Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Dia Pengalaman Menulisku, dari Facebook ke Blog Pribadi

Ilustrasi: Pengalaman Menulisku dari Facebook ke Blog Pribadi

Sembilan tahun jadi penulis internasional facebook,  banyak pengalaman yang saya peroleh. Ada yang lucu, sedih, kecewa,  ada juga rasa  bahagia dan bangga. Lengkapnya lihat di sini.

Ilustrasi: Pengalaman Menulisku dari Facebook ke Blog Pribadi

Sampai sekarang, saya telah menjalin pertemanan dengan 5 ribu facebookers di dalam dan luar negeri.  Jika ada sahabat baru yang add, saya tak bisa lagi mengakomodir. Paling di-delete dulu nama sobat yang telah lama tidak aktif.

Tidak pilih-pilih teman

Sebagian teman berprinsip,   berpantang nge-add duluan.  Beda dengan saya. Kalau merasa ada nilai tambahnya menjalin persahabatan dengan seseorang,  saya tidak gengsi minta persahabatan duluan. Intinya, saya tidak pilih-pilih kawan dari suku, ras, dan agama apapun.  

Jika  ada yang nge-add, saya cek dulu profil dan konten-konten di berandanya. Asalkan dia sopan, dan tidak ada bau-bau ketidakjujuran, radikalisme, dan kesombongan langsung saya terima.  

Pengalaman saya, persahabatan  di dumay (dunia maya) itu sebelas dua belas dengan di duta (dunia nyata).  Meskipun jumlahnya ribuan, yang interaksinya nyambung dengan batin kita hanya beberapa orang saja. Barangkali kalau di duta dikatakan sahabat setia. Sisanya, biasa-biasa saja. Kenal tapi ketemu tidak saling sapa. 

Dalam kontek  shabat setia tadi, saya sering dijadikan oleh anak muda sebagai teman curhat pribadi. Mulai urusan keuangan, keluarga, rumah tangga, malahan sampai ke urusan ranjang dan talak. Saya mendengar curhatannya dengan senang  hati. Jika mereka butuh solusi saya berikan semampu saya. 

Bergabung dengan Komunitas Bisa Menulis (KBM)

Awalnya saya agak minder. Takut tidak diterima oleh pengguna facebook yang rata-rata  kaum milenial seumuran anak dan cucu saya. Usia saya saat itu memasuki 60 tahun. Setelah dijalani, ternyata dunia facebook itu  asyik, cocok buat saya yang punya hobi menulis. 

Saya rajin  menulis status.Tetapi belum berani ngupdate artikel apa pun.   

Tahun 2015 saya bergabung dengan salah satu grup penulis, yaitu, Komunitas Bisa Menulis (KBM) besutan Isa Alamsyah dan tim penulis Asma Nadia. 

Rata-rata penghuni KBM itu anak muda, berasal dari berbagai latar. Mulai ibu rumah tangga, pelajar, mahsiswa, guru, dosen,  dokter, dan lain sebagainya. Mereka  tidak kikir ilmu. 

Sampai saat ini mungkin member tertua di KBM adalah saya. Dahulu ada satu,  Almarhum Bapak Harianto Sutrisno dari Medan. Beliau setahun lebih muda dari saya. Pensiunan salah satu BUMN itu meninggal akibat terserang covid 19, tahun 2020 lalu. 

Setiap hari anggota  bebas memosting karyanya di wall KBM. Setelah tayang, penulisnya  berusaha agar tulisannya itu dikritisi oleh member lain melalui komentar-komentar. Tentu saja disertai dengan solusi yang mengandung pelajaran.  Tulisannya boleh fiksi, non fiksi dan karya lainya. 

Setiap penulis harus siap mendapat kritik pedas. Sebab pembantaian di KBM adalah soal biasa. Pemilik tulisan juga diberi kesempatan untuk berargumen. Tak heran suasana  diskusi  yang tadinya adem-adem saja, berubah menjadi debat panas. 

Jujur, melihat situasi tersebut sebagai penulis receh naluri saya ciut.  Apa jadinya nenek-nenek seumur saya dibantai habis oleh anak muda.  Makanya saya jarang ngupdate tulisan.  Ha ha .... 

Tetapi saya paling senang mengikuti perdebatan-perdebatan panas via tulisan memeber lain. Dari sanalah  saya banyak belajar tentang kepenulisan. 

Kenal dengan Kompasiana

Ilustrasi: Pengalaman Menulisku dari Facebook ke Blog Pribadi

Akhir tahun 2017, saya dikenalkan oleh seorang teman KBM dengan Kompasiana. Sampai saat ini, saya telah menayangkan 358 artikel di blog keroyokan tersebut, 91 postingan mendapat label Head Line  (Artikel Utama). Di Kompasiana pun saya punya banyak follower.  

Sama halnya dengan di  facebook, mereka berasal dari berbagai profesi. Mulai ibu rumah tangga, pelajar, mahasiwa, sampai ke profesor, guru,  dosen dan sebagainya. Orangnya rendah hati dan ramah menyapa. Lagi-lagi  yang saya rasakan sebagai teman dekat cuma sebagian kecil saja. 

Wah ..., ternyata menulis di Kompasiana itu rasanya lebih bergengsi  daripada menjadi penulis status di fasebook yang berkelas internasional. He he .... Di kompasiana kemampuan menulis saya semakin terasah. 

Yang paling menakjubkan, ada kenangan yang tak terterlupakan bersama kompasiana. Tanggal 08 Desember tahun 2018, saya sempat kopdar bersama kompasianers dari seluruh tanah air, dalam even kompasianival ke 10. Seharian kami larut dalam kegembiraan. 

Menulis di blog pribadi

Singkat cerita, setelah kurang lebih 3 tahun bergabung di Kompasiana, Oktober 2020 saya mencoba buka blog pribadi yang saya beri nama celotehnur54. Mulai saat itu saya resmi memiliki dan aktif menulis di personal blog. 

Berkenalan dengan rekan personal bloggers pun tak kalah seru.  Di lingkaran  ini saya juga punya sahabat dekat yang mau saling dengar dan berbagi ilmu.

Bayangkan, nenek-nenek seperti saya mulai belajar ngeblog dari nol. Saya masih ingat saat memulai, saya menemui kendala yang sangat rumit.  Keluahan tersebut saya sampaikan dalam grup. Terus ditanggapi oleh salah satu blogger senior. Namanya Mbak Uniek. 

Mbak Uniek  benar-benar saya buat pusing. Bukan 1 atau 2 kali. Kadang-kadang  sampai pukul  11 malam. Sebab Instruksi beliau tak bisa saya pahami. Maklum nenek-nenek gaptek yang masih newbee  Ha ha .... Terima kasih Mbak Uniek. Jasamu tak terlupakan selama hayat dikandung badan.

Tak mampu kejar tayang 

Sibuk di blog pribadi, otomatis corat-coret di Kompasiana terhenti sementara. Meskipun sesekali saya masih pulang juga ke rumah yang telah membesarkan saya tersebut.  Terakhir saya publish artikel di sana tanggal 10 Maret 2022 lalu. 

Desela-sela itu saya juga sempat bergabung dengan platform, suaraconsumen.co, tokohpopuler, dan secangkirkopibersama.com (SKB).  Tetapi hanya sempat update beberapa artikel saja. 

Akir-akhir ini, SKB telah menutup pintu  untuk saya. Saya mengerti, karena saya tak pernah nongol lagi di sana. 

Rupanya hanya segitu kemampuan saya untuk kejar tayang. Maklum. Usia telah mendekati kepala 7. Mudah-mudahan ke depannya saya lebih bisa berbagi waktu. 

Penutup

Membaca ulasan di atas, seharusnya  nenek celotehnur54  ini sudah bisa keluar dari tulisan kelas receh. Nyatanya tidak. Gaya menulis dan tingkat kemampuan saya hanya begitu-gitu saja. 

Namun saya tetap bersyukur karena telah diberkahiNya umur panjang dan masih mampu menulis dan  membaca dengan cara saya sendiri.

Demikian sejarah panjang saya dari penulis di facebook ke blog pribadi. Semoga bermanfaat. 

Baca juga :

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS,
di Kerinci, Jambi

29 komentar untuk "Ini Dia Pengalaman Menulisku, dari Facebook ke Blog Pribadi"

  1. Banyak juga ya pengalaman menulis ibu Nur, dari Facebook dan gabung KBM, aku juga dulu pernah masuk grup itu tapi cuma sekali posting saja, habis itu malas, lebih suka di blogspot saja.😊

    Salut buat ibu, punya akun di Kompasiana, SKB, dan lainnya, kalo aku cuma blogspot saja untuk menulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman banyak, Mas Agus. Tapi ilmu belum bertambah. Maklum udah pikun. Masuk telinga kanan keluar trelinga kiri. He he ....

      Sekarang tetap di blog pribadi. Cuman sesekali di kompasiana. Sisanya lewat. SKB malah memutup hubungan dengan saya. Kwikkik....

      Hapus
  2. Saya dulu cuma pernah nulis satu cerita doang di facebook, awal2 pakai facebook di tahun 2009.
    Habis itu kenal dengan blog di tahun 2010.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, keren, Bang Siregar. Ngeblog sejak th 2010. Saya juga lama fakum di fb. Baru aktif kembali beberapa bulan terakhir. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
  3. waa, kalah ni saya dengan ibu, semangat menulisnya lebih berapi daripada saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he ....manalah mungkin anak muda kalah sama orang tua. He he .... Selamat malam Mas Fajar. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  4. Keren Bunda. Bunda mah rendah hati hehehe....bilang begitu tapi cara menulis artikel renyah seperti diajak ngobrol dan tukar pikiran. Jujur Mbul salut dengan Bunda yang banyak wawasan dan telah makan asam garam kehidupan sehingga sering dijadikan teman curhat oleh sahabat di dunia maya atau nyata. Kalau ibuku sudah usia 50-awal tapi gaptek bunda...fb juga nda bisa hahahah. Tapi bunda mah keren banget bisa banyak menulis di banyak platform, kalau Mbul jujur udah ga mainan fb lagi. Hanya menulis di blog saja hihihi. sudah ga sempat soalnya keteteran. Di blog juga nulis receh cerita pengalaman sendiri mulai dari nostalgia masa kecil, keseharian, review tempat makan, review buku dan film. Kalau nulis yang temanya menuai pro kontra mbul ga berani bunda hahahahha...mbul awam hahah...jadi nulis tentang keseharian aja. Itupun ga pernah mbul share wkkwkw soalnya malu. malah abis update blog langsung biasanya cepat cepat log out...balik ke dashboard cuma balas komen dan berkunjung balik ke blog teman teman aja ^___^

    BalasHapus
  5. Ananda Mbul Cantik ....! Ngeshare tulissn kok malu. Bukankah tujuan menulis itu menyebar kebaikan?

    Bunda malah tak bisa review film. Karena kurang hobi nonton film. He he ..... Udah tua. Bosan sendiri kayaknya.

    BalasHapus
  6. keren semangat menulisnya....
    semoga sehat selalu ...aamiin YRA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih, MasTanza. Selamat puasa yang untuk yang jauh di sana.

      Hapus
  7. Benar-benar salut dengan konsistensi menulisnya. Ga angin-anginan nih kayak saya.
    Selamat menjalankan ibadah Ramadan Bu..mohon maaf lahir dan batin ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Angin2an juga ah. Ananda Anisa. Udah mendekati kepala 7.

      Ucapan yang sama disampaikan kembali. Semoga kita semua diberikan kesehatan dalam menjalani puasa. Amin.

      Hapus
  8. Selamat menjalankan ibadah puasa ya Bu.😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ucapan yang sama, Mas Agus. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  9. Wahhh keren sekali bunda, pengalaman menulisnya pasti sangat banyak.

    Saya menikmati semua tulisan bunda, apalagi kalau tentang pengalaman hidup, rasanya senen aja bacanya, jadi tau pengalaman yg lebih senior.

    Salut dengan konsistensi menulis bunda.

    Btw, selamat menjalankan ibadah puasa bunda.

    BalasHapus
  10. Terima kasih kalau menikmati, ananda Ursula. Terima kasih juga telah singgah.
    Hehe. ... Pengalaman banyak, keterampilan menulis itu ke itu saja. Tapi bunda tetap bersyukur karena dikaruniaiNya kesehatan yang prima.

    BalasHapus
  11. Salut banget sama ibu, ternyata se-aktif itu di dunia maya. Gabung sana sini, saya aja nggak bisa seaktif ituuu. Sok sibuk kerja T.T sangat menginspirasi bangettt 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak juga ah. Itu dulu. Semasa pertama mulai menulis. Sekarang sudah mulai redup. Hehe .... Terima kasih, ananda Mutiara.

      Hapus
  12. Pengalaman yang luar biasa. Ternyata Bu Nur sudah malang melintang di dunia FB dan Blog. Semangat menulis yang patut diteladani. Acungan Jempol untuk Bu Nur yang konsisten menuangkan pengalaman dalam tulisan yang tidak semua orang bisa. Salam sehat dan selamat beraktifitas untuk Bu Nur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuman pengalaman penulis internasional (status fb) yang banyak, Pak Eko. He he ...
      Terima kasih apresiasinya. Doa sehat juga untuk keluarga di sana.

      Hapus
  13. Jalan panjang yang telah Bu Nur lalui menjadi inspirasi pegiat literasi.
    Terima kasih Bu Nur telah berbagi pengalaman.
    Hormat saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalan yang ditempuh memang panjang, tapi kemampuan menulis saya tak nambah2, Mas Pudji. Barangkali karena belajar setelah tua bagaikan melukis di atas air. Terima kasih telah mengapresiasi. Ohya, maaf, Mas Pudji. Saya tak bisa berkunjung ke akun Mas Pudji di SKB. Sebab. hubungan SKB ke blog saya sudah ditutp. Mungkin karena saya sudah lama tidak nulis di sana. Salam sehat buat keluarga di sana.

      Hapus
  14. Luar biasa Bunda semangat menulisnya, semoga saya bisa tertular untuk menulis terus :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak juga ananda Yustrini. Riwayatnya panjang tapi sering juga ingin2an. Selamat malam. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  15. pengalamannya sudah banyak sekali ya bu, jadi terinspirasi. saya masih terkesan coba-coba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman panjang, ilmu tak nambah2, karena otak udah mati pajak. He he .... Selamat malam, Mas Amir.

      Hapus
  16. Ya ampuuunn Bu Nur ternyata gabung di KBM juga ya :D
    Kalau saya kenal Kompasiana dulu baru KBM deh kayaknya, udah lama juga saya kenal Kompasiana, dulu sering nulis di sana, bahkan sering jadi artikel utama dong, karena dulu saingannya ga sebanyak sekarang hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya udah lama juga tidak nulis di kompasiana. Selama sibuk di blog pribadi. 1 tahun lebih.

      Di KBM malah aktif sebentar. Sekedar belajar dari komen kbmer saja. Rasanya gak cocok dengan nenek2 seumuran saya. mereka membantai karangan temannya agak gimana ...gitu. Lagi pula kontennya banyak ghibah. He he ... Dicolak colek pula dengan masalah politik.

      Sekarang kbm udah ganti baru. Kbm lama dibaned. Kan Asmanadia dan orang2 di sekelilingnya kontra pemerintah.

      Hapus