Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Begini Pelayanan di Rumah Sakit Inggris yang Perlu Anda Tahu

Catatan Perjalanan ke Inggris 

Ilustrasi pelayanan di Rumah Sakit Inggris (Foto: diambil dari www.suara.com)

Selama berkunjung di Birmingham, Inggris, saya selalu berdoa agar tetap sehat dan baik-baik saja. Maklum, di samping umur sudah unzur, faktor makanan dan suhu dingin ada kalanya membuat tubuh tidak tahan terhadap perubahan.

Alhamdulillah, di sana saya malah bertambah sehat. Makan enak, tidur nyenyak. Hanya 2 hari mengalami jetlag, seminggu ujung jari tangan dan lidah pecah-pecah. Inilah Rahmat Allah Yang Maha Agung, dan wajib saya syukuri. 

Andai terjadi hal tak diinginkan, sampai dirawat di Rumah Sakit, apa jadinya. Jauh dari kampung halaman, tanpa didampingi anak dan suami, waduh …! Mengerikan sekali.

Petugas kesehatan Arab Saudi mengunjungi Jamaah Haji Indonesia 2009 (Foto NURSINI RAIS)

Mau tahu bagaimana pelayanan Rumah Sakit di Inggris? Berikut disajikan secuil pengalaman saya, dua kali ikut Arie menantuku berurusan dengan Rumah Sakit di Birmingham. Ditambah informasi dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana.

Pasien tak Boleh Ditemani

Di Birmingham, pasien rawat inap tak boleh ditemani. Baik siang maupun malam. Tapi pihak rumah sakit memberikan pelayanan maksimal. Gratis pula.

Tak tahu apakah gratisan ini berlaku bagi turis manca negara atau tidak. Yang pasti, mahasiswa asing dan keluarganya berobat tidak dipungut bayaran, kecuali pemeriksaan mata, perawatan gigi, resep dan perawatan pribadi. 

Otoritas Sama Pendapat Berbeda

Cucuku Raehan ada kelainan pada bagian reproduksi prianya. Sayang saya lupa nama penyakitnya apa.

Pihak rumah sakit menyarankan agar dioperasi sesegera mungkin. Menurut dokter di sana, seyogyanya tindakan pembedahan dilakukan ketika anak berusia 2 tahun. Makin kecil malah lebih bagus. Saat itu Raehan sudah 5 tahun.

Ini dilema bagi ayah bundanya. Dulu, dokter Indonesia menyarankan agar operasi dilaksanakan setelah dia usia Sekolah Dasar. Rupanya, pendapat dua komunitas dengan otoritas yang sama itu bisa saja berbeda tajam. 

Operasi Gratis tanpa Biaya Tambahan

Setelah melalui tahap-tahap pemeriksaan, Raehan segera dioperasi. Usai operasi, hari itu juga dia dibolehkan pulang. Seratus persen gratis. Pelayanannya bagus dan tidak bertele-tele.

Pelayanan Satu Tangan

Lain cerita Raehan beda pula kisah adiknya Razita (3 th). Tubuhnya ditumbuhi bintik-bintik merah. Bu Guru di sekolah menduga dia terjangkit Cickenpox (sejenis penyakit menular terinfeksi virus, yang ditandai dengan kulit ruam melepuh, dan gatal)

Ayah bundanya membawa dia ke General Practice Walk-In Centre (Setingkat Puskesmas, Red). Tujuannya untuk melakukan cek darah, apakah dia positif Cickenpox atau tidak.

Saya ikut mendampingi. Kami sampai di sana kira-kira pukul 17.00. Tetapi belum terlalu sore. Karena saat itu waktu siang lebih panjang daripada malam. Begitu didaftarkan, pasien ditangani langsung oleh seorang dokter. Hasilnya negatif.

Ketika itu juga dokter bersangkutan mengetik surat keterangan hasil pemeriksaannya. Dia pula yang menandatangani, dan mengantarkannya ke ruang TU untuk distempel. Terakhir  memeberikan resep.

Luar biasa. Mulai masuk sampai mengambil obat di apotik, prosesnya kelar dalam waktu kurang dari satu jam. Tiada mengeluarkan biaya satu sen pun.

Masuk dan Keluar Rumah Sakit tanpa Banyak Prosedur

Anisa mahasiswi asal Indonesia menderita sakit akibat kelelahan. Sambil terbaring di tempat tidur, dia menghubungi salah satu rumah sakit terdekat via handphone. Konsultasi pasien dan dokter itu berlangsung kira-kira setengah jam.

Dokter menyarankan agar  dia ke General Practice Walk-In Centre. Dari sana dirujuk ke Queen Elizabeth Hospital. Akhirnya gadis cantik itu harus diopname.

Sehari kemudian pasien dinyatakan sembuh. Sorenya, saya dan Arie meluncur ke rumah sakit untuk menjemput.  Tak lama kami sampai di kamarnya, dia nelpon petugas minta pamit.

Lima menit kemudian seorang perawat masuk, terus menanggalkan alat-alat yang masih menancap di tubuh Anisa. Terakhir dia membekali pasien dengan nasehat dan obat secukupnya. Tanpa urusan administrasi, bebas biaya,  gadis semampai itu dibolehkan pulang.

Saya terpana. Padahal, kamar yang ditempati terbilang mewah, Fasilitasnya lengkap. Satu ruangan untuk satu pasien. Ada ruang tamu, kamar tidur, dan kamar mandi. Kebersihan dan keamanan terjamin.

Sampai di luar kamar, Arie menanyakan kepada bagian informasi di mana tempat menunggu taksi.

Wanita tengah baya itu langsung nelepon supir taksi. Bukan main. Sudah gratis, pelayanannya bagus, urusan taksi di luar tanggung jawabnya pun dia bantu. 

Bagaimanapun Indonesia Tetap Nomor Satu

Di balik kekaguman saya terhadap pelayanan di Queen Elizabeth Hospital tersebut, ada yang membuat hati saya sedih. Pertama masuk kamar, saya hampir menangis menyaksikan pasien tergolek sendirian tanpa didampingi sanak keluarga. 

 Kondisi Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi selama pandemi. (Sumber foto: Diambil dari Tik Tok Dona)

Saat sedang sakit, kehadiran orang terdekat sangat dirindukan. Di daerah saya, jika ada anggota keluarga diopname, pendampingnya lebih dari satu orang. Bantal dan selimut ikut diboyong.

Apalagi si sakit punya sanak saudara yang banyak, alias keluarga besar. Di sinilah indahnya pergaulan dan kekeluargaan. Saling menjenguk ketika sakit, saling mengunjungi dikala sehat. Bagi saya, sehebat apapun negeri orang, Indonesia tetap nomor satu.

Tenaga Kesehatan  Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi, menjalankan tugas di musim pendemi  (Sumber foto: Diambil dari Tik Tok Dona)

Namun di era pandemi saat ini situasi rumah sakit di negeri ini telah berbeda. Jangankan didampingi, dibesuk saja pasien tidak boleh. Malahan Rumah sakit sepi bak gedung hampa aktivitas.

Demikian pelayanan di Rumah Sakit Inggris, khususnya di Queen Elizabeth Hospital Birmingham. Bandingkan dengan Rumah Sakit di Indonesia zaman dahulu dan kini. 

Terakhir mohon maaf, sekiranya kini kondisinya telah berubah. Sebab artikel ini ditulis berdasarkan  pengalaman saya saat berkunjung di sana pada pertengahan tahun 2015. Semoga bermanfaat. 

 Baca juga:

****

Penulis, 

Hj. Nursini Rais

Kerinci, Jambi

 

17 komentar untuk "Begini Pelayanan di Rumah Sakit Inggris yang Perlu Anda Tahu"

  1. Bagus sekali pelayanan di rumah sakit Inggeris ya Ibu Nur. Tapi memang benarlah, hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baiklah di negeri sendiri. Apa pun kedua-duanya, luar negara atau dalam negara ada kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    BalasHapus
  2. Apa pun kedua-duanya, luar negara atau dalam negara ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. >>>> Setuju, ananda Amie. terima kasih telah hadir. selamat malam dari negeri seberang.

    BalasHapus
  3. menurut saya keberadaan keluarga di samping orang sakit sangat penting ya mba, ya setidaknya sebagai dorongan psikologis agar pasien mempunyai semangat untuk sembuh, tapi menarik nih informasinya, bisa di jadikan bahan pembelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas Kuanyu. Keberadaan keluarga bisa juga dijadikan penawar dikala kita sedang sakit. Terima kasih tanggapannya. Salam sehat selalu.

      Hapus
    2. sama-sama mba Nur, salam sehat selalu juga

      Hapus
  4. Semoga indonesia dpt belajar dr rumah sakit di inggris,, walauoun kayaknya gak mungkin hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda Norfahrul. 10 generasi pun belum tentu sanggup kita menyamai mereka. Kalau ilmunya mungkin bisa bersaing. Tetapi masalah mental pemegang tanggung jawab ini yang susah diubah. Selamat malam. Terima kasih atensinya.

      Hapus
  5. Diantara negara Industri, memang Inggris yang pelayanan rumah sakitnya TERBAIK....

    Thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih informasi tambahannya, Mas Tanza. Salam Literasi.

      Hapus
  6. Betul, Bu. Rata2 RS di luar negeri gratis, untuk melahirkan sampai imunisasi bayi lengkap pun gak kena biaya. Tapi ya gitu, sendirian aja. Ada teman saya yang tinggal di Amerika, dia bilang bukan cuma sendirian, tapi koridor RS pun gelap.. mereka sangat hemat energi.. Jadi kalo yang penakut bisa deg-degan juga ya.. Dan pelayanannya juga cepat, ibaratnya kalo ada pasien gawat darurat ya buru2 ditangani, gak pake nunggu keluarga pasien bayar dulu.. Hehhehe..

    Sebelum pandemi, anaknya mantan bos saya tiba2 kolaps, dibawa ke RS. Ada sel kanker di kepalanya, syukur blm parah. Dia ini tinggal di Belanda karena ambil studi di sana, istrinya baru aja melahirkan. Jadi mereka hanya bertiga di Belanda. Tapi penangannya bagus banget bu, Alhamdulillah kondisinya sudah pulih, bos saya bilang 'entah kalau di Indonesia' hehehe

    BalasHapus
  7. Informasi tambahan yang singkat, padat, dan sangat bermanfaat. Dua bulan lalu tetangga kami dilarikan ke rumah sakit umum dengan harapan mendapat perawatan atas penyakitnya. Tapi sampai di rumah sakit dokter jaga tak ada. yang ada cuman perawat. Lama pasien dibiarkan. Perawatnya sibuk main HP. Dipanggil dia marah. Akhirnya ibu 38 tahun itu meninggal. Duh ..., jadi penyesalan oleh Emaknya. Terima kasih ananda Naia. Selamat istirahat.

    BalasHapus
  8. Rumah sakit di Inggris bagus sekali ya pelayanan kesehatan nya, mana gratis lagi. Dokter dan perawat bekerja dengan cepat dan baik. Mungkin pelayanan kesehatan bagus karena pajaknya tinggi. Aku pernah baca di koran bahwa pajak penghasilan seorang pesepakbola itu 25%, artinya jika ia dibayar 1 juta maka pajaknya 250 ribu, pesepakbola nya dapat 750 ribu.

    Soal kesehatan di Indonesia, sebenarnya tidak terlalu buruk sih. Kemarin ibuku dibawa ke rumah sakit daerah karena kondisinya ngedrop, masuk UGD dan langsung ditangani oleh dokter padahal jam 4 pagi, di cek semuanya, tekanan darah, cek darah, detak jantung dan dikasih infus. Dokter juga agak ramah biarpun memang sedikit tegas.

    Sudah deg-degan sepertinya biayanya bakal mahal. Eh ternyata setelah pakai BPJS semuanya gratis bahkan tanpa perlu pakai fotokopi KK dan KTP yang penting BPJS aktif, mungkin karena kondisi gawat darurat kali.

    Coba kalo biaya mobilnya dibayar rumah sakit, lebih top lagi.😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukur, Mas Agus. Kalau begitu. Kayaknya tergantung rumah sakitnya. Beberapa bulan lalu tetangga saya mulis berat. Dibawa ke rumah sakit. Dokter jaganya tak ada. Perawatnya cuek. Sibuk main hp. Dipanggil dia marah. Akhirnya ibu muda 3 anak itu meninggal, Jadi penyesalan oleh emaknya. Saya yakin, tidak semua RS seperti itu. Tapi di mata keluarga pasien image RS dan petugas kesehatannya, kematian anaknya disebabkan kelalaian pihak Rumah Sakit. Apalah daya mereka orang desa yang tak berdaya.

      Hapus
  9. sepertinya serba praktis dan cukup by phone, tidak perlu bersusah payah kalau di sana. dan pelayanan juga bagus.
    tapi kenapa pas baru pulang baru dilepas peralatgan yg menempel di badan?
    apakah sakit kelelahan juga monitoringnya ketat?
    karena biasa kalau di indonesia, asal boleh pulang Infus sudah dilepas duluan, ngurus admin baru pulang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ... kenapa pas baru pulang baru dilepas peralatgan yg menempel di badan? >>> Gak tahu alsannya apa, Mbak kotanopan. Uniknya, begitu keluar kamar perawatan, pasien tersebut langsung pulang. Tiada urusan administrasi apapun. Mungkin sebelum dia dinyatakan sembuh, administrasinya sudah dituntaskan duluan. Wallahualam bish shawab. Terima kasih telah berkenan singgah, selamat istirahat.

      Hapus
  10. Salut dan kagum dengan fasilitas dan pelayanan rumah sakit Queen Elizabeth di Birmingham Inggris yang tidak mengenakan biaya sama sekali terhadap pasien alias gratis. Mungkin karena Inggris adalah negara kaya dan maju.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kaya dan maju, disertai dengan kualitas sumber daya manusianya, ananda Justcherry. Terima kasih telah hadir. Selamat idul Fitri. Maaf lahir dan batin. Maaf juga telat merespon.

      Hapus