Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asyiknya Beburu Kuliner Nostalgia di Kampung Halaman Inderapura

Kuliner

 
 
Sebulan belakangan, saya beberapa kali bolak balik  ke Inderapura kampung halamanku. Selama di sana saya melampiaskan kerinduan pada kuliner nostalgia lama. Khususnya kue basah.

Setiap nyonya rumah menawarkan kakaknya ini mau sarapan/ngemil  apa, saya selalu menyebutkan nama  jajanan nostalgia masa dulu.

Alhamdulillah, sebagian besar kue tersebut masih dapat ditemui di warung kue basah dan pasar tradisional. Sisanya tinggal nama pembalut rindu.

Berikut 5 jajanan  nostalgia  yang masih eksis di kampung halamanku Inderapura, khususnya  kue basah:

1. Godok bagulo

 
 
Godok bagulo sengaja saya tempatkan pada urutan pertama. Sebab,  kue nostalgia ini adalah salah satu  jajanan favorit saya pada zamannya. (bagulo artinya pakai gula, Minang).

Yang menarik, sejak dahulu sampai sekarang rasanya tidak berubah. Begitu juga tampilan fisiknya bulat dan hitam manis. Pokoknya, 100% original. Adonan tepung dan pisangnya pas banget. Manisnya murni manis gula,  tanpa terkontaminasi  pemanis buatan (versi lidah saya). Persis kayak leluhurnya 50 tahun yang lalu.

Cerita punya cerita, rupanya  brend kue nostalgia godok bagulo ini masih dipegang  oleh keturun pemilik lama di Pasar Minggu Muara Sakai Inderapura, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar. 

Menikmati godok bagulo masa kini, benar-benar  membangkitkan nostalgia lama dalam berbagai rasa. Rasa sedih dan bahagia membuncah menjadi satu. 

Sedih, karena dahulu almarhumah Emak hanya mampu membelikan kami anak-anak beliau  sebiji per orang.  Tiga kali gigit, kunyah-kanyih, lalu tenggelam  di kerongan bersama rohnya. Ha ha ha ....

Itupun paling jatahnya sekali dua minggu. Tak jarang juga sekali 1-2 bulan.  Hikhikhik ....  Maklum era 60-70an. Rata-rata masyarakat kampungku  mengalami kesulitan ekonomi.  Terpenuhi  suap pagi dan petang saja sudah untung. Jumlah orang kaya di sekitar kami boleh dihitung dengan jari.

Bahagianya, karena anak-anak dan cucu saya tidak mengalami susahnya hidup dalam keluarga yang punya keterbatasan.  Saya pernah kecewa. Suatu ketika anak-anak cucu ngumpul, saya belikan godok bagulo sepuluh biji. Boro-boro mencicipi, secolek telunjuk pun  tak ada yang menyenggol. 

2. Godok ubi

 
 
 Sebagian orang Minang menyebut godok ubi ini  paruik ayam. Tiada cerita  yang jelas alasan penamaan  tersebut. Tampilan fisiknya putih kuning,  bulat memanjang, ada juga yang bulat seperti godok bagulo,   bagian luarnya sama-sama dilumuri gula.

Bedanya, jika godok bagulo terbuat dari tepung beras dan pisang, godok ubi bahan utamanya  singkong parut.

3. Kue mangkuk

 
Ilustrasi Kuliner Nostalgia (dokpri)

Di kampung saya kue nostalgia mangkuk ada dua jenis.  Dua-duanya berbahan dasar tepung beras ditambah gula, dan punya  cita rasa yang sama.  Cara membuatnya juga beda tipis, sama-sama melalui proses pengukusan.  Bedanya, mangkuk kembang dikukus menggunakan cetakan kecil,  bagian pinggir atasnya dikasih toping santan. 

Sementara mangkuk tapai  dikukus dalam wadah agak lebar,  setelah matang dipotong-potong sesuai selera, kemudian ditaburi kelapa parut.

Di tempat saya berdomisili sekarang, kedua jenis kue mangkuk tersebut dapat juga ditemui di  warung-warung kue basah. Rasanya mirip, namanya beda.

Semasa saya dan adik-adik masih kecil, Emak sering membuat kue mangkuk  sendiri.  Tugas saya, menumbuk tepung  menggunakan alu dan lesung. Zaman itu orang kampungku belum kenal mesin penggiling tepung, apalagi  tepung siap yang halus dan lembut seperti yang banyak dipasaran sekarang.

Sebelum dikukus, adonan terlebih dahulu dipermentasi menggunakan bahan pemuai. Yaitu, sedikit sisa adonan  semalam yang diperoleh dari sahabat atau kenalan pengusaha kue mangkuk.   Tanpa  soda, tanpa fermipan dan sejenisnya, semuanya serba alami.

4. Kue bongko

Ilustrasi Kuliner Nostalgia (Sumber foto: canang news.com)

Sekilas kue bongko  terlihat seperti kemasan sambal. Dibungkus daun pisang dengan bahan utama tepung beras dan gula merah.  Rasanya manis dengan aroma khas daun pisang, membuat cita rasanya terekam lama dalam  memori saya sebagai perantau.

Dahulu, di kampung saya kue bongko dapat dijumpai di pasar  Minggu Muara Sakai, yang digelar  sekali seminggu. Tapi kini agak sulit ditemui.

Waktu  pulkam saya rela naik motor sejauh 16 kilometer PP demi  melepas  kangen kue nostalgia bongko. Sialnya, bongko yang saya dapati tidak sesuai ekspektasi.  Hal ini dapat dimaklumi, karena dia bukan produk asli para leluhur. Tampilan luarnya serupa, isinya beda, kemurnian rasanya kurang lebih tinggal 60 persen.

5. Lemang tapai

 
 
 Siapa yang tidak kenal dengan lemang. Penganan tradisional yang terbuat dari beras ketan ini terdaftar  dalam list kudapan nostalgia yang saya rindukan selama 49 tahun di rantau orang.

Lemang lebih sedap jika disantap bersama tapai ketan hitam. Makanya tidaklah berlebihan jika dikatakan lemang dan  tapai ibarat pasangan Romi dan Yuli. Oleh sebab itu, nama tapai sering  disematkan pada lemang. Jadinya lemang tapai.  Alhamdulillah  seminggu  yang lewat saya berkesempatan menikmatinya. 

Untuk diketahui, lemang tapai yang dijual di pasar tradisional kampungku Inderapura, dibuat dan dijual oleh saudara kita dari daerah tetangga Air Haji. Strukturnya yang lembut dan gurih membuat brend lemang Air Haji ini terkenal di seantero perkulineran kampungku dan sekitarnya.

Penutup

Tak dapat diingkari, seiring perubahan zaman,  cita rasa makanan nostalgia  yang dijual pada masa kini, juga mengalami perubahan rasa. Teruatama rasa manisnya yang sedikit terkontaminasi oleh pemanis buatan. Susah ditemui kue yang 100%/ menggunakan gula asli.

Demikian  kuliner nostalgia yang sempat saya nikmati selama berada di kampung halaman. Sebenarnya masih banyak kue basah jadul lainnya yang dapat dijumpai di Inderapura kampungku tercinta. Namun yang sempat saya cicipi pada bulan lalu lima macam ini saja. Saya yakin, makanan serupa banyak ditemui di seluruh negeri ini.  Hanya penamaannya  yang berbeda-beda. Semoga bermanfaat.

 Baca juga: 

*****
Penulis,
Hj. NURSINI  RAIS
di Kerinci, Jambi

14 komentar untuk "Asyiknya Beburu Kuliner Nostalgia di Kampung Halaman Inderapura"

  1. Membaca posting Mbak saya baru sadar kalau sudah lama sekali saya tidak makan kue bongko. Saya suka banget karena teksturnya yang begitu lembut dan manisnya sedang-sedang saja.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ..., ternyata Mas Asa juga suka makan jajanan jadul. Hehe .... Terima kasih apresiasinya. Selamat beraktivitas.

      Hapus
  2. Lemang tapai enak juga klo di pakai buat teman makan durian ya bu Nur?😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia, Mas Warkasa. Lemang dan durian adalah pasangan serasi setelah lemang dan tapai. Hehe ....

      Hapus
  3. Hanya nomor 3,4 dan 5 yang saya tau bunda,..banyak banget kuliner kue"khas daerah ..saya termasuk penyuka jajan kue tradisional dari pada yang modern bund,enggk tau kenapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang, banyak kue yang rasanya tidak asli lagi, ananda. Terima kasih apresiasinya. Selamat siang

      Hapus
  4. Balasan
    1. Keren. Indonesi kaya budaya, kaya bahasa ya, Mbak Lydia.

      Hapus
  5. pengen cobain Godok Ubi, keliatan enak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak bagi yang suka, Mbak. Makanan orang kampung zaman dahulu. Tapi madih eksis. Terima kasih apresiasinya. Salam sehat untuk keluarga di sana ya

      Hapus
  6. godok ubi dan lemang tapai diantara favorit saya..... yummy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe .... Tentu di sana kue2 bigini termasuk jajanan langka ya, Mas Tanza

      Hapus
  7. Kue bongko ada juga di tempat saya ...malah saya suka mencicipnya bila ada kesempatan yang terluang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan tunggu ada kesempatan, kapan rindu, langsung santap, Mas Hanafi. Hehe. ...

      Hapus