Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belum Tahu Kenduri Sko Tanjung Tanah? Ikut Saya ke Lokasi, Dijamin Puas!

 
 Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah
 
Umbul-umbul  berkibar di sepanjang jalan, aroma lemang mengundang lapar, anak rantau banyak yang pulang.  Ini suatu  pertanda bahwa  di Tanjung Tanah, Kerinci, Jambi,  sedang digelar Acara Kenduri  Sko. 

Ia merupakan tradisi masyarakat Kerinci yang telah berlangsung sejak lama  secara turun temurun ... (media.neliti.com). Sedangkan kenduri sko bermakna ritual menurunkan barang pusaka (red). 

Upacara syakral itu diselenggarakan dalam rangka pengukuhan pemangku adat. Personel  yang  telah unzur, meninggal dunia, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk menunaikan tugas,  diganti dengan  anggota baru.
 
Untuk Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah pada musim ini,  perhelatan berlangsung  selama  4 hari berturut-turut.  Mulai  Rabu  sampai Sabtu (11-14 Mei 2022), dengan mengusung  4  agenda pokok. 

Hari pertama;  Ziarah ke makam leluhur
.
Dengan mengenakan pakaian serba putih, warga Tigo Luhah Tanjung Tanah mengadakan ziarah ke ke kuburan, sekaligus gotong royong serentak membersihkan makam para leluhur. 

Salah satu objek aktivitas mereka  adalah makam Ninek Kuja Ali, penulis  Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah.  

Kegiatan ini merupakan ritual awal  pelaksanaan Kenduri  Sko.

Hari ke dua; Pemotongan/penyemblihan kerbau. 

Ilistrasi Proses Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah, (M. Dani Glr Datuk Melano perwakilan dari Dharmasraya saat mengantarkan sambutan dalam penyerahan sumbangan kerbau putih)
 
Menurut Depati Talam Bapak Said H. Hanapi, pemotongan kerbau merupakan syarat  mutlak  dalam  upacara Kenduri  Sko Tigo Luhah Tanjung Tanah. Tanpa itu,  acara yang disyakralkan tersebut  tidak syah, dan belum boleh berlanjut ke proses berikutnya.  
Tidak tanggung-tanggung. Untuk kenduri Sko Tahun 2022 ini  masyarakat  setempat  menyemblih 3 ekor kerbau.  Satu darinya kerbau putih, sumbangan dari Bupati Dharmas Raya. Sumatera Barat. Ulasan tentang penyemblihan hewan   ada di sni
 
Hari ke tiga; Penurunan  dan pencucian Sko

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Tumpukan sko yang dikeluarkan dari penyimpanan / Foto MARIATI)
 
Ritual pembersihan benda pusaka ini merupakan  seremoni yang paling dinanti-nantikan oleh banyak kalangan. Tak heran, Bapak Ahmad Mahendra Direktur Perfilman Musik, dan Media (mewakili  Dirjen Kebudayaan  Kemendikbud Ristek RI)  jauh-jauh datang dari Jakarta, demi menyaksikan momen langka tersebut.  

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah, (Dari kiri: Bapak Said H. Hanapi, Wardiman Djoyonegoro, dan Ahmad Mahendra beserta para pendampingnya dari Kabupaten Karinci)
 
Hadir juga Bapak Prof. DR. Wardiman Djojonegoro, Mantan Mendikbud  era  Presiden Soeharto, dan Ibu Dr. Ninie Susanti  Y, mantan Dosen Universitas Indonesia. Beliau seorang epigraf  yang berperan sebagai tim inti  alih aksara/bahasa  Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah (KUTT).
 
Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Sutan Riska Tuanku Kerajaan, menuju lokasi penurunan sko)
 
Tamu lainnya datang dari jauh. Beliau adalah Sutan Riska Tuanku Kerajaan, SE, Bupati Dharmasraya, sekaligus raja Kerajaan Koto Besar Darmasraya. Sebuah Kerajan yang mempunyai keterkaitan historys dengan Tanjung Tanah pada masa lampau.
 
Puluhan wartawan lokal dan nasional pun  berdatangan untuk meliput.  Saya selaku blogger gaek pun ikut berdesak-desakan ingin mengabadikan momen luar biasa tersebut.

Entitas Sko Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Depati Talam Bapak Said H. Hanapi (mengenakan baju hakim purbakala) sedang nemamerkan barang sko. Baju putih yang beliau kenakan adalah paaian Haim /Foto MARIATI)
 
Mungkin ada yang bertanya, siapa saja yang berhak menyimpan benda yang pernah dipakai oleh para leluhur tersebut? Seperti apa  pula wujudnya?  Sampai-sampai  mengundang perhatian publik sebegitu besar.  
  
Sebagaiamana kita ketahui bersama, barang pusaka bukan milik pribadi, tetapi punya kaum. Makanya  dia tak boleh dikoleksi secara sembarangan.
 
Karena wilayah adat Tanjung Tanah terbentuk dalam 3 luhah, yang masing-masing dipimpin oleh 1 Depati,  maka untuk menyimpan dan menjaga harta pusaka tersebut dipercayakan kepada 3 Depati. 

  1. Depati Talam: menyimpan  Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah, 6 ikat daun lontar, 9 jenis kain,  1 lembar baju hakim, dan stempel dari tanah.
  2. Depati Bumi: dipercayakan padanya 1 peti  dari buluh (bambu), kain  5 warna;  hitam, putih, merah, dan belang. 
  3. Depati Sekumbang: memegang amanah 1 peti dari seng, kulit kayu bertulis aksara arab tapi sukar dibaca. Kecuali ada secarik kecil seruas ujung telunjuk yang  tercatat nama Allah, dan  1 potongan buluh (bambu),  kain warna hitam, putih, dan kain merah putih.

Namun, yang paling menyita perhatian publik adalah Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah (KUTT), yang titipkan kepada Depati Talam.

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Tulisan di atas daun lontar /Foto Maryati)

Bagian dari halaman Kitab KUTT, dipotret dari buku Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua, Halaman 132 / Foto NURSINI RAIS)

Naskah tersebut menjadi primadona  setelah dinobatkan sebagai Naskah Melayu  tertua di dunia.  Hal tersebut  berdasarkan penelitian Uli Kozok, seorang  peneliti bahasa, kelahiran Jerman 26 Mei 1959. Awalnya dia minta izin pada pemuka adat Tanjung tanah memotret naskah tersebut untuk diteliti. 

Guru Besar University Hawaii itu membawa sepotong kecil naskah tersebut untuk diteliti. Itupun minta izin kepada  Pemuka Adat Tanjung Tanah, Kemendapoan Seleman, Bumi Sakti Alam Kerinci. 

Hasil uji karbon dari Rafter Radiocarbon Laboratory, Wellington, New Zealand, 18 November 2003, Pusako lamo  tak lapuk dihujan tak lekang dipanas itu dinyatakan sebagai Naskah Melayu Tertua di Dunia. Usianya 600 tahun lebih. 

Banyak hal menarik lainnya tentang Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah ini yang patut diperbincangkan. Misalnya tentang  aksara dan media yang digunakan, penulisnya,  dan sebagainya. Karena saya bukan pakarnya takutnya salah ulas.  

Proses pencucian  Sko Warga Tigo Luhah Tanjung Tanah

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Mencuci sko Depati Bumi)

Lazimnya, orang Kerinci menyimpan benda-benda  peninggalan para leluhurnya  itu di atas loteng.  Hanya diturunkan,  dibersihkan, dan dipamerkan  pada upacara penobatan pemangku adat saja. Ritual itulah yang sesungguhnya desebut “Kenduri Sko”. 

Di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah upacara tersebut dilaksanakan sekali lima tahun. Terakhir sempat  tertunda gara-gara pandemi covid 19.

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Mencuci sko Depati Sekumbang)
 
Kata mencuci/membersihkan dimaksud bukan berarti  pusaka tersebut dimandikan  pakai sabun. Tetapi sekadar mengusapnya menggunakan air kembang  7 warna, bercapur irisan 7 jeruk (limau asam).  Besoknya pusaka tersebut siap dipamerkan pada  acara pengukuhan anggota pemangku adat.

Hari ke empat;  Acara puncak sekaligus penutup

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (sebagian calon personel para Pemangku Adat Tigo Luhah Tanjung Tanah)

Andaikan ritual penurunan  dan pembersihan sko  boleh dikatakan momen yang paling syakral, maka hari penutupannya adalah momen paling heboh.  

Saat  inilah acara puncak kenduri adat itu. Yakni, penobatan dan pengukuhan para pemangku adat Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah. 

Mereka diambil sumpah dan janjinya supaya menjalankan tugas dengan adil dan sejujur-jujurnya  sebagai pengayom anak jantan anak batino dalam kedepatian masing-masing dan Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah Umumnya.   

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Para pejabat dan tamu penting yang menghadiri perhelatan Kenduri Sko Tanjung Tanah, 14/05/2022)

Acara tersebut, dihadiri juga oleh Bapak Ahmad Mahendra Direktur Perfilman Musik, dan Media  RI serta rombongan, Wakil Gubernur Jambi serta rombongan, utusan dari bupati/Kerajaan Koto Besar Dharmasraya, dan Bupati Kerinci Adirozal bersama pejabat Kerinci lainnya. 

Begitu memasuki gerbang area, orang-orang  penting  tersebut disambut dengan atraksi pencak silat,  tari-tarian daerah yang  semuanya dilakoni oleh putra  putri daerah setempat. 

Ribuan masyarakat Tigo Luhah Tanjung Tanah dan undangan dari desa tetangga  tumpah ruah di halaman panggung kebesaran,  tempat berlangsungnya acara pelantikan. 

Puluhan awak media lokal dan nasional diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengambil gambar.

Ringkas cerita, 48 personel pemangku adat Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah telah dilantik. Acara Kenduri Sko ditutup dengan doa dan makan bersama. 

Ilustrasi Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah (Tumpukan lemang hias, sumbangan wajib dari seluruh mayarakat tigo luhah Tanjung Tanah)

Yang menarik, setiap tamu pulang diberikan sebatang lemang. Lemang tersebut dikumpulkan dari seluruh rumah tangga dalam Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah.

Demikianlah sekilas gambaran pelaksanaan Upara  Kenduri Sko di Wilayah Tigo Luhah Tanjung Tanah, Kerinci, Provinsi Jambi.  Semoga bermanfaat. 

Baca juga :

*****

Referensi:

Kozok, Uli. 2006. Kitab Undang-Undang  Tanjung Tanah Naskah Malayu yang Tert. Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara Yayasan Obor Indonesia.

Wanhar, Wenri.  2022. “Kenduri Sko Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tert” https://langgam.id/kenduri-sko-tanjung-tanah-naskah-melayu-tertua/ ,  Diakses 15 Mei 2022 pukul  14.30 WIB.

____________

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi

12 komentar untuk "Belum Tahu Kenduri Sko Tanjung Tanah? Ikut Saya ke Lokasi, Dijamin Puas!"

  1. terima kasih berkongsi info. seronok membaca tentang budaya masyarakat lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih kembali, ananda Sal. Yuk datang ke Indonesia. Dekat, kok. he he ... Salam rindu ingin bertemu.

      Hapus
  2. Budaya tradisi yang perlu dikekalkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indonesia punya banyak budaya dan tradisi, Wak. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat dari seberang.

      Hapus
  3. menarik.....
    semoga terus dilestarikan budayanya

    BalasHapus
  4. wah seru sekalo budaya kerinci memang sangat bernilai
    salut sama yang menyimpan benda bersejarah seperti itu
    tidak mudah ya bu menyimpan dan merawatnya apalahgi usianya sudah sangat lama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya pemerintah pusat sangat respek. Waktu acara dirjen Kebudayaan ngasih sumbangan 2 karung beras dan 1 ekor kerbau gede banget.

      Hapus
  5. unik juga tradisi dan ceremony ini. Itu mansuskrip pasti sangat berharga dan bersejarah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Pak Sofyan. Sayangnya keinginan pemerintah pusat untuk mengitalisasinya kayaknya mengalami kendala.

      Hapus
  6. menarik bunda, kalau berkunjung ke daerah trus kebetulan lagi ada acara adat atau pawai budaya rasanya seneng banget karena bisa ikutan nonton, nambah wawasan juga karena selama ini cuma tau sedikit2 aja adat daerah dari buku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, kalau ingin mengetahui detailnya. Harus mengamati langsung di lapangan. Terima kasih telah mampir, ananda Naia. Salam sejahtera untuk kita semua ya

      Hapus