Pamflet Larangan Buang Sampah “Cap Orang Kafir” di Kota Bengkulu
Sampah dan permasalahannya
Diakui atau tidak, kebiasaan membuang sampah sembarangan merupakan karakter sebagian oknum masyarakat Indonesia, baik di desa maupun di kota.
Beragam cara untuk mengatasinya. Di antaranya memasang pamflet persuasif di berbagai tempat, agar masyarakat membuang sampah pada tempatnya.
Subhanallah. Syukur-syukur tidak merelakan dirinya dikutuk Qur-an 30 juz. Ha ha ...
Selebaran pakai bahasa kasar pun berceceran di banyak lokasi tumpukan sampah. “Yang buang sampah di sini adalah keturunan an ***g. Namun kayaknya belum mujarab. Sampah-sampah masih bertebaran di area yang dimaksud.
Alergi dengan label “KAFIR”
Perboden begini bergelayutan di pohon-pohon pinggir jalan yang saya lewati. Meskipun belum menyeluruh.
Salah satu warga Kota Bengkulu mengatakan, narasi seperti ini terbilang manjur, mengalahi kalimat persuasif dan himbauan lain. Di sepanjang kawasan yang dimaksud, hampir tak terlihat selembar pun botol kemasan air meneral dan plastik lainnya berserakan. Kecuali dedaunan tua yang berguguran. Barangkali penduduk setempat alergi dengan label “kafir”. Allahu alam bish shawab.
Sampah di luar dan dalam negeri
Berbicara masalah sampah di Indonesia Raya ini memang tak pernah habisnya. Beda dengan negara maju, yang masyarakatnya telah teredukasi dan pemerintahnya tidak hanya pintar membuat aturan.
Di Inggris misalnya. Di sana saya tidak pernah menemui pamflet larangan membuang sampah sembarangan. Tetapi lingkungannya tetap bersih dan bebas sampah. Sebab, pemerintah setempat membuat peraturan didukung dengan sarana dan prasana yang lengkap.
Di depan rumah penduduk dan tempat-tempat umum tersedia tong sampah. Setiap hari petugas datang menjemput, terus diangkut ke pengolahan sampah.
Bandingkan dengan tanah air kita. Khususnya di pedesaan tempat saya berdomisili. Sepuluh ribu kali seruan dilancarkan, supaya masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi tempat buangnya tidak disiapkan, petugas angkutnya nol kosong. Kecuali di kota-kota.
Harus bagaimana lagi. Buang ke lahan kosong samping rumah, atau lempar ke sungai dan selokan adalah pilihan gratis dan paling nyaman.
Tak percaya? Saat musim kemarau, silakan lihat di dasar kali. Atau kalau kebetulan ada pengerokan selokan dan sungai. Sungguh mengerikan.
Petugas sampah dengan bayaran murah
Syukur, di tempat saya sekarang sudah ada petugas dengan bayaran yang relatif murah. Setiap pagi dia datang mengambil sampah-sampah rumah tangga. Kecuali hari Jumat. Karena di Desa kami, libur kerjanya setiap Jumat. Bukan hari Minggu berdasarkan kalender Nasional.
Penutup
Sejak kehadiran petugas sampah, warga desa kami sedikit lega. Lingkungn kami aman dari sampah yang bertebaran. Meskipun belum layak disebut bebas sampah 100%.
Sebab, dimana-mana ada saja oknum nakal. Mereka ogah menjadi member persampahan. Sebagiannya berdalih mereka punya lahan di belakang rumah buat membuang sampah. Yang lainnya menolak tanpa alasan.
Tak heran, di dalam sungai yang mengaliri desa, masih tampak sampah bergelimpangan. Tetapi jauh berkurang, dibandingkan zaman sebelum adanya petugas tersebut. Efeknya, saat musim hujan banjir tak pernah absen merendam pemukiman penduduk.
Baca juga:
- Wahai Anak yang di Rantau, Jangan Tiru Sikap Brigadir Joshua
- Ini bedanya Adat Pernikahan Bajapuik di Pariaman dan Nambah di Kerinci
- Rumah tanggaku Diganggu Si Tukang Drama
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Memang perlu sekali dilakukan revolusi mental di segala aspek, termasuk juga urusan buang sampah. Membuang sampah sembarangan memang terlihat mudah tetapi akan memiliki dampak yang luar biasa. Semoga Indonesia segera bisa menyusul negara maju lainnya.
BalasHapusAmin, Mas Adi. Mungkin butuh beberapa generasi baru kita bisa mengikuti negara maju tentang teknik pengelolaan sampah. terima kasih telah singgah. Salam sehat selalu.
HapusPendekatanya ke hal yang sedikit agamis ya Bu, biar manjur. Memang kalau buang sampah itu harus sama-sama kita awai biar lingkungan bersih. Tapi memang, masyarakat kita ini kesadarannya sangat rendah.
BalasHapusRendahnya kesadaran masyarakat, karena tidak didukung oleh sarana dan prasana yang lengkap, ya, ananda Supriadi. Terima kasih telah mampir. Salam sehat selalu ya.
HapusDi jalan kecil dekat tempat kerja saya ada yang pasang spanduk, yang buat sampah di sini hantu. Udah gitu disampingnya ada gambar hantu yg cukup ngeri. Masalahnya kalo malam lewat jalan tersebut jadi takut sendiri melihat gambar tersebut.
BalasHapusHaha .... Karena takut, minimal jumlah sampahnya bisa berkurang. Sebab biasanya, oknum pembuang sampah itu beroperasi pada malam hari. Kalau siang banyak yang melihat. Mungkin juga ada negor. Terima kasih telah mampir, ananda Annisa.
Hapusklo di tempat saya bukan lagi kafir bu nur malah dikasih CCTV ditulisi klo ketauan bakal dikirim ke Rumah Dakit JIwa
BalasHapusmemang kadang itu sudah capai dan empet sama yang buang sampah sembarangan makanya ada tulisan seperti itu
budaya membuang sampah di negara kita memang perlu banyak yang diperbaiki
Upaya yang bagus tuh, Mas Ikrom. Apa jadinya jika kedapatan busng sampah sembarangan dikirim ke rumah sakit jiwa. Ha ha ..... Terima kasih telah mampir, Selamat malam.
HapusAku pernah bipang ke anak2, kalo petugas sampah yg kerjanya mengangkut sampah2 kita, itu orang yg paliiing berjasa. Jangan pernah tutup hidung saat dia sedang melewati rumah atau lingkungan kita. Tanpa dia, udh pasti kotor dan bau banget gara2 sampah 😔. Makanya aku paling kuatir kalo udh Deket lebaran, Krn si petugas juga libur Bun 🤣. Kalo kelamaan, udh pasti numpuk sampah di rumah. Makanya pas si Abang sampah DTG, aku kdg suka kasih minum, atau pas Deket lebaran kasih hampers dan thr biar dia semangat kerjanya. Pusing kalo ga ada si Abang sampah 😅🤭
BalasHapusSetuju, ananda Fanny. Faktanya memang begitu. Kehadiran seseorang itu pasti membawa manfaat bagi yang lainnya. Sejelek apapun dan semiskin apapun dia. Bunda juga begitu, ananda. Tiap bulan kami kasih bonus 3 x lipat. Sebab iyuran dari masyarakat kecil bsnget. Cuman 5 ribu perbulan. Apalah arti uang segitu. Meskipun dia digaji dari pemerintah desa.
HapusDi tempat saya, petugas ambil sampah cuman 2 kali seminggu Bu, untungnya saya sering milah sampah, yang sampah kayak potongan sayur dll, saya taruh di halaman, ditutup daun-daun, jadi kompos.
BalasHapusKurang masalah sisa makanan nih, pengennya gali lubang kayak biopori gitu biar sisa makanan di buang ke lubang, jadi sampah makin sedikit :)
Masyaallah, sibuk nulis dan ngasuh anak, masih sempat bikin kompos. Ibu yang luar biasa. Sebaiknya memang begitu ya, ananda Rey. Doa sehat untuk cucu2 di sana ya.
Hapus