Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keren ...! Ini 4 Alasan Gadis Minang Nekat Merantau tanpa Didampingi

Ilustrasi 4  Alasan Gadis Minang Nekat Merantau (Sumber Foto : Fb Hermi Yusnita)

Orang Minang selalu identik dengan merantau. Hanya trendnya sedikit bergeser. Kalau dahulu  merantau hanya dibolehkan untuk anak laki-laki saja, kini anak gadis pun  banyak yang merantau tanpa didampingi. 

Kontek "anak gadis" dalam hal ini adalah anak perempuan yang belum menikah,  yang dahulu tabu baginya merantau  tanpa didampingi. Tugasnya di rumah saja. Urus dapur, sumur, dan kasur. Kecuali jika dia sudah berumah tangga terus diboyong suaminya. 

Era saya ke belakang, jangankan merantau seorang diri,  minta izin mengunjungi teman di lain desa saja, susahnya minta ampun. Begitu anak gadis buka mulut emaknya langsung protes. “Apa urusanmu melampaui kampung. Mau cari lakikah? Mau ini,  mau itukah?” Maaf mungkin ini hanya berlaku di daerah tertentu saja. 

Anak Bujang Minang  Disuruh Merantau

Lain cerita dengan anak bujang (laki-laki). Memasuki usia dewasa, mereka sengaja disuruh merantau. Tujuannya untuk menempa diri agar lebih matang, tahu bagaimana beratnya hidup dan kehidupan, serta mencari pengalaman di tempat yang baru, sebagai bekal kelak untuk dibawa pulang. 

Saking bangganya menjalani hidup di rantau, ada ungkapan yang dilebih-lebihkan, oleh sebagian perantau Minang, “Belum lengkap keminangan seseorang sebelum dia mengelilingi 25 rantau.” 

Dahulu, rantau yang  mereka tuju belum tentu keluar dari lingkup alam Minangkabau (Sumatera Barat). Kadang-kadang di kecamatan tetangga, atau di luar kabupaten. Walaupun tidak sedikit juga yang ke luar Sumatera.

Tidak sama dengan  merantau orang Minang sekarang, yang  konteknya  lebih luas, bernuansa kekinian dan berkelas. Motivnya lebih dari sekadar mencari pengalaman dan mendewasakan diri. Terus  apa? apa lagi kalau bukan kepeng alias cuan.

Mengawali hari-harinya di tanah rantau tidak banyak bujang-bujang tersebut  hidup enak. Terget pertama urusan perut. Mereka  tidak gengsi  melakukan apa saja demi sesuap nasi. Mulai manggaleh (berdagang) dengan modal minim, kernet, sampai memburuh dan sebagainya.  

Dalam prosesnya sang pemuda menggunakan akal pikirannya agar bisa sedikit lebih dari sekadar perut, dengan kelonggaran beban otot. 

Anak Gadis Minang juga Berhak Merantau tanpa Didampingi 

Sekarang zaman sudah berubah. Di tengah gempuran teknologi yang tak terbendung ini, anak gadis Minang tidak boleh cengeng. Mereka sudah lama sadar akan persamaan jender. Mereka juga berhak mengejar impiannya di tanah rantau, meskipun hanya  seorang diri. 

Jangankan ke luar kampung, luar daerah, luar pulau, di luar negeri pun banyak anak gadis Minang yang merantau. Yang penting ditemani ilmu, iman, dan taqwa. 

Lalu apa saja alasan gadis Minang itu  nekat merantau tanpa didampingi? Simak ulasan berikut sampai tuntas!

1. Menuntut ilmu

Rugi besar jika seorang gadis Minang itu lahir, besar, dan sekolah mulai TK sampai Kuliah, bahkan sampai menikah hanya tinggal bersama orang tua di kampung halamannya  saja. 

Dengan bersekolah di perantauan, mereka belajar meninggalkan kenyamanan yang dinikmatinya bersama orang tua, bertemu dengan hal-hal baru, belajar memanajemen kehidupan, bangun pagi sendiri,  mengatur keuangan sendiri, mencari solusi jika kebetulan ada gangguan kesehatan. 

Fase-pase itulah, gadis Minang itu jadi matang, mengenal siapa dirinya. Makanya, diakui atau tidak, cara pandang gadis yang biasa merantau itu beda.  Rasa  empatinya lebih tajam daripada  gadis-gadis yang biasa tinggal bersama orang tuanya seumur hidup. 

Tak heran, gadis Minang itu tak mau kalah dari saudara-saudaranya dari daerah lain, baik kaum cowok  maupun cewek. Mereka bertebaran di berbagai kota di dalam dan luar negeri untuk belajar menuntut ilmu. 

Yang menarik, tidak sedikit pula mereka yang menikah dengan orang luar negeri. Karena semakin luas alam yang dijelajahi seseorang, kian banyak baginya kesempatan berkenalan dengan orang-orang baik. Ternyata salah satu darinya telah diciptakanNya menjadi pasangan sang gadis. 

Otomatis jargon klasik Minang yang berbunyi, “Kama anak ka babako” terpatahkan. (Kama anak ka babako artinya jika perempuan Minang menikah dengan orang luar, kelak anaknya tidak punya keluarga dari pihak ayah).

2. Mengembang diri

“Ngapain anak gadis mengembang diri jauh-jauh di rantau orang. Kalau rezeki musang tidak akan disambar elang,” Bantahan ini sering dilontarkan oleh orang sekeliling, terhadap anak gadis Minang yang akan meninggalkan kampungnya, mencari kehidupan baru di daerah  lain.  

Sanggahan tersebut tidak salah, belum tentu juga benar. Sebab, ada semacam kultur yang terbangun di tengah masyarakat di daerah-daerah Minang  tertentu (bukan seluruhnya). Yang mana, tradisi kurang memberi  ruang bagi anak gadis untuk  berkarier di kampungnya sendiri. 

Umpamanya ada anggapan, jika anak gadis terlalu maju, terlalu pintar dan terlalu kaya, jodoh berat  untuk mendekat.

Makanya gadis Minang itu merasa lebih leluasa membangun reputasi di tanah rantau. Apakah sebagai pengusaha, pedagang, dan lain-lain. Terutama mereka yang berpendidikan tinggi. 

Banyak gadis Minang menjadi pengusaha sukses di kota-kota besar. Namun, tentu ada juga yang gagal meraih keberhasilan.

3. Mangubah nasib diri dan keluarga

Merantau dengan tujuan mengubah nasib orietasinya jelas-jelas mencari uang. Banyak gadis Minang yang pergi merantau  dilatari oleh ambisi memperbaiki ekonomi orang tuanya  yang tidak baik-baik saja.

Mereka tersebar di berbagai  kota kecil dan  besar di seluruh nusantara berbekal pendidikan seadanya, tidak semuanya lulusan sarjana. 

Belum lagi yang nekat menjadi TKI keluar negeri. Lagi-lagi misi utamanya adalah mencari pitih  untuk mengubah nasib diri dan keluarganya. 

Rasa berat meninggalkan orang tua dan sanak keluarga itu pasti ada. Tetapi tetap mereka jalani. Kadang-kadang di perantauan meraka beradu dengan kesulitan, namun gadis Minang itu tetap menjadi perempuan tangguh dan  tidak gampang menyerah. 

4. Mengikuti tugas

Seperti saudari-saudari mereka dari daerah lainnya, gadis Minang juga banyak yang merantau demi panggilan tugas.  Ada yang berstatus sebagai ASN, karyawan swasta, dan lain-lain. Mereka bertugas mulai dari kota sampai ke pelosok desa di seluruh penjuru Nusantara.

Era sekarang, yang namanya merantau demi tugas nyaris tiada yang perlu dikhawatirkan. Kecuali jika ditempatkan di daerah terosilir. Belum  ada pasokan listrik, belum  dialiri sinyal handphpone,  belum didukung infrastruktur  fisik dan non fisik yang memadai. 

Kasus di atas mengingatkan saya pada suatu kisah. Tahun 1979, Am gadis non Minang, mendapat tugas mengajar di pelosok dalam Provinsi Jambi. Dia ke sana diantar ayahandanya. 

Maklum, kondisi dusun semasa itu.  Baru satu malam dia nginap, paginya ada lipan (kelabang) bergelayut pada pakaiannya di hanger. Besoknya Am menangis  minta pulang, dan tak pernah ke  sana lagi. Padahal, di tempat yang baru itu banyak teman-teman gadisnya sesama guru dari begagam suku.

Demikian 4 alasan gadis Minang berani merantau tanpa didampingi. Sebanarnya banyak alasan-alasan lain. Biar lebih ringkas, dipadai hingga ini saja. Kalau kalian punya ide dan berkenan berbagi, silakan tambah di kolom komentar. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

 Baca juga:  

***** 

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi

25 komentar untuk " Keren ...! Ini 4 Alasan Gadis Minang Nekat Merantau tanpa Didampingi "

  1. merantau untuk hidup berdikari. saya suka dengan budaya seperti ini sebab di situ juga dapat membentuk jatidiri dan menjadi gadis yang lebih matang dan terbuka...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Anis. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.

      Hapus
  2. Malam Bund,.betul..merantau kalau tujuannya positif untuk mencari rejeki / ilmu malahan bagus bund supaya jadi pribadi yg lebih mandiri dan tangguh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Srpakat, ananda mreneyo, terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.

      Hapus
  3. Muy interesante te mando un beso.

    BalasHapus
  4. Saya malah baru tau kalau gadis minang dilarang merantau

    Merantau kalau untuk menimba ilmu atau untuk merubah nasib diri atau keluarga menurut saya tak ada salahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dahulu, Mas Hermansyah. Sekarang tidak lagi. Dunia sudah berbeda.

      Hapus
  5. bagus merantau...dapat rezeki yang lebih luas dan lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Plus meluadkan pergaulan, memperkaya pengalaman. Terima kasih telah mengapresiasi, mrhanafi

      Hapus
  6. Buah dari perjuangan Kartini ya, gak ada batasa gender lagi untuk merantau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, Mas. Tanpa perjuangan Kartini, munglin kami emak2 ini sampai lumutan dengan tradisi Terima kasih telah mengapresiasi selamat sore.

      Hapus
  7. Hebat sekali ya
    saya aja merantau ke jakarta, takut sekali
    dan itu pun terpaksa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Takut karena belum dijalani ya, ananda. Nenek ini pernah ke Inggris sendirian ....

      Hapus
  8. Sebenarnya masalah merantau dengan didampingi ini saya setuju sih, karena di sana Islam kental banget kan.
    Jadinya hukum Islam yang mengatur wanita sebaiknya selalu bersama mahromnya ketika keluar rumah itu, benar-benar dipatuhi.
    Dengan merantau didampingi juga bikin para gadis insya Allah lebih aman, karena ada yang jagain ya Bu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Umumnya untuk pertama memasuki tempat yang baru, ada keluarga yang menampung mereka, ananda Rey. Atau mereka berangkat bersama teman2 seperjuangannya. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.

      Hapus
  9. jaman sudah berbeda ya, sekarang anak gadis diijinkan merantau demi masa depannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, Mas Adi. Karena tindakan mereka sudah diperhitungkan dan terencana.

      Hapus
  10. ya, kita tahu, suku minang adalah suku yang suka merantau....
    nggak tahu, kalau anak gadis juga merantau .....
    Informatif.... thank you for sharing

    BalasHapus
  11. terkadang memang pergi dari kampung halaman adalah hal yang baik, untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman baru seperti yang kk tulis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda. Merantau akan membuat wawasan kita luas, kreatifitas kita jadi terasah.

      Hapus
  12. Kita tidak bisa membayangkan ini di Belanda.
    Di sini pria dan wanita setara dan bisa pergi kemanapun mereka mau.
    Salam Irma

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Indonesia sekarang pria dan wanita juga sudah mulai setara. Tetapi sifatnya belum menyeluruh. Terima kasih telah singgah temanku Irma.

      Hapus