Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asyiknya Pesta Makan Kerak Berkuah di Dusun Tanjung Tanah Kerinci


Ilustrasi Pesta  Makan Kerak Berkuah. (Makan kerak saat memasak untuk acara pernikahan anak tetangga / Foto RINI)
 
Asyiknya  pesta makan kerak berkuah. Tema ini saya agkat sehubungan dengan  semakin langkanya nasi kerak  di rumah-rumah tangga. Sebab, kini sebagian besar masyarakat menanak nasi menggunakan peralatan modern.  

Di daerah domisili saya Dusun Tanjung Tanah, Kabupaten Kerinci , nasi kerak sering ditemui  di tempat  memasak bersama jika ada tetangga yang melaksanakan hajatan. Tak heran, kapan ketemu benda yang satu ini, serasa kembali ke abad 20. He he .... 

Kerak bersiram kuah

Ilustrasi Pesta  Makan Kerak Berkuah. (Kerak bersimbah kuah  / Foto RINI)

Yang menarik,  emak-emak tukang masak hajatan   di dusun setempat menyantap kerak dengan caranya sendiri.  Kerak yang masih panas, ditaruh dalam piring. Kemudian disiram dengan kuah gulai nangka panas  hingga basah kuyup.

Nasi kerak yang tadinya keras , berubah jadi lembut. Tapi kriuk-kriuknya tetap dapet.  Terus sepiring kerak tadi disantap beramai-ramai oleh 3 sampai 5 orang. Benar-benar asyik dan maknyus .....

Sepintas tak ada yang spesial dari makan kerak bersiram kuah. Kita juga bisa melakukan di rumah sendiri. Masak nasi dalam periuk ala tradisional, ambil keraknya, terus disiram pakai kuah sekehendak hati. Lalu disantap sekenyang  perut tanpa basa basi. Beres.

Di rumah saya, paling-paling dilarang suami. Katanya, nasi kerak itu kurang bagus untuk kesehatan. Alasannya segala kotoran seperti debu pasir, debu periuk yang terkikis, mengendap di bagian kerak. Tapi saat pesta makan kerak saya abaikan itu semua.

Sedih dan duka tumpah ruah dalam sepiring  kerak berkuah

Ilustrasi Pesta  Makan Kerak Berkuah. (Bumbu-bumbu masak untuk Gulai nangka / Dokpri)

 Bagi saya pesta makan kerak berkuah ini punya keasyikan tersendiri, yang belum pernah saya temui di daerah lain. Dan yang paling mahal adalah nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Tiada bedanya si miskin dan si kaya. Hal ini  tak bisa dibayar dengan uang. 

Jujur, setiap melakukan ritual makan kerak berkuah begini, saya sedih bercampur haru. Sedih karena teringat  adik-adik  di kampung halaman nan jauah di mato. Selama di rantau saya tak pernah lagi makan sepiring ramai-ramai  bersama mereka. Seperti masa kecil dulu,  tinggal bersama orang tua penuh suka duka.

Haru, mengingat takdir telah melemparkan saya mencari rezeki di rantau orang,  dikelilingi oleh sahabat-sahabat dan  tetangga yang baik dan setia. Saling menerima dan menghormati  tanpa peduli saya ini anak siapa, lahir dari suku apa dan dimana. Intinya, semua itu tumpah ruah dalam sepiring kerak bersiram kuah tadi.

Nasi kerak kini dan dahulu

Ilustrasi Pesta  Makan Kerak Berkuah. (Memasak nasi pakai periuk  untuk acara pernikahan anak tetangga / Foto RINI)

Untuk sama-sama kita ketahui, nasi kerak zaman now, agak berbeda dengan keraknya orang dahulu. Baik tampilan maupun rasanya. Sebab,  orang kini menanak nasi untuk acara selamatan pakai periuk.

Jadi hasil keraknya tebal.  Apabila dikeluarkan dalam keadaan utuh, bentuknya mirip martabak. Kalau tidak dibasahi dengan kuah gulai, teksturnya keras tak bisa dikunyah.  Terlebih  buat gigi nenek-nenek seperti saya. 

Sedangkan orang dahulu, untuk memasak nasi  dalam jumlah yang banyak menggunakan kancah (kuali besar).  Hasil keraknya tipis, rapuh dan gurih serasa digoreng tanpa minyak. Tidak pakai kuah pun  dia mudah dikunyah,  rasanya super nikmat.

Makanya, usai nasi dipindah kan ke lain wadah, emak-emak tukang masak dan anak-anak  berebutan mengambil keraknya dalam kancah. Sampai-sampai  sanggulnya terburai....  Ha ha  ...

Terbayang bukan?  Kondisi  tersebut berlaku di banyak daerah pedesaan yang pernah saya kunjungi. Termasuk di kampung halaman saya. Tetapi, sekali lagi saya katakan itu dahulu.

Nasi Kerak dalam perbedaan zaman

Ilustrasi Pesta  Makan Kerak Berkuah. ( Kegiatan masak gulai nangka di rumah pengantin / Foto RINI)

Kini kebiasaan berebut kerak seperti  itu telah hilang ditelan waktu. Menurut saya, mungkin tersebab anak-anak sekarang banjir jajanan.  Duit banyak, harga camilan terjangkau, mudah dan banyak ditemui di setiap warung sekitar rumah.

Beda zaman saya kecil dahulu.  Kami hanya  familiar dengan nasi. Paling diselingi, ongol-ongol sagu,  pisang,  dan  buah duku jika lagi musim. Uang susah dicari. Duh ..., Maaf, cerita saya meluber ke mana-mana. Maklum, nenek-nenek.

Beginilah asyiknya pesta makan kerak bersiram kuah di Dusun Tanjung Tanah Kabupaten Kerinci. Kalau ada yang mau bargabung, kapan ada acara, yuk merapat. Ditunggu di alamat!  Semoga bermanfaat. 

 Baca juga:   

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci

 

22 komentar untuk "Asyiknya Pesta Makan Kerak Berkuah di Dusun Tanjung Tanah Kerinci"

  1. Di sini kerak nasi namanya intip 😁 biasanya dibumbui rasanya manis asin ☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indonesia kaya tradisi, budaya, dan kuliner ya, ananda Dinni. Terima kasih telah singgah. Selamat sore.

      Hapus

  2. Kerak / intip nasi kalau dikota besar seperti Yogya kebanyakan diolah jadi kerupuk intip rasanya asin seperti garam. Namun, kalau di desa intip nasi dibiarkan begitu saja mungkin karena orang desa belum tahu bagaimana cara mengolah intip nasi secara baik dan benar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau masyarakatnya kreatif tiada makanan yang terbuang percuma ya, ananda Tari.

      Bahasa di Indonesia itu punya keunikan tersendiri. Kata intip bisa punya makna berbeda pada kontek yang tak sama. Bisa jenis kata benda, bisa juga jadi kata kerja. Selamat malam. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  3. Kalo ditempat saya namanya intip, hanya sebagian saja yg suka, yg populer orang Ponorogo paling suka dg intip nasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah. Komentar teman-teman banyak menambah wawasan saya. Terima kasih, ananda Nita.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Siap, ananda. Telah dikunjungi, malah ada artikelmu dishare ke karyawan BNI Sungai Penuh.

      Hapus
  5. Waah, enak kerak nya, klo di tempat saya biasanya, kerak nasi di goreng dan jadi seperti kerupuk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini juga ada yang suka menggoreng kerak, Mas Warkasa. Tapi dikeringkan dulu di trik matahari. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  6. Kalo di Jawa, nasi kerak namanya intip Bu, aku ingat dulu waktu kecil kalo ibu masak nasi kadang ada keraknya, dimakan lumayan enak.

    Kalo sekarang kebanyakan masak nasi pakai magic com.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah .... Ternyata generasi Mas Agus masih ketemu masak pakai periuk biasa ya. He he ..... Selamat malam, terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus
  7. jadi ingat waktu kecil di kampung.....

    rame ramenya bikin tambah enak dan tentu saja asiik.....

    # Kampung saya di Kepri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ternyata sesama orang melayu. Tshun 1976 saya pernah tinggal di Dumas Mas Tanza. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.

      Hapus
  8. oh kalau di tempat saya namanya karak Bu Nur
    biasanya dijemur sama simbah-simbah
    pernah ada yang jualan dulu dibungkusi plastik 500an
    tapi itu pas saya masih SD haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semasa SD semua jajanan enak. Masih ingat kakek penjual cendol, bajunya kumal, ubannya memutih. Cendolnya juga enak. Ha ha ...

      Hapus
  9. Terima kasih berkongsi. Suka baca tentang budaya orang di tempat lain. Waktu begini terhad untuk kembara, jadi jalan-jalan secara maya saja begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, ananda Salbiah. Ditunggu kehadiranmu ke Indonesia, kapan saja.

      Hapus
  10. Ya ampun Bu, saya ngebayangin aja langsung pengeeeen banget nyobain. Udah kebayang sih, kerak nasi yang tipis disiram kuah gulai khas Sumatra. Enaaak pasti. Walopun baru tahu juga nih ada kebiasaan makan kerak nasi yg disiram kuah. ❤️👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Enak keraknya tidak seberapa. Wahnya hadir saat makan krak berkuah sepiring bersama. Selamat sore,ananda. Eh ..., Ibu berencana ke Medan nih. Insyaallah tahun depan.

      Hapus
  11. Waktu kecil sering liat bibi saya bikin acara trus masaknya di panci gede gitu, dan masaknya pakai kayu bakar.

    Kalau mama saya sampai sekarang kadang masak air pakai kayu bakar gini, biar rasanya nggak aneh katanya.

    Oh ya, jadi membayangkan kerak nasi yang gurih disiram kuah enak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Oh ya, jadi membayangkan kerak nasi yang gurih disiram kuah enak :D" >>> dan akan lebih enak pakai kuah sop. Tapi keraknya yang masih panas. He he .... (Selera pedusunan)
      Di perkotaan kerak berkuah, tak kan ditemukan. Ha ha ... selamat malam, ananda Rey. terima kasih telah singgah.

      Hapus