Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tak Mau Melihat Saya Muntah? Tolong Singkirkan Durian itu

 Uncategorized

“Tak mau melihat saya muntah? Tolong singkirkan durian itu”  Oceh suamiku, tegas.

Perintah itu bukan tanpa alasan. Selama bulan puasa dia sangat anti dengan buah durian. Jangankan makannya, aromanya saja dia tak suka. Katanya mencium bau durian kepalanya pusing, perutnya mual, seakan hendak muntah.

Fenomena Buah Durian

Saya tak habis pikir, kok tiba-tiba selera Kakek ganteng itu berubah. Padahal sebelum Ramadhan 1445 H ini, durian adalah buah yang paling dia sukai di antara makanan yang lain.  Begitu juga saya. Dua  biji ukuran sedang sanggup kami habiskan berdua.

Beberapa hari lalu saya beli dua biji sepuluh ribu. Dikasih tambahnya satu jadi tiga. Maklum, beli sama kenalan. Saya makan satu. Isinya lumayan bagus.  Suami saya menolak.

Ya sudah. Rencananya saya sendiri yang menyantapnya. Tapi beliau  tak ingin durian itu ada di rumah. Dalam gudang pun tak boleh. Dia taruh di belakang. Tapi masih dalam pekarangan kami.

Eh ..., Kamis kemarin dikasih lagi oleh 3 tetangga berbeda. Semuanya ada 6.  Numpuk di belakang rumah.

Makin- banyak jumlahnya kian parah mualnya si kakek. Dia mengulang ancaman sebelumnya, “Singkirkan durian itu kalau tak mau nengok saya muntah. Jangan sampai mual saya bersarang permanen dalam tubuh,”


Besoknya durian itu kami kasih ke keponakan  saya yang berdomisili di Kota Sungai Penuh. Lima belas kilometer dari kediaman kami. Saya mengusulkan, “Biar mudah dibawa, enaknya dikupas dulu.”

 “Ntar sampahnya dibuang ke mana, saya benar-benar tak kuat dengan baunya. Tukang sampah datangnya besok.”

Alhamdulillah, durian itu mendarat di alamat pukul 11.00 sebelum Jumaat kemarin. Kami angkut naik motor. Di sana dia tidak mau berlama-lama karena  durian itu masih tebar aroma. Begitu sampai, durian diserahkan langsung pulang. Syukur selama perjalanan tidak terjadi apa-apa. Mungkin karena baunya terbang ditiup angin.

Saya tak habis pikir. Mengapa hal ini terjadi. Dahulu parang sekarang besi. Dahulu sayang sekarang benci. Kayak orang ngidam. He he ....

Buah-buahan di Kerinci dan Sungai Penuh

Sebagai informasi tambahan, awal tahun 2024 ini Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh bermandikan buah. Di antaranya buah duku, durian, manggis, rambutan dan lain-lain. Termasuk alpokat. Tetapi didominasi oleh durian dan duku.

Sebagian besar (mungkin 98%) buah-buahan tersebut berasal dari  Kabupaten lain dalam provinsi Jambi. Seperti, Bangko, Bungo, Muaro Jambi, dan lainnya. Produk Kerinci juga ada. Tetapi tidak banyak. Spesialisnya alpokat.

Untuk diketahui, duku dari luar Kerinci tersebut kualitasnya belum tertandingi. Rasanya manis, daging buahnya mulus.

Saking banjirnya nilai jualnya turun dua kali lipat dari harga normal. Hingga masyarakat yang tidak punya pohonnya juga keciprat manisnya karena sangat terjangkau oleh kantong.

Musim buah sebelumnya, duku bermain di angka Rp 25-20 ribu per kilo. Kini 2 kilo 15-10. Durian, biasanya Rp 25 ribu per biji jadi tujuh ribu lima ratus.

Tahun ini sungguh luar biasa. Jadi ingat filosofi almarhumah Nenekku. “Jika buah-buahan melimpah ruah  menandakan pemimpin kita adil.”

Pituah itu boleh dipercaya boleh tidak. Allahualam bish shawab. Logikanya, proses berbunga  dan berbuah itu  dipengaruhi oleh banyak faktor.  Salah satunya faktor cuaca.

Demikian informasi ini disampaikan sekadar obrolan menunggu datangnya lebaran. Selamat menyambut Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin. 

 Baca juga:

 *****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi

Sumber Ilustrasi: Dolumentasi pribadi

10 komentar untuk "Tak Mau Melihat Saya Muntah? Tolong Singkirkan Durian itu "

  1. No conocía esa fruta. Te mando un beso.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Durian itu enak, harum, dan manis, temanku Alexander. Makanya durian dijuluki raja buah. Mau nyicip? Datang lah ke Indonesia. Terima kasih telah singgah. Salam hangat dari jauh.

      Hapus
  2. Selamat Hari Raya Idul Fitri buat Hj. Nursini Rais dan keluarga, juga buat semua pengunjung blog ini. Mohon maaf lahir dan batin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ucapan yang sama disampaikan kembali, Mas Tikno. Doa sehat dari jauh.

      Hapus
  3. Dulu saya sama durian juga begitu
    benci sekali
    eh giliran sekarang, suka banget. Dikasih berapa buah, mampu saya abiskan sendiran
    Iya buah mengalami penurunan harga, karena orang sibuk dengan persiapan lebaran, lebih focus ke snack atau biskuit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda memang dari kecil suka durian, ananda. Tak pernah bosan. Apalagi kalau dimakan bersama lemang atau nasi ketan. Ditaburi kelapa parut dikasih sedikit garam. Nymnyam....

      Hapus
  4. Bundaaaaaaa, ya allah murah bangetttttt 😍😍😍😍. Memang yaa buah2an kalo di kota lain selain jakarta kayaknya selalu lebih murah. Lagi musim durian pun, jakarta tetep aja mahal.

    Mungkin krn pohonnya memang ga ada di sini.

    Aneh juga si bapak kenapa jadi benci durian 😄. Saya kira awalnya memang ga suka. Iya yaaa jadi seperti ngidam😂. Kasih ke saya aja bundaaa hahahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asal ananda tahu, ya. Kalau durian dari Kerinci di bawa ke Jakarta tuh bukan matang asli. Pedagang beli durian muda, terus ditaruh dalam mobil box. Dikasih yang matang satu atau dua biji, supaya aromanya mewangi. Sampai di Jakarta, durian nya matang semua, tapi matangnya karena terpaksa. Kadang isinya kayak bubur, tidak manis! Beda dengan di sini, kebanyakan durian dijual yang rontok dari pohon. Ada juga yang ketipu, terbeli yang masak diperam.

      Aneh memang. Mungkin karena sudah bosan, atau berhubung beliau puasa! Terima kasih telah singgah, ananda, selamat Idulfitri. Maaf lahir dan batin.

      Hapus
  5. Rugilah kalau tak suka durian. Saya peminat durian juga. Musimnya tak sama ya, di sini belum musimnya lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya dia sangat senang makan durian, Temanku Faizal. Tak tahu tiba2 seleranya berubah. Mungkin karena pengaruh berpuasa, perutnya kosong.

      Hapus