Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Susah Dapat Jodoh? Mungkin 2 Alternatif Ini Patut Dicoba

 


Temukan jodoh gampang-gampang susah. Banyak orang yang sukses dalam karier, usia dan usia. Tapi tak kunjung disinggahi jodoh.  

Bukan alasan tidak cantik atau kurang ganteng. Bukan pula tiada yang menginginkannya. Mungkin momennya yang belum klop untuk disatukanNya dengan pasangan yang pas.

Malah tidak sedikit pula pasangan yang kenal langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, ada kecocokan yang terus menikah.

Sering ditemui di sekitar kita. Seseorang yang keenakan hidup melajang, tanpa dia sadari dirinya keburu dicuri tua.

Kasus seperti ini biasanya didominasi oleh kaum hawa. Sebab dalam masalah perjodohan wanita sifatnya menunggu. Terlebih, jika dia sukses dalam karier dan finansial.

Kadangkala, seorang anak perempuan di atas 40-an, sering terlena dengan status jomblonya. Semakin enggan pula dia berumah tangga.

Menurut pengalaman, tembok keengganan tersebut bisa diruntuhkan dengan berbagai cara. Di antara:

1. Ada Upaya Dirinya Sendiri

Sederet alasan seorang wanita lajang abai dengan kehidupan asmaranya. Di lain, (a) terlalu sibuk dengan pekerjaan, (b) mendambakan pasangan sempurna, (c) pernah trauma dalam menjalani hubungan percintaan, (d) tak mau terikat alias ingin bebas, (d) egois yang berkenaan dengan sifat angkuh bin sombong, (e) dan lain sebagainya.

Alasan tersebut sulit diubah pihak manapun. Karena prinsip prinsip paling pribadi. Kecuali oleh diri sendiri yang bersangkutan.

Teman saya Mona, bukan nama sebenarnya. Menurut saya, dia terkait kasus (d). Egois yang ketakutan dengan sifat angkuh dan sombong. Zaman itu usianya 40-an. Tetapi Allah belum mengirimkaninya sosok pendamping hidup. Orangnya baik, wajah lumayan, berasal dari keluarga baik-baik.

Setiap pria coba mendekat, dia marah. Menuding si cowok mempermainkan dirinya. “Kamu tu anak-anak! Emang kamu siapa? Saya sepantaran kakekmu. Bla, bla, bla .... ”

Karena Mona karib saya, pelan-pelan saya berikan saran pendapat. Supaya dia berubah sikap. Tutur nasehat selalu saya akhiri dengan kalimat, “Maaf ya kawan. Saya hanya mengingatkan. Ini dipercaya isi kepalamu. Tiada seorang pun yang berhak mengutak atiknya, kecuali dirimu sendiri. ”

Enaknya, saat saya khotbahi Mona tak pernahprotes. Padahal kalau Emaknya yang menasehati dia marah.

Lama-lama sobatku itu luluh juga. Mona menikah dengan mantan siswanya, 15 tahun lebih muda dari dia. Sayangnya, perjodohan mereka bubar pada tahun ke 3 alasan tak ada kecocokan.

2. Perlu Campur Tangan Orang Tua

Fakta sering Berbicara. Sebuah keluarga punya anak gadis sudah 40 tahun, belum ketemu jodoh. Tetapi orang tuanya cuek-cuek saja. Barangkali mereka lupa bahwa mengantarkan anak sampai perawan berumah tangga itu kewajiban orang tua.  

Paling ngomongnya begini, “Kapan kamu nikah. Papah Mamahmu sudah tua. Bla, bla, bla. ” Tetapi mereka tidak pernah menawarkan solusi untuk mencarikannya jodoh.

Celakanya pertanyaan pakai embel-embel pula, “Kapan kamu nikah? Teman sekolahmu, adikmu, keponakanmu sudah pada punya anak. ”

Aduh, bukannya memotivasi inspirasi sang putri harapan. Malah diintimidasi dengan cara tak manusia. Boro-boro hatinya terketuk, semangat hidupnya bisa lemah terkulai layu.

Selagi masih normal, tiada manusia yang mau menangis. Semua ingin ketawa, semua mendambakan kebahagiaan, pasangan hidup. Begitu juga wanita.

Namun, selaku makhluk lemah yang beradab ketimuran, tidak etis kalau dia minta-minta dicarikan jodoh. Saat begini peran ibu bapa dan sanak keluarga sangat menentukan.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua. Terutama Ibu. Salah satunya, titipkan pesan pada kerabat atau sanak keluarga. “Kalau ada pria minta dicarikan bini, jodohkan saja dengan si Manis ya.”

Pengalam pribadi. Adik sepupu suami saya gadis 42 tahun, tak kunjung disinggahi jodoh. Orangnya baik, tidak jelek-jelek amat.

Dia bekerja di konfeksi, berangkat pagi pulang malam. Sehingga tak punya waktu untuk mencari calon suami. Padahal tinggalnya di Jakarta. Gudangnya kaum cowok.

Setiap ibunya nelepon kami, beliau bilang begini, “Tolong carikan jodoh buat adikmu ya! Udah 40 tahun lebih tuh. Takutnya dia tak mau nikah hidup hidup. ”

Suami saya mulai berusaha. Tak malu-malu dia menawarkan kenalannya yang tidak beristri. Baik langsung maupun lewat perantara. Judulnya kenalan dulu. Bukan menjodohkan. Kalau cocok silakan lanjut, jika tidak ada masalah.

Belum genap enam bulan. Usahanya berhasil. Dia dikenalkan dengan seorang duda PNS, sudah bercerai resmi dengan wanita terdahulu. Usianya dua tahun di atas si cewek. Kini mereka sudah punya anak 2. Kelas 1 dan 3 SMP.

Belum lama ini kegalauan datang pula dari sepupu saya. Dia punya anak gadis 33 tahun, tapi belum pernah pacaran. Kepada pasangan saya dia berpesan, “Tolong ya, Da. Kalau ada kenalan Uda minta dicarikan jodoh, kasih aja sama si Vany (samaran). ”

Sebulan kemudian, curhatan serupa keluar pula dari mulut seorang ibu kenalan kami. Anak cowoknya 35 tahun udah kerja, dua kali diputusin pacar. “Sampai kini belum ketemu cewek yang cocok. Kasian, adiknya sudah nikah duluan, ”keluhnya.

Suami saya langsung menyambar, “Sama keponakan saya saja.” Transaksi tukaran nomor HP terjadi.

Gayung bersambut. Keduanya merasa tidak nyaman. Setalah 5 bulan pacaran, awal November depan (2020) mereka ke pelaminan.

Nah gampang kan? Andai kerabat Anda mengalami masalah yang sama, tak ada salahnya mencoba kiat ini.

****

Jambi, Jumat, 23 Oktober 2020


ilustr: dokpri

4 komentar untuk "Susah Dapat Jodoh? Mungkin 2 Alternatif Ini Patut Dicoba "

  1. Bagus nih tipsnya nenda.
    Usaha dan doa pastinya terus diupayakan ya agar jodoh datang bertamu. Semoga yang belum bersua besok mendapat kabar baik, hilal di depan mata, aamiin.

    BalasHapus
  2. Terima kasih telah mengapresiasi, cucunda Fenni. Maaf telat merespons. Selamat beraktivitas. Salam sayang selalu

    BalasHapus
  3. Kalo aku bun, sebagai cowo susah dpt jodoh itu gegara memang gak ada yg mau dan duit jg blum cukup buat nikah.... Heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, mosok gak ada yang mau. Pintar, ganteng begini. Nikah tidak melulu dipersyaratkan dengan duit. Yang penting kesepakatan, dan pasangan yang dipilih itu tepat alias tidak salah. Mudah beradaptasi. He he ... Maaf ananda Nurfahrul. Nenek berceramah.

      Hapus