Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rumah Makan tiada Nasi dan Makanan Halal Di Birmingham Inggris

 Catatan Perjalanan ke Inggris (14)

 

Salah satu deretan restoran milik Orang Arab di Birmingham. (Foto Istimewa).

Puas berkeliling  di tengah kota (City Centre), Birmingham Inggris, jam menunjukkan pukul 12.10 waktu setempat. Dua cucu mulai merengek minta makan. Perut neneknya ini juga ngoak-ngoek menagih jatah.

Sang komandan (anak dan menantuku) menggiring kami ke Big Jhon. Salah satu restauran cepat saji sederhana  milik orang Pakistan yang menyediakan makanan halal. 

Dalam perjalanan menuju Big Jhon, di benak saya melintas bongkahan rendang padang, kalio daging, dan sambal lainnya terhidang di meja. Saya bernawaitu mau makan yang banyak dan enak.

Wajar. Sudah 5 jam lebih meninggalkan rumah. Paginya hanya sarapan segelas susu segar dan dua potong roti. Sementara energi terkuras berjalan kaki dengan langkah yang cepat.

Rumah Makan tanpa Nasi

Beberapa menit menunggu orderan, 5 porsi (kotak) chicken and chip mendarat di meja. Menu per paketnya, 1 kotak stik kentang + sepotong ayam, plus segelas air mineral.

Harapan saya buyar. Tidak ada nasi putih dan rendangnya. Saya bergumam. “Aneh. Katanya rumah makan. Tapi tidak ada nasinya.” Karena lapar, akhirnya saya tak kalah seru dengan dua cucu yang senior di bidang ini.

Sebenarnya tersedia juga paket nasi bryani, peri-peri, yang menurut saya bukan nasi benaran, karena sudah bercampur  dengan bumbu-bumbuan.

Maklum selera nenek-nenek kampung. Belum makan namanya sebelum menyantap nasi putih pakai sambal. He he ....

Tak heran, mahasiswa Indonesia yang “nasi banget” di-bully teman-teman bulenya. “Kamu Indonesia tuh, pagi makan nasi, siang makan nasi, malam makan nasi. Apa tak bosan.” Bagi mereka nasi hanya sebagai makanan selingan, seumpama camilan.

Makanya, di sana jangan harap toko elektronik menjual megig com untuk memasak sekaligus memanaskan nasi. Yang ada cuman periuk listrik khusus untuk menanak saja. Setelah nasinya matang, colokannya dicabut. 

Makanan Halal

    Apa pun kebutuhan orang Indonesia, dapat diperoleh di Inggris. Mulai daging, ikan, sayuran, sampai ke rempah-rempah dan bumbu-bumbuan. Hanya perlu kehati-hatian dalam memilih halal tidaknya makanan yang akan dibeli. Khususnya jenis daging.

Sebab, halal haramnya daging, tentu tidak semata ditentukan oleh hewannya. Tapi, tak kalah penting adalah ditilik dari cara penyemblihannya. Apakah sudah sesuai dengan tuntunan Islam apa belum. Tergantung kejelian konsumen membaca label.

Sebab di minimarket, barang-barang tersebut dipajang  satu kelompok dengan daging lain yang belum jelas kehalalannya. Sama-sama daging sapi, hanya deretannya yang berbeda.

Salah satu toko daging di Indoor Market City Centre Birmingham (Foto Istimewa)

Kecuali belanja khusus pada penjual daging halal di butcher-butcher Muslim di Indoor market City Centre.

Mencari makanan halal cepat saji pun sangat mudah. Lihat saja di samping merek-merek restoran! Tertera jelas merek halal dengan tulisan Arab. Persis kayak label halal di Indonesia.

Sebagai informasi tambahan, Islam adalah agama non Kristen terbesar di Inggris. Hasil sensus penduduk tahun 2011 mencatat, sebanyak 21,8%  penduduk Birmingham beragama Islam. Jauh di atas rata-rata Muslim Inggris dan Wales hanya 4,8%. (republika.co.id. 16/2/2018).

Belanja Aman   

Untuk keperluan dapur,  berbelanja pada toko Al Halal di Coventry Road adalah pilihan yang paling aman. Penjual dan para pelayan tokonya orang Arab berjubah Muslim. Pelanggannya pun kebanyakan berbusana Muslim/Muslimah.

Lagu-lagu padang pasir hingar bingar memadati ruangan toko. Sesekali telinga pengunjung disepuh dengan alunan ayat suci Alquran.

Di lain kali menggelegar pula ceramah agama dalam bahasa Arab.  Kondisi tersebut mengingatkan saya pada toko Arab Saudi Mekah. Bedanya, ceramah yang diputar di toko-toko sekitar Masjid Haram  umumnya berbahasa Indonesia.

Demikian pengalaman makan siang di Restoran tanpa nasi dan belanja makanan halal di Birmingham Inggris.   Sebagai catatan, ulasan ini ditulis berdasarkan apa yang saya ketahui pada pertengahan 2015. Mungkin saja sekarang kondisinya sudah berubah. Semoga bermanfaat.

Baca juga:   

****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

14 komentar untuk "Rumah Makan tiada Nasi dan Makanan Halal Di Birmingham Inggris"

  1. Salah satu kendala traveling ke luar negeri yang masalah makanan halalnya sih.
    Jangankan di luar negeri, di Pulau Samosir aja lumayan sulit nyari rumah makan muslim.

    BalasHapus
  2. Betul, ananda Rudi. Wah ...Baru tahu kalau di Samosir juga susah mencari makanan halal. Terima kasih info tambahannya. Terima kasih juga telah berkenan singgah.

    BalasHapus
  3. kok nita malah trbayang nasi biryani yang ga begitu nasi karena uda tercampur aneka bumbu bumbuan rempah ya bunda xixi..tapi nita suka nasi biryani sebab bulirnya panjang dan agak pera

    tapi kalau ngomongin masakan padang, nita juga ga pernah ga nolak...cuma sukanya bagian paru goreng atau dendeng..tapi lihat bunda bilang di awal ada kalio daging...nita jadi kebayang hehehe...

    jadi tahu nih bunda...nama resto halal di negeri queen elizabeth diantaranya big jhon

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk ke Jambi sini. Say. Bunda bikin masakan Minang. Ada kalio daging, ada rendang, ada dendeng batokok, ada talua barendo. He he ....

      Ya, big jhon termasuk restoran sederhana. Murah meriah.

      Tetapi nasi bryani porsi jumbo. Dimakan bersama dalam satu nampan, bisa kenyang untuk 4 orang. Belinya di resto orang Arab. Kira-kira dirupiahkan 350 rb.
      Terima kasih telah hadir. Selamat sore.

      Hapus
  4. Jadi benar kata pepatah lain lubuk lain belalang hehehe . , kalau di Indo nasi jadi bahannutaman, kalau di Eropa kebalikannya, jadi camilan.
    Aku sih bisa ngga makan nasi, tapiii . camilannya kudu banyak, wwwkkk ..
    Sami mawon nggih 😆

    BalasHapus
  5. Saya "nasi banget". Seberapa banyak camilan, perut terap minta jatah nasi. Namanya nenek-nenek kampung. He he .... Terima kasih telah singgah, ananda Himawan. Salam hangat dari jauh.

    BalasHapus
  6. Buat saya nasi rendang itu punya kenangan tersendiri, dulu alm. Bapak kerja di Padang dan setiap pulang ke rumah pasti oleh-olehnya rendang. Saya suka sekali bu haji.

    Dan entah kenapa rasa rendang yang saya temui disani tidak pernah sama dengan rasa rendang yang dibawa Bapak :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk ke Kerinci! Biar kita bikin rendang padang yang uenak ... He he. ...

      "... entah kenapa rasa rendang yang saya temui disani tidak pernah sama dengan rasa rendang yang dibawa Bapak :')" >>> yang pasti kenangan bersama bapak tak terkalahkan oleh rendang manapun. Selamat malam ananda Pipit. Terima kasih telah berkenan hadir.

      Hapus
  7. Bisa banget jadi referensi yang mau travelling keluar negri. Salam hangat selalu bu haji.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa banget, Mbak Grilee. Yuk kita nabung biar bisa ke sana.Hehe...Terim kasih apresiasinya. Selamat malam. Maaf telat merespon. Doa sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus
  8. kalau pakai nasi, mungkin yang lokal nggak mau beli....hehehe...
    enak, di Inggris sudah banyak yang muslim....

    Nice story....informatif.... thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Mas. Tanza. Pedagang itu menjual barang yang dibutuhkan konsumen.

      Dari seluruh Inggris, di Birmingham paling banyak Muslimnya. Selamat malam. Terimakasih telah singgah.

      Hapus
  9. hehehe iya ya orang Indo belum makan kalau belum kemasukan sama nasi
    Di kalangan temen temenku, aku sendiri terkenal belum makan kalau belum kemasukan nasi hahaha
    kayak makan bakso misalnya, itu aku anggep bukan makan

    BalasHapus
  10. Yang paling tak bisa tanpa nasi itu nenek-nenek seusia saya, Mbak Ainun. Kalau anak muda masih bisa menyesuaikan. Terima kasih telah hadir. Salam sehat untuk keluarga di rumah.

    BalasHapus