....
    thank you for sharing

    BalasHapus
  8. Bundaaaa, cepet sembuuuh yaaa 🤗. Semoga aktif lagi ... Saya makin keingat Ama ortu di Medan. Papa lagi sakit kanker dan jujurnya saya pengen bisa pulang. Tapi untuk skr terhalang Krn anak2 masih sekolah dan mereka butuh saya. Jadi terkadang sediiih banget kalo ingat blm bisa utk pulang. Saya cuma banyakin doa dulu, supaya appa bisa kuat. Setidaknya saya pengen disamping beliau nanti nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alangkah bahagianya beliau (papamu) andaikan ananda Fanny bisa pulang. Saat2 Sakit. Orang tua sangat merinduan kehadiran anak2nya.

      Hapus
  9. barangkali setelah saya membaca dan menuliskan komentar di sini, pilek ibu sudah sembuh, jika benar alhamdulillah dan selamat beraktivitas kembali dengan lebih riang ya bu, jikalau salah mohon maaf dan semoga lekas sehat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih doanya, Mas Surya. Selagi kita berprasangka baik, tak ada yang salah di antara kita terima kasih juga telah mengapresiasi.

      Hapus
  10. kalau sudah ada tanda-tanda kurang enak badan biasanya aku bakal minum obat atau vitamin. Takutnya lebih parah, akhirnya segera dikasih obat. Tidak lupa untuk istirahat yang cukup dan tidak bergadang dulu. Semoga lekas sehat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah praktiknya memang begitu, Mas Rivai. Terima kasih telah berkenan singgah. Salam sehat selalu ya.

      Hapus
  11. setiap kesulitan itu pasti ada hikmahnya... cuma kadang kala kita terlalu gopoh mencari hikmah hingga terlupa tujuan kesulitan itu

    tapi yang penting ibu sudah kembali sihat alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, amin, Anis. Terima kasih doanya. Terima kasih juga telah singgah.

      Hapus
  12. Pilek dan batuk, itu biasanya satu paket. Dan keduanya penyakit yg bikin salah tingkah kalo lg ditempat umum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Parahnya saat sedag salat. Batuk, tak bisa buang dahak. Ya harus bagaimana lagi. Solusinya ditelan. Ha ha ....

      Hapus
  13. Sehat-sehat Bunda
    Kemarin istri saya juga terserang flu pilek setelah mencoba minuman anak yang banyak mengandung es dan ternyata pileknya lumayan bertahan lama, sampai akhirnya dirujuk harus berobat ke bagian THT untuk observasi lebih lanjut

    Semoga kita selalu sehat semuanya dan dapat mensyukuri nikmat sehat dari Allah, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Seharusnya bunda udah sembuh. Tapi seminggu pasca hidung kering, ikut si bungsu menjenguk ansknya di psantren Bogor. Terus silaturrahmi ke Sukabumi juga. Pulangnya bawa flu lagi. Hingga kini masih batuk.

      Hapus
  14. penykit pilek memang menyebalkan, apalagi campur dengan batuk dan radang tenggorokan, komplit sudah penderitaan, tapi untunglah masih ada sesuatu yang bisa di ambil dari penyakit tersebut, masih bisa bersyukur dan mengenang masa lalu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Faktanya begitu, Mas. Tapi masyarakat kita banyak yang menganggap pilek itu ringan dan sepele.
      Alhamdulillah bersyukur memang. Menumbuhkan rasa empati saya terhadap penderitaan si sakit khususnya ibunda tercinta. Terima kasih telah singgah.

      Hapus