Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berpuasa itu Mirip Perempuan Ngidam. 4 Golongan Lainnya Menyikapi Begini ...

Ilustrasi: Berpuasa itu Mirip Perempuan Ngidam

Berpuasa itu rasanya mirip perempuan ngidam. Kerja  okey, tidur pun mau. Kaum bapak yang tak pernah tahu bagaimana rasanya hamil muda, bandingkan saja dengan berpuasa. Ha  ha .... 

Selama bulan puasa, habis subuh, badan saya selalu lesu. Malas nyapu, malas nyuci piring, dan sederet malas lainnya. Bawaannya ngantuk melulu. 

Kemarin saya  ikuti apa maunya si tubuh. Saya bermalas-malasan di tempat tidur langsung ngorok. Gila ... Ketika bangun jam pukul  9 kurang 5 menit. 

Alhasil, sampah di halaman bertebaran,  piring numpuk,  rumah berantakan. Pusing. Tak tahu penyelesaiannya mulai dari mana. Rasain. Beginilah efeknya mengikuti kemauan buruk. 

Mundar-mandir ke depan ke belakang, tuntasnya pukul  12 siang. Padahal sejak memasuki usia manula,  saya paling tidak suka berlama-lama dengan urusan rumah tangga. Apalagi berkutat di dapur.  

Oh, ya ....  Kenapa saya mengasumsikan berpuasa  dengan perempuan ngidam? Karena pengalaman saya begitu. Saat ngidam, enaknya tidur sepanjang hari. Tetapi, dibawa kerja juga kuat. 

Setiap kali hamil, saya juga ngantuk-ngantuk. Tetapi saya lawan. Hingga aktivitas saya mengajar dan bekerja sampingan di rumah tak pernah terganggu. 

Maaf, bukan berarti saya memaksa ibu-ibu ngidam itu harus begini begitu, ya.  Semua terpulang  kepada pribadi masing-masing. Intinya, saat berpuasa  kita bisa bermalas-malas, bisa juga dibuat rajin. 

Terkait ilustrasi di atas, saya ingin berbagi cerita bagaimana orang-orang di lingkungan saya menyikapi puasa   Ramadhan  jika dihubungkan dengan aktivitas ekonomi, khususnya buat bapak-bapak yang sehat lahir dan batin. Sebab masalah memenuhi nafkah mereka yang pegang kendali. 

1. Berpuasa, sambil istirahat memanjakan diri

Almarhum kakek tiri saya seorang pedagang pengumpul ikan air tawar. Seingat saya, setiap puasa Ramadhan beliau  mengehentikan semua aktivitas yang berkaitan dengan ekonomi.  

Katanya  dia ingin menjalankan puasa dengan khusuk sambil mengistirahatkan tubuh. “Sebelas bulan bekerja, menyiapkan dana untuk  sebulan  berpuasa, itu adalah harga mati, “ katanya.

Zaman sekarang, saya tak menemui lagi orang yang berpandangan begini. Paling sebagian  pemilik rumah makan yang menutup total usahanya selama bulan puasa. 

2. Berpuasa, mengurangi aktivitas harian

Berpuasa mengurangi aktifitas harian mungkin berlaku umum di negeri ini. Kalau petani biasanya jam kerjanya sampai pukul  4 sore,  bulan puasa pulangnya jam 2.  Tradisi begini juga berlaku bagi jam-jam kantor,  guru dan dosen, termasuk buruh bangunan dan lain sebagainya. 

3. Berpuasa, jam kerja tambah full  

Berpuasa kerja tambah full ini biasanya nasib tukang jahit. He he ... Saya pernah menjalaninya.  Benar-benar capek.  Saya meninggalkan profesi  sampingan ini sejak tahun 2005.  Ke sininya saya dapat menikmati puasa Ramadhan dalam kondisi fit layaknya orang lain.

4. Bulan puasa, biasa-biasa saja

Kelompok ini  diklasifikasikan  dalam 4 kategori

Kategori pertama, mereka berpuasa,  namun tidak menjadikan puasa sebagai alasannya untuk tidak beraktivitas seperti biasa.  Berpuasa, Iya. Kerja jalan terus.

Kategori ke dua. Ramadhan biarlah milik orang berpuasa. Mereka tidak puasa alasan mencari nafkah demi perut anak bini.  Sementara tugas yang diembannya teramat berat, seperti bulan-bulan biasanya. 

Dahulu, nelayan yang melaut  termasuk kelompok ini. Karena segalanya serba manual. Mudah-mudahan sekarang tidak lagi. Sebab zaman telah berubah. Pekerjaan mereka sudah digantikan dengan mesin. 

Kategori ke tiga. Tidak puasa karena keterpaksaan. Di kampung saya ada sekelompok kecil masyarakat yang tidak bisa  berpuasa  sebab  keterpaksaan. Tanpa kerja ekonominya mati. Pasalnya,  mereka mencari nafkah di dalam air. 

Beliau-beliau itu adalah penyelam lokan (kerang air tawar) yang beraktivitas di dalam sungai. Bagaimana mau berpuasa, saat menyelam tanpa sengaja  air sering tertelan,  mungkin  juga masuk ke tubuh melalui pori-pori, hidung, mulut, bahkan dalam lubang telinga.  Jadi,  Ramadhan bagi orang golongan ini biasa-biasa saja. Tiada bedanya dengan bulan lain. 

Kategori ke empat. Tidak puasa karena tidak mau berpuasa, dengan alasan yang mengada-ada. Ngakunya Islam, sudah baligh, sehat,  dan tak kurang satu apa pun, bahkan dia kaya.

Waktu lebaran, mereka  menyambutnya dengan antusias.  Inilah  penyakit yang sering mendera penderitanya yang belum ditemui obatnya. 

Penutup

Kata Pak Ustad, menjalankan ibadah puasa itu gampang, tergantung niat ikhlas pribadi yang menjalaninya. 

Umpamanya, buat orang yang berhalangan secara ekonomi, barangkali mereka bisa alih profesi untuk sebulan puasa saja. Karena rezeki itu Allah yang ngatur.  

Mana tahu, gara-gara berani ganti pekerjaann, individu yang bersangkutan bisa keluar dari zona nyaman.  Ke depannya  dia mendapat gawean agak ringan, dengan pengahasilan lebih besar untuk selamanya. 

Masih menurut Pak Ustad, berkenaan dengan manusia yang tidak puasa karena tidak mau berpuasa tadi, (kategiri ke 4), orang yang berpuasa disarankan tidak berbangga diri, mengejek, menggibah, apalagi menghina pelakunya.  Karena apa pun alasannya perbuatan tersebut tidak dibenarkan dalam Islam.

Demikian masalah berpuasa Ramadhan di mata saya  dan  sikap orang-orang di lingkungan saya  apabila dihubungkan dengan aktivitas ekonomi, khususnya buat bapak-bapak yang sehat lahir dan batin.

Bagaimana pendapat kalian? Silakan sharing di kolom komentar. Semoga bermanfaat.

Baca juga:

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

13 komentar untuk "Berpuasa itu Mirip Perempuan Ngidam. 4 Golongan Lainnya Menyikapi Begini ..."

  1. sekarang puasa malah dijadikan "therapy" di negara negara barat....

    Tulisan bermanfaat...... Thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap, Mas Tanza. Puasa memang bagus untuk kesehatan. Saya sendiri merasakannya. Terima kasih telah singgah. Selamat malam dari tanah air.

      Hapus
  2. Kalau saya bulan puasa itu kayak dikejar-kejar waktu mulu Bu, kayaknya kok waktu juga cepat berputar, tidur jadi makin berkurang, karena kudu mengatur semua hal penting dalam waktu bersamaan.

    Entahlah ini target saya terlalu tinggi, atau memang keadaan mamak-mamak beranak kecil yang memang rempong hahaha

    Apapun itu, disyukuri aja ya Bu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus tuh ananda. Tiada waktu yang terbuang. Semasa anak2 saya masih kecil, saya juga begitu. Ntar setelah mereka dewasa sepi sendiri. Seperti kami sekarang. Tinggal berdua saja.

      Hapus
  3. Lengkap sekali ulasannya Bu Nur.. inspiratif dan bermanfaat 😊👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mas Warkasa. Selamat malam. Salam sehat buat keluarga di sana ya.

      Hapus
  4. Alhamdulillah. Allah beri keiizinan untuk bertemu lagi di bulan puasa. Terasa ringan badan apabila berpuasa kerana sistem dalam badan dapat berehat dari bekerja menghadam makanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, ananda Amie. Perut gendut pun jadi datar. Karena tidak dipadati dengan makanan. Terima kasih telah singgah. Selamat malam dari seberang.

      Hapus
  5. Banyak juga golongan orang dalam berpuasa ya Bu. Disini juga ada beberapa orang yang tidak puasa karena kerja pabrik, alasannya tidak kuat karena panas. Tapi kalo hari libur biasanya mereka puasa sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus juga ya, Mas Agus. Saat libur mereka berpuasa. Artinya di hari kerjanya mereka memang tidak kuat. selamat. Selamat malam. Selamat menunaikan ibadah puasa.

      Hapus
  6. selama berpuasa, saya masih semangat juga buat kerja. Karena kalau malas-malasan kok rasanya aneh aja, masa cuma sehari aja udah males kerja.
    Justru kalau sibuk kerja, puasa jadi nggak berasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda Ainun. Makanya puasa itu rassnta sama kayak orang hamil. Dibawa kerja, okey. Rebah2an tambah enak. He he .... Selamat malam. Terima kasih telah mengapresiasi.

      Hapus