Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

6 Alasan Korban KDRT Memaafkan Suaminya

Ilustrasi 6 Alasan Korban KDRT Memaafkan Suaminya (Sumber: Tangkapan layar @pebria_nirmala91)

Belum sebulan Lesti Kejora  melaporkan suaminya ke Polres Metro Jakarta Selatan,  atas dugaan tindakan KDRT. Eh ..., usai sang suami jadi tersangka dan ditahan, Pedangndut itu mencabut laporannya. Alasannya mereka telah  saling memaafkan. 

Begitu rapuhnya seorang Lesti.  Mampu memaafkan suami yang telah memperlakukannya  seperti  lawan berkelahi yang patut dihabisi seketika.  

Dari awal saya menduga, bahwa  konflik mereka  akan bermuara ke perdamaian. Begitulah kehidupan. Espektasi seseorang pernikahannya akan berjalan mulus penuh kebahgiaan, ternyata harus  berurai air mata. Kondisi tersebut  merupakan sunatullah yang tak bisa dibantah. 

Makanya, sedapat mungkin pertengkaran suami istri tak boleh menjadi konsumsi publik. Kalau masih sayang kenapa harus lapor polisi (maaf, saya bukan melegalkan KDRT). 

Bukankah kedua pihak masih punya orang tua supaya diadakan upaya mediasi.  Atau kunyah sendiri sampai titik darah penghabisan.

Berangkat dari kasus Lesti dan Billar ini, saya mencoba beropini, mengapa seorang wanita pilih  memaafkan suaminya, meskipun dirinya telah menjadi korban KDRT.

1. Masih cinta. 

Masih cinta pada suami itu pasti Iya. Terlebih pernikahan baru seumur jagung. Aroma pengantinnya masih mewangi.  Maaf, bukan berarti kami-kami  lansia ini tidak mencintai pasangan. Tapi lebih banyak rasa kasian ketimbang cinta. walaupun makin tua makin nyinyir. He he ....

Lagi pula tidak semua orang  mudah menghapuskan cintanya  pada teman hidup yang pernah dia sayanginya. Tempat jatuh saja sulit dilupakan, apalagi tempat hati pernah singgah. 

Sebanyak-banyaknya rasa benci,  secumput cinta  masih tersisa. Sekejam-kejamnya suami, istri masih ingat juga pada kebaikannya.

2. Karena anak

Memaafkan suami  tersebab sayang anak adalah pertimbangan klasik. Terutama jika anak yang  masih kecil dan jumlahnya lebih dari satu. Lesti Kejora pun punya alasan ini,  “Demi anak saya. Bagaimanapun suami saya adalah ayah anak saya ...,” katanya.

Terlepas dari alasan mengalami KDRT, saya pribadi, tak mampu membayangkan anak-anak saya yatim sebelum bapaknya  mati. Sementara teman-temannya bermanja mesra dengan papahnya anak saya gigit jari. Lain masalah jika dia yatim benaran.  

Belum lagi andaikan kedua orang tuanya telah sama-sama punya pasangan baru.  Terasa asing tatkala serumah bersama ayahnya, rasa orang lain ketika membaur dengan keluarga Emaknya yang notabene telah punya anak dengan suami barunya. 

3. Alasan ekonomi

Point ini biasanya membelit ke kopi  istri yang tidak berpenghasilan sendiri. Biaya hidupnya seratus persen  tergantung ke suami.  

Andaikan terjadi perceraian,  mereka dan anak-anaknya  makan apa. Lain masalah jika belum punya anak.  Minimal nebeng pada orang tua.  

4. Malu dengan status janda

Di negeri tercinta ini, wanita berstatus janda sering dikaitkan dengan stigma negatif.  Baik janda tersebab perceraian, maupun ditinggal mati oleh suaminya. 

Apabila kata “janda” terucap oleh pria, mereka membuli. Seolah-olah tidak menunjukkan simpati. Sedangkan di mata para istri, janda diposisikan sebagai  golongan yang dicemburui, karena takut suaminya digoda.

Wajar seorang perempuan berpikir 1000 kali  sebelum memutuskan hidup menjanda. Terutama jika dirinya masih muda.

Padahal, cuman segelintir janda yang suka mengganggu laki orang. Tidak sedikit pula wanita bersuami yang nakal, jadi pelakor.  Berani berbagi cinta dengan lelaki lain. 

5. Berharap suami akan berubah

Berharap suami bisa merubah adalah segunung harapan bagi istri korban KDRT. Hal ini pula yang dijadikannya  salah satu pertimbangan untuk mempertahankan pernikahannya. 

6. Takut kesepian  

Takut kesepian setelah diceraika suami  adalah manusiawi. Untuk bagiaan ini saya tidak menarasikannya panjang lebar. Ntar salah ulas karena saya bukan ahlinya. Sebab masalah kesepian ini erat kaitannya dengan psikologis.  

Penutup

Apapun alasan istri memaaf suami yang telah melakukan KDRT, semuanya terpulang pada yang bersangkutan. Toh yang menjalaninya dirinya sendiri. 

Terkait butir ke 5, berharap suami akan berubah, sepanjang pengetahuan saya, sikap suami yang punya hobi memukul istri, susah untuk  berubah. Kecuali apabila suaminya telah mati. 

Demikian opini ini ditulis sekadar  menumpahkan uneg-uneg . Semoga bermanfaat.

Baca juga:  

*****

Penulis,

Hj. NURSINI RAIS

Di Kerinci, Jambi

10 komentar untuk "6 Alasan Korban KDRT Memaafkan Suaminya "

  1. klo udah keterlaluan sebaiknya memang ditinggalkan
    tapi yang sering itu alasan anak kasian klo sampai cerai
    makanya mereka tetap bertahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, Mas Ikram. Ngapain mikirin anak emaknya rela digebukin sampai bonyok. Kalau emak mati anaknya malah lebih sengsara. Ha ha ....

      Hapus
  2. Ada juga baca kisah dia ni. Popular sampai ke Malaysia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sekarang informasi menyebar dengan cepat ya, ananda Salbiah.

      Hapus
  3. Banyak alasan mengapa orang memaafkan pelaku KDRT ya Bu, dan seharusnya hal-hal begini menjadi perhatian penting bagi lembaga yang menangani KDRT, untuk mengantisipasi korban KDRT mengalami hal yang sama kembali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Antisipasinya dari pribadi sendiri Ya ananda Rey. Tiada maaf untuk suami pelaku kdrt. Bubar aja. Biasanya karakter lelaki cepat main tangan itu susah diubah. Perempuan tetap dirugikan. Sudah damai, ke depannya tetulang lagi. Ngasih tahu sanak keluarga malu. Endingnya tanggung sendiri. selamat pagi ananda.

      Hapus
  4. p/s ibu apa khabar? sihat ke tu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, sehat, ananda Say. Maaf ya telat merespon. Tadinya blog nenek ini bermasalah.

      Hapus
  5. Memang benar sekali, ke-6 hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Tapi kalau tetap dipertahankan juga cuma bisa berharap pasangangannya berubah aja sih,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berharap boleh2 saja ya, Mas Auqri. Soal kenyataan kedepannya urusan belakangan. He he . terima kasih telah singgah. Selamat pagi. Doa sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus