Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

10 Hari Absen, Ini Dia Gulai Semah Perentak buat Oleh-oleh

Ilustrasi 10 Hari Absen Menulis (Dokpri)

Assalamualaikum, sobat-sobatku  tersayang. Udah 10 hari Nenek celotehnur54  absen mengudara. Ini adalah jeda terpanjang yang pernah si nenek ini lakukan selama menceburkan diri di dunia perbloggeran. 

Semoga ada yang merasa kehilangan. Maklum, artis termuda, mendekati  kepala 7.   Ha ha ha ....  Nenek GR. 

Selama 10 hari itu nenek celotehnur  tak sempat  menulis, karena berada di luar daerah tepatnya di kota Jambi, untuk suatu kepentingan sekaligus nengok cucu. 

Begitulah kemampuan nenek lansia. Beda dengan penulis muda.  Mereka bisa kejar tayang, dimanapun berada dan sesibuk apapun. Minimal malam-malam sebelum tidur.  Atau kapan perlu bisa begadang sampai dini hari. 

Tetapi tidak apa-apa, nenek celotehnur54 membayarnya  dengan oleh-oleh unik  yang tak bisa dibeli. Sampai keliling Eropah pun kalian cari tak akan ada penjualnya. He he .... Berikut barangnya. 

Kendali pada driver, kecepatan diatur si doi

Kami bertiga (saya, cowok gantengku, dan  Lin 46 tahun si Abang Sopir),  berangkat  dari Kerinci ke Jambi Minggu  pagi, 14 Agustus lalu. Sampai di alamat pukul 20.00.  Untuk ke ibu kota provinsi ini butuh waktu 12 jam melalui darat. 

Normalnya cuman 9-10 jam.  Harap maklum, perjalanan kakek nenek. Kendali pada driver,  kecepatan si kakek yang ngatur. Tak boleh  melebihi  50 km per jam.  Lucunya dia minta abang sopir sering-sering membunyikan klakson.  Katanya untuk mengingatkan pengguna jalan lain. Terutama di tikungan. 

Saya dapat memahami, mungkin fungsi  jantung kakek  71 tahun itu telah mulai melemah. 

Palingan Lin yang  keberatan,  takutnya pengemudi lain terganggu, ngelakson melulu. Harus bagaimana lagi. Untungnya  Lin nurut, karena  keponakan sendiri.  Dialah sopir yang paling cocok buat beliau.  Karena selain mengerti maunya si kakek, Lin tidak merokok. 

Seni bepergian

Sejatinya, kalau bepergian hati kecil saya lebih senang menyantap bekal  bawa sendiri. Di samping rasanya lebih kena di lidah, bahan-bahan/bumbu masakan  jelas,  bebas pengawet, kebersihannya pun terjamin. Kita bisa memilih  tempat makan di alam terbuka, yang panoramanya bagus dan nyaman.

Tetapi apa daya? bagi beliau (suami), seninya bepergian itu makan-makan di warung. Tetapi tak mau juga  sembarangan tempat. 

Rumah Makan Perentak

Ilustrasi 10 Hari Absen Menulis (Dokpri)

Khusus perjalanan ke Jambi, doi punya rumah makan idola di Bangko  Kabupaten Merangin. Kurang lebih 150 km (5 jam perjalanan) dari kediaman kami arah ke kota Jambi. 

Namanya “Rumah Makan Perentak.”  Warung dan masakannya  sederhana dan biasa-biasa saja. Tetapi tempatnya nyaman dan bersih versi sang  pemilik selera. 

Menu  dan penyajiannya secara tradisional.  Seperti Rumah Makan Padang umumnya. Meskipun empunya mendeklarasikan warungnya itu sebagai masakan khas Merangin. 

Baragam lauk ada di sana. Mulai ayam kampung,  sampai ke telur ikan, dan bermacam-macam ikan air tawar.  Tetapi  selera  cowok gantengku terpaut pada gulai ikan semah dan kepala ikan lemak.

Padahal, di Kerinci juga banyak ikan semah. Karena  semah merupakan ikan khas Sungai Merangin yang berhulu di Danau Kerinci. Beliau juga sering beli. Harganya lumayan mahal. Per kilonya mengikuti  nilai jual daging sapi. 

Tetapi yang namanya selera tua. Suka gonta ganti. Saya juga senang kalau dia makan makacipeh (lahap), ha ha ....  Jadi, setiap akan berangkat ke Jambi, paginya beliau sengaja  berlapar-lapar supaya makan enak di Rumah Makan Perentak.  

Harganya pun damai  di kantong. Makan bertiga plus 2 cangkir kopi hitam manis, dibandrolnya Rp 180 ribu. 

Penasaran ingin mencicipi ikan semah dan ikan lemak? Jika kebetulan kalian pergi ke atau lewat di Kota Bangko, silakan mampir di Rumah Makan Perentak. Lokasinya di Pasar Bawah kota Bangko. Pas di jalan lintasan Kerinci –Jambi.  

Eh ..., maaf. Tanpa sadar saya telah mempromosi dan mereview Rumah Makan Perentak. Tapi, tak apa-apa. Mana tahu, tulisan ini membawa berkah bagi pemiliknya, jualannya tambah laris.  Amin. 

Demikian alasan nenek celotehnur54  10 hari absen mengudara.  Alhamdulillah kini hadir kembali di hadapan kalian. Semoga bermanfaat, menghibur, dan inspiratif. Terima kasih. 

Baca juga:

****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

12 komentar untuk "10 Hari Absen, Ini Dia Gulai Semah Perentak buat Oleh-oleh "

  1. asyik juga ya nek, jalan-jalan sekalian bersama melihat cucu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, lumayan asyik, ananda. Sekalian ganti pemandangan juga. He he ... Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat pagi dan selamat beraktivitas.

      Hapus
  2. jadi ngiler makan di rumah makan padang...
    hehehe....

    Nice story to reads.... thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya, Mas Tanza. Kapan pulang ke tanah air, silaksn datang ke Tumah Makan Perentak. He he ...

      Hapus
  3. Waah asyik, Jalan-jalan terus nih bu Nur😀🤝

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah 6bulan tidak keluar daerah,as Warkasa. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam, doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  4. Wahh senangnya di usian yg hampir kepala 7 bahkan kakek yg udah berusia 7 masih bisa jalan2 ajak sopir, masih keponakan sendiri pula, jadi bisa dipercaya.

    Benar2 menikmati masa tua ya bunda, sehat selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, bunda wajib bersyukur dengan kondisi ini, ananda Ursula. Orang2 seumuran kami banyak yang telah tiada, dan strooks. Terima kasih telah singgah. Selamat sore. Salam sehat selalu.

      Hapus
  5. keluarga aku kadang juga bawa bekal sendiri ketika perjalanan ke luar kota, dan berhenti di tempat yang disuka. misalnya di rest area.
    kadang juga mampir ke warung, dan kalau bisa cari warung yang tempatnya minimal bersih aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pilihan yang bagus, Mbak Ainun. Kalau bukan ikut irama si bapak, saya juga senang bawa bekal sendiri. Jelas dan pasti. Baik kebersihannya maupun bahan2nya. Terima kasih telah mampir, maaf telat merespon.

      Hapus
  6. Papa ku juga gitu bunda, kalo bawa mobil, Trutama Medan - Sibolga, itukan kelokannya 1000 dan tajam, pasti papa selalu idupin klakson supaya yg dr arah berlawanan tau. Cuma wajar sih, saking sempitnya dan kelokannya full 2 jam ga abis2, JD memang hrs pasang klakson, apalagi lawannya bus tronton dr depan.

    Kdg aku serem tiap kali papa yg udah 71 THN bawa mobil sendiri kesana. Pengennya pake supirlah. Tapi ga mau, katanya masih sanggub. Tinggal kami penumpang yg jantung kayak mau copot 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata2 orang yang sudah betumur tingkat waspadanya tinggi ya, ananda Fanny. Salut dengan beliau 71 tahun jantungnya masih kuat. Suami bunda banyak cemasnya. Penakut. Makanya kemana2 pasti pakai supir. Terima kasih telah mampir. Selamat pagi. Doa sehat untuk cucu di sana.

      Hapus