Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyapa Alam: Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan

Belukar  di pinggir jalan merupakan rumah bagi  bunga-bunga liar. Di sanalah sang bunga tumbuh, berkembang, dan tak akan musnah, kecuali dirusak oleh tangan-tangan jahil. 

Tidak hanya di pinggir jalan, sang bunga menyebar  di banyak tempat. Intinya, di mana ada semak belukar di sana ada bunga liar yang bermekaran menanti untuk  disapa.  

Untuk menikmati pesonanya kalian tak perlu membuat  jadwal dan list khusus.  No  tiket,  tak pakai duit. Cukup melihatnya sambil menapaki jalan menuju rute yang akan anda tuju.  Mau jalan kaki, pakai motor, atau naik kendaraan roda 4 silakan atur sendiri.  

Enaknya, rata-rata  bunga liar tersebut  bisa dimanfaatkan untuk obat-obatan tradisional buat  menyembuhkan berbagai penyakit. 

Pada kesempatan ini saya mengajak kalian menikmati pesona  10 bunga  liar yang banyak ditemui di semak-semak  pedesaan Kabupaten Kerinci,  khususnya di pinggir jalan raya sisi timur Danau Kerinci.  

Kecubung

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Kecubung (Datura metel) termasuk tumbuhan liar yang biasa hidup  di sembarangan tempat. Di belakang rumah,  semak-semak, sampai di pinggir-pinggir jalan.  Di  wilayah Danau Kerinci,  bunga  kecubung  ditemui  dalam  2 warna. Putih dan oren.  

Karena bunganya  mirip senter, anak-anak membahasakannya  bunga senter.  Ada juga yang  menyebutnya bunga  terompet.  Apapun namanya  yang jelas, bunga kecubung itu  cantik menawan dan menggemaskan. 

Semua bagian tanaman kecubung  dipercaya mengandung racun. Tak heran, nenek-nenek dan Emak-emak  kampung membatasi anak-anaknya main bunga kecubung.  

Kabar baiknya, kecubung  tergolong tanaman obat-obatan.  Salah satunya untuk menyembuhkan penyakit diare pada anak-anak. 

Pagoda

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
“Bai Jek Hong  atau He Bao Hua.”  Begitu nama disematkan orang Tionghoa untuk bunga pagoda. Di Bali dia desebut  tumbuk raja,  di Jawa srigunggu. 

Yang paling ekstrim di kampung saya. Warga setempat membahasakannya bunga orang mati.  Sebab, bunga itu  tumbuh liar di area pemakaman.  Hal ini membuatnya tak  pernah dilirik oleh pencinta tanaman hias.

Itu dahulu. Kini zaman telah berubah. Spesies Clerodendrum paniculatum   ini telah mendapat tempat di hati masyarakat. Baik sebagai tanaman hias, maupun untuk obat-batan.  

Tumbuhan pagoda minim cabang.  Bunganya kecil-kecil tersusun rapi pada tandannya, dengan struktur mengerucut ke atas seperti pagoda. Sungguh elok untuk di lihat, bak lukisan alam yang tak tertandingi. 

Sependek pengetahuan saya,  bunga pagoda ada 2 warna,  putih dan merah menyala.  Dua-duanya anggun rupawan. 

Matahari liar

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Sesuai namanya, bunga matahari liar ini hidup dan tumbuh  atas kebaikan alam, tanpa campur tangan manusia. Dia mudah ditemui  di hampir  semua semak belukar dalam Kabupaten Kerinci, dan mungkin juga di tempat kalian. 

Pohonnya bercabang dengan tinggi kurang lebih 2 meter.  Bunganya kuning menjolok, kontras dengan warna daunnya yang hijau.  Kakak adik dengan bunga matahari asli.  Aura kecantikannya  yang alami dan elegan, seakan-menjadi magnet  bagi kumbang-kumbang  dan burung-burung  kecil untuk singgah. 

Anehnya, masyarakat Kerinci  tiada yang tertarik membudidayakannya  untuk melengkapi koleksi tanaman hias. Kecuali untuk dikadikan pagar tanaman.  Padahal, bunganya lebat dengan masa mekar  mencapai empat minggu. Mengalahi  bunga matahari asli yang merekah hanya  satu minggu. 

Senduduk

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Kalian anak desa?  pasti kenal senduduk.  Tumbuhan ini memiliki sederet nama sesuai  negeri asalnya.  Kaduduak (Minang), saduduk (Kerinci).  Tentu daerah kalian juga punya nama tersendiri untuk tumbuhan  perdu yang satu ini.  

Selain di hutan, senduduk juga suka  tumbuh di  pinggir jalan, tetanggaan dengan gulma lainnya. Sebagian masyarakat pedesaan, memanfaatkan daun mudanya  sebagai sayuran dan obat-obatan.  Salah satunya obat luka

Bunga senduduk  memiliki mahkota ungu muda. Buahnya mirip piala. Setelah matang, kulitnya merekah, memamerkan daging buah   ungu tua.  Semasa saya kecil, buah senduduk matang merupakan santapan lezat dijadikan camilan. Pulang-pulang gigi dan mulut seperti musang habis makan ayam hidup. Ha ha .... 

Tahi ayam liar 

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Durinya  banyak dan tajam.  Sesuai   aromanya yang  langu menyengat, orang kampungku menyebutnya bungo cirik ayam (baca: bunga tahi ayam). 

Bunga tahi ayam liar juga punya nama  yang bagus.  Diantaranya tembelekan, saliara,  dan  ruku-ruku.  

Bunganya bergumpal-gumpal, unik dan nyentrik.   Walaupun baunya  kurang sedap, bunga tahi ayam tetap  andil  memperkaya hasanah perbungaan  liar di negeri ini. 

Renat

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Jika ada yang bertanya apa itu buah renat, keliling dunia pun anda  tak akan menemui jawabnya.  Sebab  “renat” hanya dibahasakan oleh anak-anak di tempat saya berdomisili.

Secara umum, renat dikenal sebagai raspberrie sejenis rubus. Dia tergolong tumbuhan merambat. Uniknya,  yang  menyita perhatian bukan bunganya, tetapi buahnya.  

Buah mudanya warna hijau muda, bulat, seperti lampion.  Setelah matang, kulitnya merekah membentuk kelopak, tempat bertenggernya gumpalan biji-biji  kecil  merah menyala. 

Rasanya yang manis-manis asam, membuatnya jadi incaran burung-burung kecil  liar. Dan bagi bocil-bocil pedusunan, buah renat merupakan santapan lezat untuk dijadikan camilan,  tatkala mereka bermain di semak-semak.  

Untuk memetiknya  butuh kehati-hatian. Mengingat   renat memiliki duri yang super tajam. Mulai bagian batang, tulang daun, sampai ke gagang buahnya. 

Kitolot

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Sejak lama,  tumbuhan kitolod dikenal oleh  masyarakat pedesaan Indonesia sebagai gulma. Seiring perkembangan  zaman, kitolod ikut naik daun. Karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya katarak. 

Seperti gulma umumnya, kitolot  dapat ditemui dimana-mana. Terutama di pinggir jalan,  membaur dengan tumbuhan liar lainnya.   Menurut saya, kitalod termasuk salah satu  bunga liar jalanan yang terabaikan. Sebab, pohonnya yang kecil dia sering terinjak-injak. 

Bunganya putih mungil dengan susunan kelopak yang sempurna dan harmonis.  Kini kitolod telah banyak  ditanam di halaman sebagai tanaman hias.

Putri malu

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
“Sikejut”.  Begitu dia dikenal oleh sebagian masyarakat dalam Provinsi Jambi Atau Kerinci khususnya. Dikatakan demikian karena begitu disentuh, dia mendadak bereaksi  alias terkejut. Daunnya menutup seperti pura-pura layu.  Tak salah orang Indonesia menyebutnya putri malu. 

Karakternya  galak setengah mati.  Durinya tajam. Terinjak sedikit, Emak .... sakitnya tak ketulungan. Jika tersentuh pada pakaian yang kita kenakan, harus punya trik khusus untuk  lepas darinya. 

Bertolak belakang dengan bunga mekarnya yang berbentuk bola-bola ungu muda.  Tak kalah menawan dengan tanaman hias yang dirawat oleh nyonya dan tuannya pagi petang.  Putri malu juga mempunyai segudang manfaat untukmenyembuhkan beragam penyakit.

Sintrong   

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Sintrong  alias capo (Kerinci), alias salentrong (Jawa), dan entah apa lagi namanya di daerah lain. 

Tumbuhan berbahasa ilmiah Crassocephalum crepidioides ini tumbuh liar di sembarangan tempat. Di tanah kosong, pinggir jalan, pematang sawah, dan sebagainya,  membaur dengan gulma pengganggu lainnya. 

Sebagian masyarat desa  memanfaatkan sintrong sebagai sayuran. Biasa juga dijadikan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Satu darinya ambeien. 

Di balik aromanya yang khas, sintrong punya bunga yang manis dan menggemaskan.  Sebelum mekar, kuncupnya mirip lonceng, menunduk lembut tersipu manja, ujung kuntumnya dipermanis dengan polesan merah jingga.  Setelah mekar, muncul segumpal bulu-bulu halus putih seperti kapas.

Bandotan

Ilustrasi Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
 
Nama aslinya, bandotan. Karena baunya angit mirip bau kambing, orang  daerahku menyebutnya rumput angit. 

Seperti sintrong, gulma ini dapat ditemui di mana-mana. Di pekarangan, di pematang sawah dan dinggir jalan 

Menurut pengalaman,  rumput bandotan ini mudah ditaklukkan.  Bahkan bisa dicabut pakai tangan kosong. Tetapi  jangan jumawa dulu. Satu pohonnya tua dan mati, generasi penerusnya bangkit  beratus kali lipat.

Bunganya putih, tesusun acak pada ujung tandan. Setelah kuncupnya mekar sempurna muncul benang-benang halus seperti kapas selembut sutera. 

Oh, ya. Daun bandotan juga berkhasiat untuk menyembuhkan beragam penyakit. Salah satunya untuk obat luka.

Inilah pesona 10 bunga liar  di pnggir jalan. Tak terhitung jumlahnya bunga liar lain yang  patut diulik. Namun waktu jualah yang membatasi. Semoga bermanfaat. Terima kasih. 

Baca juga:  

*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

31 komentar untuk " Menyapa Alam: Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan "

  1. Alhamdulillah saya pun di kampung masih bisa menemukan bunga-bunga liar yang indah di sekitar jalan, namanya ada yang sama, mirip, atau sama sekali beda.
    kalau Bandotan di kampung saya namanya babadotan, Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata2 flora di Indonesia hampir sama ya, ananda. Hanya namanya yang beda2 tipis. Terima kasih apresiasinya. Selamat sore.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya, Mas Tanza. Selamat sore dari jauh.

      Hapus
  3. Dari semua yang bunda tulis saya hanya tahu dan pernah lihat putri malu dan sintrong itupun karena buat lalapan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Wah ..., emang putri malu boleh jadi lalapan? Di sini sintrong juga dijadikan lalapan. terima kasih telah singgah, ananda. Selamat istirahat.

      Hapus
  4. Mungkin yang akrab bagi saya adalah bunga putri malu
    saya suka iseng, injak pakai sepatu
    eh nanti mekar kembali daunnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini putri malu ada 2, ananda. Yang satu hijau muda, durinya halus, tajam, dan banyak. Kapan nyangkut pada baju dan rambut kita, susah untuk dilepaskan. Yang lain agak kemerahan seperti di foto, durinya kurang banyak, tapi tajam. Kalau diinjak pakai sepatu pasti amanlah. Haha .... Coba pegang dengan tangan kosong.

      Hapus
  5. Bunganya warnanya cantik-cantik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah bunga. Sejelek apapun dia pasti dibilang cantik ya, Mas. He he .... Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat selalu.

      Hapus
  6. Di kampungku masih bisa menemukan semua itu, kecuali yang rapsbery tadi itu heheh.

    Aku cuman tau bentuk, rupa, warna, aroma, tp gak tau warnanya. Skarang jd tau, bahkan bebrpa ada yg bermanfaat untuk obat alami...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, setelah mrmbaca postingan ini banyak sedikitnya ananda Keza sudah lebih bantak mengenal flora kita. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  7. baru saya tau bunga trompet itu sama nama dgn bunga kecubung. tau jugak kecubung itu beracun ya. tp kalau di sini sptnya bukan bunga liar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Di kota2 kecubung bukan bunga liar. Mungkin karena di pedesaan sebagian orang takut membahayakan anak2 kerna racunnya. terima kasih telah singgah, Azian.

      Hapus
  8. Bunga cantik begitu ... masa' namanya Tahi Ayam? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha .... Betul juga ya, Mas. Tapi itulah bahasanya orang Indonesia. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.

      Hapus
  9. Jadi inget mb, tentang bunga terompet itu. Dulu di kampung saya banyak tapi karena banyak ulatnya jadi ditebang. Suatu sore saya tuh ke kamar mandi di luar rumah tiba-tiba nyium bau wangi banget. Yang ada dipikiran saya saat itu mbk kunti, saya ketakutan banget. Pagi harinya saya baru inget kalau di dekat kamar mandi ada bunga terompetnya😅
    Di tempat saya bunga pagoda itu nyebutnya kembang gunungan karena bentuknya kayak gunung. Sekarang udah jarang ditanam karena ada ulatnya juga. Yang lain juga banyak tumbuh di hutan. Saya juga pernah baca, kalau tanaman liar tersebut bisa digunakan sebagai obat tapi belum pernah praktek beneran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunga yang wangi itu menandakan dia beracun. Contohnya bunga sedap malam dan kecubung.

      Begitulah orang Indonesia. Jika bunganya lonjong seperti gunung namanya bunga gunung. Yang bentuk terompet disebut bunga terompet. He he ...

      Kalau ulat bulu, sangat mengganggu ya, ananda lebih baik ditebang saja.

      Hapus
  10. saya malah baru tahu bunda, kalau ada tanaman matahari liar. kira-kira ada bijinya yg bisa jadi kwaci engak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bijinya ada, ananda. Tapi kecil2, gak bisa dibuat kuaci.

      Hapus
  11. senduduk dan tahi ayam tu ada di mana-mana. tapi saya kalau jumpa senduduk saya cari buahnya dulu...😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama. Semasa kecil saya juga makan buah senduduk matang.

      Hapus
  12. Sebagian besar besar pernah melihat bunga-bunga yang disebutkan di atas. Tapi hanya beberapa tahu namanya. Beberapa lainnya tidak tahu namanya. Kayak bunga kitolot.

    Padahal dulu sering banget pakai kitolot untuk tetes mata. Itu juga dapat info dari cerita orang tua secara turun temurun. Setelah ditetesi kitolot mata jadi lebih jernih dibandingkan sebelumnya. Pandangan jadi lebih nyaman.

    Kalau bunga kecubung sering disalahgunakan. Bunga ini bisa bikin seseorang mabuk kalauu dikonsumsi secara berlebihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kiyolot memang biasa dijadikan untuk obat mata. Daun muda bunga kecubung untuk obat bayi menceret. Dilayu pada api, terus balur pada perut. Bukan dimakan. Konon buah kecubung jika dimakan bisa menyebabkan kematian. Terima kasih telah mengapresiasi, Mas Rivai.

      Hapus
  13. putri malu tu kami panggil pokok semalu. kadang kala duri semalu... di mana ada semak samun pasti ada pokok semalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Putri malu, semalu. Sama2 ada kata "malu". He he

      Hapus
  14. Saya belum pernah lihat bunga senduduk, tapi kalau bunga kitolot tumbuh liar di halaman depan rumah, hanya saya gak tau namanya sebelum liat blog bunda. hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata rata2 tumbuhan di negeri ini hampir sama jenisnya di setiap daerah ya ananda. Maaf telat merespon, ananda Naia.

      Hapus
  15. Paling suka dengan putri malu, waktu sd seneng aja bisa ngerjain tanaman ini, tiap mekar pegang tiap mekar pegang.... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha ... Kenangan masa kecil itu indah untuk dikenang

      Hapus