Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kejutan di Pintu Pohan

Traveling
 
Ilustrasi:  Kejutan di Pintu Pohan
 
Pukul  09.15 kami meninggalkan Guest House Ahza Syariah. Pengembaraan hari ke 3 pun  dimulai. Tetapi belum ke kota Medan. 

Seperti  ulasan sebelumnya, kami singgah dulu di Pintu Pohan, Kabupaten Toba,  menghadiri  pesta pernikahan Ayu, rekan kerja  si sulung. 

Nenek lansia celengang-celengong 

Ilustrasi Kejutan di Pintu Pohan 

“Pesta pernikahan Ayu.”  Cuman itu yang bertengger di benak saya. Sembari menikmati  pemandangan alam dengan lingkungan  yang baru pertama kali saya lalui.

Nenek lansia ini cuman celengang-celengong melihat apa yang ada di depan mata. Pemandangan yang sangat indah. Ada air terjun, area PT Inalum. 

Sesekali membidik kamera HP pada objek yang dianggap unik dan cantik.  

Hasilnya? Kebanyakan eror, sedikit sekali yang tertangkap sempurna. Maklum memotret pakai metode semaunya.  Parahnya lagi, HP saya sering kehabisan bateray ketimbang terisi penuh atau sebagiannya. 

Efek kaget di Pintu Pohan 

Ilustrasi:  Kejutan di Pintu Pohan
 
Singkat cerita, pukul 15.10 WIB, kami sampai di Pintu Pohan, persis pada alamat yang dituju.  Kami disambut oleh pegunungan nan hijau,  alamnya asri udaranya sejuk.

Saat itu acara sedang berlangsung meriah di tengah alunan musik bergedebak gedebum. Tanpa basa basi kami langsung menerobos memasuki  arena.

Dalam balutan busana pengantin adat Batak, tampak kedua mempelai asyik berjoget bersama belasan undangan,  diiringi nyanyian daerah Batak.

Pasangan baru itu berada di tengah, dikelilingi  tamu dengan formasi lingkaran. Sambil bergeser mengikuti pola kitaran, kedua tangan bertakup di depan dada,  seraya digerak-gerakkan ke atas dan bawah, mengikuti rentak musik dan lagu. 

Wanita berjilbab, tanpa jilbab, bapak-bapak berkopiah, berjas,  berdasi,   membaur jadi satu.
Yang di luar lingkaran pun ikut menari. 

Saya bergumam, inilah yang disebut tari tor tor yang sering kami ajarkan kepada  siswa semasa jadi dosen di Sekolah Dasar dahulu.

Tapi sebatas informasinya saja bahwa tari tor tor berasal dari Sumatera Utara. Tak pernah tahu bagaimana praktiknya. Karena saya sendiri tidak pandai menari.

Musik dan nyanyian akan berakhir,  bersamaan dengan  satu-persatu penari menyalami  pengantin perempuan sambil memberikan uang tanpa amplop. Terus keluar seraya berjoget dengan teratur, mengikuti  posisi dalam barisan  semula.  Rapi sekali.

Acara dikembalikan kepada host. Dengan pepatah petitih  daerah dia mempersilakan grup lainnya  untuk berjoget. Jumlah anggotanya lebih kurang sama dengan  tamu pada putaran sebelumnya. Begitu seterusnya.  

Saya takjub tiada terkira. Meskipun tidak mengerti  bahasa yang mereka lisankan. Baik saat bersenandung, maupun dalam bertutur.

Ilustrasi:  Kejutan di Pintu Pohan
 
Rupanya putri saya tidak mangabari kepada Ayu tentang rencana kedatangannya. Barangkali  sudah merupakan kesepakatan juga dengan anak-anak kantornya, supaya dapat efek kagetnya. 

Begitu menyaksikan kami  berada pada momen spesialnya itu,  Ayu terharu bahagia. Kehadiran kami benar-benar surprice bagi dia dan Yoscoby  suaminya.  Keduanya  menghampiri kami. Terus menggiring kami berempat ke singasana kebesarannya  untuk foto bersama. 

Menambah wawasan 

lustrasi:  Kejutan di Pintu Pohan
 
Mendekati kepala 7,  hanya sekali ini saya menghadiri helat pernikahan adat Batak. Meskipun sering kondangan yang salah satu pengantinnya warga penganut sistem kekerababatan patrilineal ini. 

Keluarga saya sendiri ada yang nikah dengan warga Batak. Tetapi ritualnya biasa-biasa saja.  Peserti acara pernikahan yang berlaku umum. 

Sayangnya saya tak berkesempatan ikut berjoget, untuk diabadikan sebagai kenangan.  Padahal sudah disilakan oleh saudara perempuannya Ayu.  He he .... 

Kata putriku,  “Tidak usah. Setiap putaran, rombongan yang tampil itu berasal dari komunitas tertentu.  Nenek tuh masuk grup mana?” 

Ya, sudah. Yang membesarkan hati, menghadiri pesta pernikahan Ayu ini telah menambah wawasan saya. 

Tentang Ayu dan Yoscoby  

lustrasi:  Kejutan di Pintu Pohan
 
Mungkin kalian bertanya-tanya. Siapa sebenarnya Ayu ini, hingga kami sekeluarga bertekad hati untuk memenuhi undangan perkawinananya menempuh jarak tiga hari dua malam  perjalanan. 

Gadis cantik pemilik nama Bertha Ayu Manurung ini lahir dan besar di Hitam Hulu, Kabupaten Merangin, Jambi.  

Suaminya Yoscoby Marpaung lahir dan menghabiskan masa kecilnya  di  kampung halaman dia  Pintu Pohan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.   

Keduanya sama-sama kuliah di  Universitas Jambi. Di sanalah benih-benih cinta  kedua insan ini mulai tumbuh. Selanjutnya menyatu dalam ikatan perkawinan. 

Selesai kuliah, Ayu bekerja di event Organizer Jambi Ekspres, Kota Jambi, yang kebetulan dimenejeri oleh putri saya.  Yos  berwiraswasta di kampungnya Pintu Pohan. 

Yang menarik bagi saya, dalam tradisi  masyarakat Batak, acara pernikahan digelar di rumah orang tua mempelai pria. 

Bahagia diselimuti duka

Ilustrasi Kejutan di Pintu Pohan (Sumber : Iklan ucapan duka tayang di Harian Jambi Ekspres)

Belum lama mereguk kebahagiaan  sebagai pengantin  baru, berita duka menyelimuti  keluarga Ayu. Ayahnya S. Manurung  pergi untuk selama-lamanya pada hari ke 5 usai pesta pernikahannya digelar. Semoga Ayu dan keluarga kuat menerima fase kehilangan  ini.  Amin.

Demikianlah petualangan kami mengantarkan kejutan ke Pintu Pohan. Semoga inspiratif.  Terima kasih.

Baca juga:  

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi

Sumber Ilustrasi: Dokpri
 

16 komentar untuk "Kejutan di Pintu Pohan"

  1. terima kasih berkongsi. menariknya kalau dapat lihat depan mata sendiri budaya orang lain. di Malaysia masih terinkat peraturan Corona. Kalau buat majlis semeriah begini dah pasti kena saman. huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelsh pandeminya habis, silakan melancong ke sini, ananda Salbih. Selamat sore dari Jauh.

      Hapus
  2. MasyaAllah tabarakallahu mantap nenek satu ini tetap berkarya dan bila masih kuat ajak kakek untuk traveler hingga para cucu bisa mengetahui tulisan neneknya yg tak pernah habis dimakan oleh waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Mas. Hanya modal kesehatan nenek ini bisa melakukan sesuatu. Soal ilmu. Belum seujung kuku. Terima kasih doanya. Selamat beraktivitas.

      Hapus
  3. Wah, Ayu dan suami pasti sangat terkejut ada tamu jauh ya bunda, bahagianya pasti tiada terkira, apalagi rombongan bunda datang tepat waktu saat resepsi, soalnya kalau tamu jauh kadang datangnya ga pas waktunya karna kendala di perjalanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda. Karena kehadiran kami direncanakan sedemikian rupa. Mulai berangkat dari Jambi, nginap pada titik2 tertentu. Selamat sore, ananda Ursula. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  4. Wah petualangan dan perjalanan panjang 3 hari 2 malam yang luar biasa ya Bu. Nama daerahnya bagus ya Bu Nur, Pintu Pohan. Silaturahmi yang terjaga dengan sangat baik ya Bu. Jadi pengin berkelana ke sana, pengin nari tor tor seperti cerita Bu Nur. Keren Bu. Salam sehat ya Bu Nur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga suatu saat Pak Eko ditaktakdirkan sampai ke sana. Boleh jadi dalam rangka urusan kerja. Terima kasih telah singgah, doa sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus
  5. Kalo hadir di acara pernikahan Batak itu bawaan memang pengen nari Bu 🤣. Soalnya lagu2 yang dipasang kebanyakan musik rancak utk joged 😄.

    Saya juga Batak, tapi pas nikah ga terlalu Batak banget. Ada ritual adatnya, tapi pas bagian menari2 apalagi sampe pesta berhari2, itu ga sih. Soalnya suamiku Solo. Jadi disesuaikan 😁. Pestanya cukup 8 jam aja hihihi .

    Pengantinnya, mba ayu, cantiiiiiiik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha ... Saya malah udah maju. Karena diminta kakak perempuan Ayu. Tapi dilarang oleh putriku. Mungkin dia malu melihat emaknya sudah tua ikut joget seperti anak muda. Terima kasih apresiasinya, ananda Fanny. Doa penuh berkah untuk mu sekeluarga.

      Hapus
  6. Saya jadi tau pernikahan adat Batak memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Saya salut melihat semangat ibu menulis, beraktivitas, bahkan bisa travelling juga di usia senja, energik sekali. Semoga diberikan keberkahan dan kesehatan. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin terima kasih doanya, Mas Vicky. Iya. Mas. Tapi traveling kilat ikut anak. Bukan sengaja untuk mencari bahan menulis. Makanya saya cuman bisa memaparkan alakadarnya saja. Terlebih kami tidak dipandu oleh orang yang menguasai daerah jelalahan. Jadi tak ads tempat tanya2 sambil jalan.Terima kasih telah singgah. Selamat sore.

      Hapus
  7. Deket kampung saya nih Pintu Pohan. Nggak jauh dari sini ada Bendungan Sigura-Gura, Air Terjun Ponot dan Air Terjun Sigura-Gura juga loh. Pemandangan alamnya juga cakep.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ini dia. He he ..
      Dalam perjalanan dari Pintu Pohan ke Parapat, memandang ke kiri memang tampak air terjun gede sekali, ananda Rudi. Tapi kayaknya jauuuuh dan cantik, banget. Terima kasih telah singgah. Selamat sore.

      Hapus
  8. Balasan
    1. Terima kasih, Mas Tanza. Selamat pagi dari tanah air.

      Hapus