Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 7]

Seribu satu alasan kenapa pria beristri itu berselingkuh.  Di antaranya karena dia banyak duit dan merasa dirinya paling ganteng, hingga menjadi rebutan banyak wanita. 

Tidak demikian dengan “Aku”. Sudah  tidak ganteng-ganteng amat, pengangguran pula. Namun ada-ada saja akal bulusnya untuk dekat degan wanita lain.   "Aku" seakan-akan sengaja  memasrahkan dirinya terjebak dalam permainan gombal Firah si  janda sebelah. Gerbang perselingkuhan pun siap menganga.

Bagaimana Rahel istrinya menyikapi problem rumah tangganya tersebut? Temui jawabnya pada cerbung  Setelah Istriku  Berpenghasilan cuilan 7, setelah pariwara berikut ini ...

Biar gak penasaran, kisah sebelumnya silakan jemput di sini. Bisa juga dipesan dalam bentuk ebook lengkap part 1 - 28. Hubungi penulisnya  S. Prawiro, 082138985540. Harga terjangkau, ceritanya memukau.

Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 7]

S. Prawiro Mentari

Baby Sitter

Rafadon dan Jaidan sudah selesai mandi dan berpakaian wangi ketika Rahel pulang. 

Rumah juga sudah nampak bersih dan rapi. Rahel tersenyum misterius. Mungkin dia curiga. Bagaimana aku melakukan semuanya. 

“Rapi kan?”  Tatapanku menggoda. 

“Tumben, Mas. Bagaimana bisa?”

“Rahasia.”

Rahel lalu menatap anaknya satu persatu. Keduanya nampak ceria, tidak kuyu seperti biasa.
“Pada tidur siang gak nih anak-anak Ibuk?”

“Tidur dong, Buk.”

“Wah pinter. Liat nih Ibuk bawain apa?”

“Asiik dapat mobil-mobilan. Makasih Buk.”

“Yang kecil untuk Jaidan yang biru dan lumayan gede untuk Rafadon.”

“Gak mau, Jaidan maunya yang gede.”

“Yang gede itu punya kakak, Dek, Kakak sudah gede.” Kata Rafadon.

”Ya udah deh, main yuk, kakak.”  Timpal jaidan. 

Ke duanya pun bermain  dengan senang dan penuh semangat. Firah benar-enar membawa hawa sejuk dalam rumah ini. 

Sementara aku memikirkan sumbangsih waktu dan tenaga dari Firah yang membuat aku jadi  ada waktu  bersih-bersih rumah sambil jualan. Rahel pergi ke dapur dan kuyakin dia juga senang karena perabot sudah bersih semua. 

Akhirnya aku bisa mengerjakan tugas-tugasnya dengan benar kali ini. Syaratnya wajib ada yang momong anak-anak.

“Buk tadi seru anget lho.” Rafadon mulai membuka percakapan saat kami sedang makan malam bersama.

Rahel memesan makanan jadi dari aplikasi favoritnya. Ada terong goreng sambal, dua porsi ayam geprek dan goreng lele crispy.

Aku mulai mencocol terong ke dalam sambal terasi. Menemunya di atas nasi panas lalu mendorongnya masuk ke dalam mulut. Kukunyah pelan-pelan merasakan semua bumbu-bumbunya Lidahku bergoyang senang. Hari ini makan besar.

“Serunya gimana?” Rahel memasang tampang ingin tahu yang besar membuat Rafadon makin  semangat ceritanya. 

“Seharian Rafadon dan adek main nyanyi-nyanyian di rumahnya Tane Firah.”

Aku yang mendengar penuturan sulungku langsung tersedak.

“O, ya? Kalian main di sana? Memang bapakmu ngijinin.”

Nada tak suka langsung terasa. Aku yang  baru menyuap setengah piring nasi tiba-tiba kehilangan selera. Begitu oun nampaknya dengan Rahel. 

“Iya, buk. Bapak juga beliin Tante Firah bakso. Beliin Jaidan dan kaka Rafadon juga.”Tambah Jaidan tak mau kalah. 

“Wuah, baik sekali kamu, Mas sama Janda itu. Terakhir kamu beliin aku bakso oas melahirkan Jaidan. Keterlaluan kamu, Mas.”

Aku langsung mengambil air satu gelas dan meneguknya sampai tandas. 

Sebelum Rahel mengomel panjang lebar, aku menjelaskan kalau Firah yang menawarkan diri untuk jagain anak-anak. Gak di rumah ini kok. Di rumahnya. Jadi Mas sama Firah gak ngapa-ngapain. Waktu luangnya Mas pakai buat beres-beres rumah sama jualan, alhamdulillah ada yang laku.

“Jangan seperti itu Mas. Nanti kebiasaan. Kalian jadi akrab, merasa nyaman lalu selingkuh.”

“Gak bakalan, Dek. Tenang aja.”

“Selingkuh itu apa, Buk?” Tanya Rafadon. 

“Nanti kalau Rafadon sudah besar baru ibuk kasih tahu. Ini urusan orang dewasa. Kalian berdua kalau sudah selesai boleh main dulu di ruang tamu.”

Kedua anak itu pun menurut meninggalkan aku dan Rahel.  

“Mas ini bagaimana. Belum sebulan ditinggal istri sudah mulai dekat-dekat  perempuan lain”

“Makanya kamu itu di rumah saja kalau keberatan. Mas sudah berusaha mengikuti permainan kamu, Rahel. Mas ini kepala keluarga bisa-bisanya kamu mempermalukan Mas dengan cari kerjaan.” 

“Oh, sekarang Rahel yang salah. Andai Mas bisa memenuhi kebutuhan rumah dengan baik Rahel gak akan cari kerja. Lima tahun Mas Rahel bersabar. 

Malam itu pertengkaran hebat terjadi. Namun Rahel berbesar hati memenuhi keinginanku. Dia akan mendatangkan baby sitter merangkap tukang masak. 

Aku senang, akhirnya Firah memuluskan jalanku mendapatkan baby sitter. 

Namun bayangan perempuan muda yang akan menjaga kedua anakku sirna saat Rahel membawakan seorang ibuk berusia sekitar 50an tahun. 

Tak masalah.

Kini anak-anak bermain dengan baby sitter barunya. Aku jadi bebas melakukan apa saja. Berjualan dan promo terus-terusan juga agak efektif. Aku mulai menghasilkan uang lagi. 

Hanya saja Firah makin banyak waktu denganku. Ia selalu saja punya cara untuk mengajakku mengobrol. Bahkan kami mulai tukaran kontak. 

(Bersambung).

Baca juga:

*****

12 komentar untuk "Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 7]"

  1. Duuh ceritanya makin menantang nih bunda....makin penasaran apa kelanjutannya😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penulisnya sangat pintar mengaduk emosi membaca ya, ananda Henny.

      Hapus
  2. Siempre es duro conciliar el trabajo con la familia. Te mando un beso.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkn ini efek dari ketidakseimbangan itu. Terima kasih telah singgah temanku Alexander.

      Hapus
  3. wah ini gara-gara bakso ya hehehe
    seru ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Firah dibelikan bakso. Bini sendiri udah sekian tahun gak pernah dibelikan. He he ...

      Hapus
  4. Sepertinya memang selalu ada jalan buat si "aku' sama firah selingkuh ya buk. ckckckckc...seruuuu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya begitu, ananda Enny. Selingkuh itu enak gurih untuk digosipin. He he ....

      Hapus
  5. Ntr kalo udh eps 10, baru deh aku beli sisa eps nya. Seruuuu ini 😁😄. Penulisnya pinter ngaduk emosi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget, ananda Fanny. Serasa kita berada di tengah tokohnya. Haha ....
      Oh ya, biar kisahnya nyambung, beli saja, ebooknya, ananda. Gak mahal. Biar transfer gak nanggung, sekalian beli cerbung atau kumcer lain. Wiro tuh banyak bukunya. Baik buku fisik maupun buku elektonik.

      Hapus
  6. Salam kenal bunda, izin ikuti postingan bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga, ananda. Yuk kita saling mengikuti. Biar rame dan gembira.

      Hapus