Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Menggelitik di Balik Travel Sungai Penuh- Inderapura

Traveling

Ilustrasi (dokpri)

Naik travel tanpa tiket dari kota Sungai Penuh  ke Inderapura,  adalah hal  lumrah. Tradisi ini sudah berlangsung  lama. Sebab, sampai saat ini tiada loket khusus tempat membeli karcis jurusan Pesisir Selatan, Sumatra Barat.

Agen liar tapi masyarakat terbantu

Walaupun tanpa tiket, keberangkatan penumpang  tetap melalui agen. Dikatakan agen liar, tidak juga. Masyarakat lumayan terbantu oleh jasa mereka. 

Setiap hari mereka mangkal di Jembatan Satu, Simpang Talang Lindung, Koto Pandan, Sungai Penuh.  Enaknya, kapan kita butuh layanannya, mereka  dapat dihubungi via hp. Bahkan calon penumpang dalam kota, bisa antar jemput ke alamat. Kecuali  calon penumpang dari  luar kota seperti saya, yang  harus datang ke pangkalannya. 

Tak enaknya, kalau  penumpang  hadir jauh sebelum jam keberangkatan,  langsung  disuruh  naik mobil, dan tak akan bisa lepas lagi (ganti mobil). Terus dibawa keliling-keling mencari dan menjemput penumpang. Mending mobilnya masih sehat. Kalau sebaliknya, masih dalam kota saja penumpang sudah oak oek. 

Untuk menghindar   masalah tersebut, sebagian penumpang  termasuk saya, menunggu agak jauh dari kebisingan kota,  tepatnya di  Sungai Ning  (arah  ke Tapan). Tujuannya supaya bebas mencegat mobil yang duluan berangkat, tanpa keliling-keliling terlebih dahulu. 

Penumpang misterius

Waktu pulkam Sabtu 14 Desember lalu, saya sempat senam jantung. Lagi duduk-duduk  santai menunggu travel di Sungai  Ning,  tiba-tiba seorang driver menyapa. 

“Mau kemana, Bu?”  

“Ke Inderapura.”

“Yuk, naik,” katanya 

“Serius ni.  Mobil bagus begini ditravelin?” 

Serius,  Bu. Kita jemput  penumpang dulu, ya.  Dia nunggu di Kantor Desa sini. Ibu tau  Kantor Desanyo dimano?”

“Ya, tau lah. Di jalur sini juga.”  

Saya naik, mobil langsung  tancap gas. Sampai di depan kantot Kades, calon penumpang yang dijemput tidak ada. Sopir dan calon penumpangnya itu  tetelepon- teleponan. Lawan bicaranya itu  mengaku, dirinya telah terlewatkan.  Dia bersikeras mengatakan posisinya di depan kantor Kades.

Tanpa bosan, pengendara tersebut bolak balik ke kantor Kades  beberapa kali, sosok yang dicari  tak kunjung berserobok.

Saya berpikir, barangkali sosok misterus itu sekadar membully.  Jantung saya berdegup.  Jangan-jangan saya terperangkap komplotan penjahat.  Di mobil hanya saya dan sopirnya saja. Tadinya sebelum saya naik,  ngakunya ada penumpang lain.

Untuk  di*e***sa mungkin   invisible. Nenek-nenek seperti saya  hanya susunan tulang belulang, cocoknya untuk dibikin sop. Ha ha ....  Paling mereka menyangka saya banyak duit. 

Keyakinan diri yang terbangun

Setelah empat kali  bolak balik,  barulah orangnya ketemu. Rupanya ibu muda dengan satu anak balita itu standby di depan Kantor Desa Talang Lindung.  Bukan di Kades Sungai Ning. 

Begitu ketemu, cewek balita tadi  memanggil Pak Sopir “Ayah”.  Mereka saling merangkul mesra.  Di sisi lain, mamanya dan sang driver  saling melempar senyum,  malu-malu seperti  sepasang kekasih sedang berpacaran.  “Kamu tuh bloon. Mosok  dak tau Kantor Kepala Desa.” Wanita cantik itu rada-rada manja. 

“Kantor Desa bukan satu. Kamu ngasih informasi  kurang jelas.” 

Hati kecil saya bergumam.  “Oh .... Rupanya mereka suami istri. Keyakinan diri  saya terbangun  bahwa  saya bukan calon korban  kejahatan. 

Lazimnya suami istri, wanita berblus merah menyala itu duduk di sebelah sopir. Mobil siap meninggalkan Kota Sungai Penuh.  Mereka terlibat obrolan  biasa, namun   dari mata  keduanya terpancar cahaya  romantisme.  Sesekali  saling protes,   lain kali berdebat  ringan. 

Pengakuan yang tiba-tiba

Belum setengah jam di perjalanan, tiba-tiba  cowoknya buka  suara, “Mungkin Ibu heran menyaksikan tingkah  kami. Kami  sudah bercerai sejak  dua minggu lalu. Sekarang  saya mengajak dia menghadap keluarga saya di kampung,  minta dirujukkan kembali.”

“Duh ..., kok bisa bercerai. Nikahnya berarapa lama?” 

“Udah 20 tahun, Bu. Punya  anak 3. Putra pertama  kelas satu SMA.  Ini si bungsu 3 tahun setengah.”

“Syukur kalian cepat menyadari  kekeliruan masing-masing. Ngapain bercerai. Kasian anak.  Lebih baik  memperbaiki  keluarga yang ada, bersama-sama membesarkan anak  sendiri, daripada membangun rumah tangga baru, dan ngasih makan anak orang.” Saya sok menggurui. “Bercerainya udah berapa kali?” lanjut saya.

“Sekali ini saja, Bu. Tapi membuat perjanjian dihadapan keluarga saya udah puluhan kali. Dia tetap tidak  berubah,”  jelas mantan istrinya.

“Karena tak tahan, saya yang   minta diceraikan. Wanita mana yang kuat Bu,   dia suka menghamburkan duit  untuk perempuan lain daripada  ngasih ke saya. Yang bikin saya muak, dia tega mengirimkan  rekaman video mesumnya ke saya.  

Keluarga saya tiada yang mendukung kami rujuk.  Makanya  saat dijemput saya kucing-kucingan, biar mereka tidak mengetahui rencana kami untuk bersatu  kembali.”

Dada saya berdegup lagi. Takutnya mereka berantam di mobil, terus mengarahkan stir ke jurang, yang dalamnya puluhan  meter. 

Syukur mantan suaminya tidak marah. Malahan  memberikan jawaban nyeleneh tetapi menyejukkan. “Sekarang saya minta taobat, Bu. Dua minggu berpisah, saya tak sanggup melupakan dia. Sampai-sampai  semalaman saya tak bisa tidur. 

“Dua hari lalu saya  bersiap-siap akan melaksanakan nikah siri  dengan cewek lain.  Lagi-lagi wajah Emaknya anak-anak menggoda. Serius, Bu,” akunya. 

“Hal itu sangat manusiawi. Mudah-mudahan momen  perceraian tersebut hanya sebuah mimpi buruk  yang tak pernah terulang lagi. Anggap saja  sebagai obat unuk perjodohan kalian sampai kakek nenek, ” balas saya.

Sang janda terus nyerocos begana begini. Cowoknya cuman senyum-senyum. Mungkin tepatnya senyum  pengakuan atas kesalahan dirinya. Tau lah ulah oknum suami mata keranjang. Di hadapan istri dia sok patuh, sok cinta, di belakangnya  beda lagi.  Ha ha ....

Sok menggurui

Selelah situasi agak bersahabat, saya minta izin memberi kan saran. Keduanya siap menerima. Nasihat pertama  saya  alamatkan ke pihak istri, “Kalau dia benar-benar berubah dan kamu siap menerima,  kuncinya hanya satu.  Yang lalu biarlah berlalu, luka  lama jangan diungkit-ungkit lagi, supaya tidak banyak yang tersakiti.”

“Setuju, Bu. Saya berjanji kasus serupa tak akan terulang lagi,” sambung sang mantan suami.

Kurang dari 2 jam perjalanan Kota Sungai Penuh-Pesisir Selatan,  mobil yang kami tumpangi sampai di Tapan. Pak Supir berhenti di warung pinggir jalan  membelikan air kelapa muda. Tak disangka, dia belikan juga untuk saya. Meskipun berkali-kali  saya menolak. 

Perjalanan berlanjut ke Pasar X tempat orang tua Sopirnya berdomisili. Ketika melintas di halaman rumah Emaknya, dia berkata  “Sebenarnya trayek saya hanya batas ini, Bu. Kalau ada penumpang ke kampung Ibu, saya tumpangkan ke mobil lain.  Tetapi, untuk sekali ini saya antar Ibu ke alamat. Cuman 25 kilo kok, Bu. Paling 40 menitan pepe.”  

"Terima kasih kalau begitu." Saya tersenyum lega. 

Penutup

Sebelum berpisah, saya kasih ongkos ke si kecil. Jumlahnya sebesar tarif normal. “Kembalikan duit nenek,” kata Pak Sopirnya  berbasa basi.

“Ambil saja, buat beli es!”  saya ta kalah manisnya berbasa santun.

Demikian pengalaman ini saya tulis sambil mengisi waktu senggang. Semoga inspiratif.  Wassalam dari Pinggir Danau Kerinci.  

Baca juga: 

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

24 komentar untuk "Kisah Menggelitik di Balik Travel Sungai Penuh- Inderapura "

  1. Wah pengalaman yang unik dan agak mengejutkan juga ya bunda, syukur kalau sopir dan istrinya bisa rujuk kembali, bunda jadi penengah sekaligus jadi pendengar kisah mereka berdua hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bunda salut pada mereka. Mau mencari jalan terbaik sesuai ajaran islam. Tidak sedikit anak muda yang sudah cerai tapi mereka kambali lagi tanpa proses rujuk.

      Hapus
  2. Ikut dag dig dug aku pikir yg nelpon makhluk iseng kek sinetron kwkwk. Alhamdulillah bisa rujuk lagi, anaknya psti senang. Semoga langgeng setelahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda. Kita sama2 wanita sama2 merasa kekecewaan yang dialami perempuan lain karena ulah suami.

      Hapus
  3. Muy interesante uno siempre debe pagar donde va. Te mando un beso.

    BalasHapus
    Balasan
    1. No existe nada gratis, Alexander. Saludos saludables desde lejos.

      Hapus
  4. Aku lebih tertarik dengan drama suami istri itu Bu. Rupanya mereka sudah cerai dan mau rujuk lagi toh.😅

    Emang kalo ngasih alamat salah ya kayak gitu, bolak-balik nyari ngga ketemu, lha alamatnya salah,.😂

    Tapi untungnya ketemu ya. Itu yang suaminya nelpon mantan istrinya.😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju mereka masih menghargai ajaran agama. Coba kalau mereka kembali tanpa mengakui perceraian yang sudah suaminya ucapkan, tanpa proses rujuk, seperti beberapa oknum sering lakukan. Atau mantan suaminya tidak ngajak saya naik mobilnya, supaya mereka bisa bebas. Wah, masalahnya bisa lebih runyam.

      Hapus
  5. Akhirnya selain Mbak itu penumpang, rupanya berperan juga sebagai penasehat mereka.
    Semoga saja mereka rujuk dan keluarga mereka ke depannya menjadi keluarga yang bahagia dan tak terulang lagi kejadian buruk seperti sebelumnya.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin Mas Asa. Sepertinya begitu. Mereka tanpak menerima saat dinasehati. Saya juga berharap mereka rujuk kembali. Mengingat anaknya masih kecil dan manja seksli sama bapaknya.

      Hapus
  6. sedih membacanya.....
    alhamdulillah, akhirnya rujuk kembali....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga sedih, Mas Tanza. Terlebih melihat anaknya yang masih kecil.

      Hapus
  7. semoga dibukakan hati mereka utk rujuk kembali dan bersatu sbg 1 keluarga semula

    BalasHapus
  8. Kita semua berharap begitu Kamakmim. Kasian, anaknya masih kecil. Masih butuh kasih sayang seorang ayah.

    BalasHapus
  9. Wah pengalaman yang seru sekali, Bu. Mencerminkan sikap warga Indonesia sekali yang ramah tamah ya 😁

    Walaupun awalnyaa sempet bikin deg-degan, kalau udah ngobrol ternyata seru juga. Ternyata mereka orang baik dan Bu Nur juga baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Semoga kita semua jadi orang baik. Saya juga tak menyangka mereka baik dan terbuka terhadap masalah yang dihadapinya. Terima kasih apresiasinya. Salam sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  10. wjwwkwkwkwk, saya kok ngakak baca pengalamannya Bu :D
    Btw, membayangkan momen Bu Nur yang dicurhatin orang tersebut.
    Tapi bener loh, kadang bingung juga, udah 20 tahun mau cerai.
    Tapi di sisi lain, mungkin istrinya udah nggak tahan lagi keknya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengakuannya benar begitu, ananda Rey. Dia sudah tidak tahan. Si suami pun tidak protes saat mantan istrinya itu buka2an tentang kelakuannya. Sampai dia bilang, suaminya ngirim video m*8umnya dengan wanita lain ke hp dia. Saya berpikir, Kejam banget itu lelaki. Tiada menimbang perasaan wanita.


      Hapus
  11. Bukan sekadar kisah menggeletik, tapi kisah tentang rumah tangga seseorang dengan segala permasalahannya.

    Kirim video mesum bisa dibilang sangat keterlaluan sih. Sudah selingkuh, bukannya ditutupi malah dipamerkan kepada istrinya. Ga habis pikir bisa sampai segitunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas Vai. Dibilang manusia lecet pikir atau g**a, gak juga. Dia memilih rujuk secara syah. Katanya takut dosa. Mungkin sekarang dia telah sadar, dan ingin kembali ke jalan yang benar. Oh ya Mas vai. Saya sudah lama gak bisa masuk ke blog Mas Vai. Setiap dibuka dia berombak2 timbul tenggelam. Apakah hp saya yang bermasalah atau sinyal yang kurang cukup.

      Hapus
  12. Si istri besar banget hatinya ❤️. Kalo saya ga akan bisa trima, sampe video mesum dikirimkan 🤣🤣. Saluuut. Dan semogaaaaa itu suami beneran berubah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Mungkin si istri masih mikirkan anak yang masih butuh biaya. Sementara dia (istri) tidak berpenghasilan.

      Hapus