Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jarang Diperhatikan, Ini Alasan Kakek Ditinggal Mati Istrinya Menikah Lagi

Ilustrasi Kakek Ditinggal Mati Istrinya (Sumber: istockphoto.com)

Sejak memasuki kepala 7, cowok gantengku  sering berandai-andai. “Andaikan bisa kematian itu diminta, saya mau mati lebih dahulu. Kalau awak yang duluan, saya pasti sengsara,” katanya.

Saya tersenyum sambil mencibir,  menganggap celotehan itu hanya basa-basi. Fakta sering bercerita, apabila istrinya telah  meninggal , cepat atau lambat kebanyakan suaminya menikah lagi.  Meskipun dia  sudah tua. Hanya sedikit yang pilih menduda dalam menunggu ajalnya menjemput.

Beda dengan perempuan, setelah bercerai mati dengan suaminya jarang dia mencari pengganti.  Terlebih lansia seumuran saya. 

Daripada mengurus orang lain bukan kakeknya cucu-cucu saya, enakan  melajang. Menjalani sisa hidup sambil nulis-nulis, bercengkrama dengan sahabat-sahabat online, dan  ibadah bertambah taat.  Sesekali ke luar daerah nengok cucu. he he ....

Ya, sudah. Siapa pun yang berangkat terlebih dahulu  adalah kuasa Sang Pencipta. Terkait topik ini saya ingin sedikit beropini, tentang apa saja alasan oknum kakek-kakek yang ditinggal mati istrinya  memilih kawin lagi. Khususnya beliau-beliau yang pensiunan.

1. Sepi tinggal sendiri

Siapa yang tidak kesepian, puluhan tahun hidup bersama, tiba-tiba harus dipisahkan oleh maut. Sementara di rumah tiada seorang pun yang bisa diajak bicara. 

Mengutip dari liputan6.com (16/09/2020), karena kesepian ditinggal mati istrinya, seorang kakek 76 tahun  di Inggris memasang iklan di koran lokal, dan membagikan kartu namanya pada orang-orang tak dia kenal. Namun tak seorang pun yang menanggapi. 

Kakek bernama Tony Williams  itu juga memasang poster di jendela rumahnya berisi curhatan setelah ditinggal sang istri.  Dia berharap tulisan pada poster tersebut dapat menyebar luas dan akan ada seseorang yang bisa memahaminya. 

Betapa berarti seorang teman hidup bagi sesorang kakek. Tak heran gara-gara kesepian ditinggal mati  pasangannya ada oknum yang memilih gantung diri.

2. Tak betah bersama anak-anak

Tidak betah tinggal bersama anak, merupakan alasan klasik bagi kakek-kakek pensiunan, yang memutuskan untuk menikah lagi.

Terlebih setype suami saya.  Jika tingkah anak cucunya  tidak sesuai kemauan dia, orangnya suka negur.  Kalau nyinyirannya sekali dua, mungkin mereka masih bisa menerima. Apabila  keseringan, takutnya diplototin.  Alhamdulillah sampai sekarang hal ini belum pernah terjadi. 

Di sisi lain,  kami yang tua-tua ini punya sensitifitas  tinggi. Jangankan dilawan, memarahi cucunya dihadapan dia saja dia bisa tersinggung. 

3. Tidak terbiasa mengurus dirinya sendiri

Sebagian bapak-bapak, dapat melakukan aktivitas yang lazim dilakukan oleh perempuan. Seperti mencuci, memasak, bersih-bersih, dan lain sebagainya.

Namun, banyak pula yang tidak tahu-menahu dengan urusan  dapur, pakaian, dan segala sesuatu yang biasa dikerjakan oleh kaum istri. Suami saya termasuk dalam kategori ini.
Entah memang benar-benar tidak bisa atau tersebab malas. Yang jelas makan tinggal nyuap, baju tinggal pakai.

Ketika saya bepergian agak lama dan  beliau tidak ikut, pulang-pulang  pakaian kotor bergelayutan  di kamar mandi, rak piring kosong karena isinya sudah terpakai semua,  dapur bauk kayak taik kucing. Sumbernya dari aroma piring kotor yang menumpuk.  Belum lagi tempat tidurnya kayak habis berantam. 

4. Masalah makan

Sebagian rumah tangga, memasak cukup satu kali sehari saja.  Bikin sambal pagi, sekalian  untuk makan malam.  Hal  seperti ini tidak disukai oleh semua suami. Termasuk suami saya. Maunya setiap makan sambalnya beda.  

Bukan berarti  dia selalu nuntut makan yang enak-enak dan mewah. Yang penting cocok dengan selera dia,  setiap makan  sambalnya harus diganti. Walaupun hanya telor rebus dan  sambal terasi.    

Dia paling senang,  jika sebelum memasak sambal  dikompromi  terlebih dahulu. Maunya lauk apa, sayuran  apa. Setelah klop, saya baru mulai bergerak. 

5. Ketika sakit tiada ada yang merawat

Poin ini adalah hal penting yang menjadi pertimbangan,  mengapa oknum duda pensiunan yang  ditinggal mati istrinya menikah lagi. 

Tahun 2018, saya dikunjungi keluarga suami dari kampung. Seorang kakek pensiunan PNS usia 80 tahun.  Beliau datang bersama istri barunya, 30 tahun lebih muda dari dia. Saya tanyakan bagaimana mereka  bisa berjodoh. 

Si kakek bercerita, bahwa sejak 5 tahun kematian istri pertamanya, dia sering keluar masuk rumah sakit  akbat penyakit prostad.  

Kita maklum, penyakit  yang satu ini kalau lagi kambuh, banyak berurusan dengan bagian yang paling pribadi.  Masalah terberatnya  saat ganti pempers.

Sebelumnya beliau  dirawat oleh putri satu-satunya. Tentu ada batasannya. Apalagi sang anak punya suami dan anak-anak masih kecil.  Dua anak laki-lakinya tinggal berjauhan. 

“Saat sendirian terkapar di tempat tidur rumah sakit, saya telepon beliau ini,” katanya menunjuk sang istri. “Saya  tanyakan ke dia, ‘Mau dak, kamu nikah dengan saya. Kalau mau datanglah  ke sini. bla ..., bla ....’ ” 

Janda subur satu anak itu setuju. Alasannya simpel. Dia kasian, karena sang kakek adalah kakak angkatnya. 

Alhamdulillah, kurang lebih 6 tahun lebih mereka hidup bersama dengan segala  suka duka,  suaminya meninggal pada usia 84 tahun.

Demikian 5 alasan kakek pensiunan yang ditinggal mati istrinya memutuskan menikah lagi. Sejatinya banyak alasan lain, umpamanya menyelamatkan harta warisan,  menyangkut tradisi, demi kehormatan dan harga diri, karena ada kaitannya dengan agama, dan sebagainya.  Supaya tidak meluber terlalu jauh, saya padai sebatas  ini saja. 

Saya  yakin kalian punya opini  lain tentang tema ini. Boleh tambahkan  di kolom komentar. Supaya ulasannya lebih akurat, kepoin  saja sang duda yang menjalaninya kalau berani.  Ha ha ...  

Sekian dan terima kasih. Semoga inspiratif. 

Baca juga :

 *****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

18 komentar untuk "Jarang Diperhatikan, Ini Alasan Kakek Ditinggal Mati Istrinya Menikah Lagi"

  1. kesepian merupakan hal yang ditakuti oleh semua manusia yang sudah berpasangan , ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Apahendak dikata, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Selamat sore, Mas Fajar. Terima kasih apresiasinya.

      Hapus
  2. Poin poin diatas sesuai fakta di lapangan ya bunda. Beruntungnya mereka yang masih punya kakek nenek, selamat bersantap sahur bunda, semoga bunda dan keluarga diberikan kesehatan selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, ananda Radhika. Semoga para anak cucu bisa memahami. Terima kasih telah mengapresiasi. Sslam sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus
  3. Ikut menyimak Bu Nur, lengkap sekali ulasannya. Bermanfaat 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan, Mas Warkasa. Doa sehat untuk keluaga di sana. Selamat berpuasa.

      Hapus
  4. Bermanfaat Bu Nur, mengingatkan saya pastinya.
    Semoga Bu Nur dan Bapak Ganteng sehat selalu.
    Hormat saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Mas Puji. Terima kasih. Doa yang sama untuk keluarga di sana. Selamat beraktivitas.

      Hapus
  5. Memang kadang kesepian itu yang bikin kakek menikah lagi, soalnya kakekku dulu juga begitu Bu. Setelah istri pertamanya meninggal dua tahun kemudian kakek menikah lagi, biarpun ada drama, anak banyak yang tidak setuju, sudah umur 50 soalnya. Aku sendiri masih kecil waktu itu jadi belum paham, ibu saya yang cerita.

    Eh, umur 50 tahun belum termasuk kakek-kakek ya.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kejadian begitu, Mas Agus. Setelah istrinya meninggal, mau nikah lagi tidak direstui anak2nya. Tapi biasanya dia tak mau dilarang. Tujuan anak2, itu supaya sang ayah bisa enjoy. Tidak dibebani oleh tugas dan tanggung jawab terhadap istri baru. Jangan2, punya anak lagi. Eh ... 50 tahun belum kakek2, he he ....

      Hapus
  6. tapi laki laki sepertinya lebih senang memendam sepi
    cuma kalau masalah makan dan kebutuhan memang jadi pertimbangan utama
    tergantung pribadi masing masing
    kakekku dulu engga menikah lagi karena menyusul nenek setahun kemudian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas Ikrom. Kasiannya ketika makan dan sakit tak ada yang ngurus. Bagusnya begitu. Kakek dan nenek itu saling cepat menyusul. He he .... terima kasih telah singgah. Doa sehat selalu. selamat malam.

      Hapus
  7. Poin 1 dan 2 mungkin juga akan dirasakan wanita yang ditinggal suami...

    Inspiratif..... Thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas Tanza. Pria dan wanita beda tipis. Tapi cara menyikapinya mungkin tidak sama. Terima kasih telah singgah. Selamat malam dari tanah air.

      Hapus
  8. Dulu aku pernah ngomong ttg ini ke suami. Seandainya bisa memilih aku berharap jangan dia yg duluan pergi. Krn aku tau banget, aku ga bakal kuat kalo ga ada support systemku. Pak suami bener2 support system yg bisa jaga mentalku stabil bun. Jadi berharapnya, gapapa dia mau nikah lagi saat aku ga ada, tapi semoga jangan sampai dia yg duluan pergi. Kalo dia aku yakin akan kuat di saat aku ga ada. Yakin banget, tapi aku ga bakal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda dengan bunda. Andai dia pergi duluan bunda tak akan menikah lagi. Hari sudah sore, matahari mendekati pintu kubur. Tapi kalau bunda duluan, silakan dia cari ganti, syaratnya, silakan keluar dari rumah. Harta yang cuman rumah sangat sederhana ini dllnya untuk anak2. Ha ha ..... Udah mati masih juga cemburuan ya. .... Selamat siang, ananda Fanny. Salam sehat buat keluarga di sana ya.

      Hapus
  9. Begitu ya Nek alasannya. Ya memang sih para duda pensiunan ini kan ingin tenang dan nyaman tinggal di hari tuanya.

    Jadi perlu adanya pendamping sebagai pelengkap hari hehe.

    Terima Kasih ya Nek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda Teddy. Kadang2 anak2nya kurang memaklumi. Sering tidak mendukung buat ayahnya menikah lagi. Padahal dia punya duit pensiun.

      Hapus