Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Kaget! 6 Objek Ini Tak Bakalan Ada di City Centre

Catatan Perjalanan ke Inggris (9)

Sebuah Restauran di City Centre Inggris (Foto NURSINI RAIS)

Dari awal berangkat ke Birmingham, Inggris, Nenek udik ini tiada niat untuk belanja. Meskipun di sana beberapa kali diajak Arie (menantuku) keluar masuk Mall.

Alasannya, semakin tua, selera shopping saya layu kira-kira 90%. Sebaliknya nafsu traveling tumbuh sekian ratus parsen.

Alasan lain, soal belanja lebih baik di Indonesia. Selain mutunya tak kalah dengan barang luar, harganya lebih menguntungkan menggunakan rupiah.

Selembar gaun balita kualitas sedang, dibandrol 50 Poundsterling. Dirupiahkan kurang lebih 1 juta.

Bandingkan dengan di tanah air. Dapat berapa lembar. Belum lagi hitung-hitung biaya tambahan pesawat yang harus dibayar bila bawaan  over bagasi.

Intinya, bila berkunjung ke suatu tempat, perburuan saya fokus pada objek tak lazim, lain dari yang lain. Atau yang langka di tempat saya. Terus membandingkannya dengan yang pernah saya saksikan dan ketahui sebelumnya. 

Kelak akan saya jadikan bahan cerita, untuk dibagikan kepada kerabat buat oleh-oleh. Tuturannya saya bumbui di sana-sini dengan lelucon. Mereka tertawa terkencing-kencing. Itu sudah merupakan kepuasan yang tak bisa saya bayar dengan apa pun.

Kini giliran Anda saya hadiahi cendramata. Pada bagian 2 saya telah mengisahkan tentang yang aneh-aneh di City Centre Birmingham. Maka pada sesi ini saya akan berkabar masalah 6 objek yang tidak ada di kota yang sama.

1. Tida Warung Makanan Kaki Lima dan Pedagang Asongan

Di Indonesia, warung kopi, kue-kue, dan warung nasi mudah ditemui di kaki lima. Di desa maupun ke kota.  Di City Centre, Birmingham tidak dijumpai itu. Apa lagi pedagang asongan.

Ingin minuman panas, selain di tempat-tempat khusus ada Hot Choklate, atau kopi panas juga ada. Belinya di toko-toko kue/roti, pakai koin, pencet sendiri, dengan sistem take way. Setelah gelas terisi penuh, silakan dibawa. Terserah dinikmati sambil jalan, atau berhenti sejenak di suatu tempat. Kalau mau makan nasi? Ke restauran halal saja.

Yang ada lapak kaki lima menjual barang-barang bukan makanan, seperti pakaian, boneka, dan sebagainya. Itupun tidak banyak. Tidak pula di sembarang tempat.

 Baca juga: Kos-kosan dan Grasi Mobol di Sally Oak

2. Tiada Iklan Bergelayutan

Hampir tidak ditemui iklan bergelayutan, baik di pusat kota maupun di pinggir-pinggir jalan. Meskipun ada, bisa dihitung dengan jari. Paling iklan layanan sosial. 

Para produsen lebih senang mempromosikan produknya melalui lembaran tiket angkutan umum,  atau selebaran-selebaran bergambar yang disebarkan langsung kepada calon konsumen. 

 
Makan bersama di Ming Moon, dalam rangka ulang tahun salah satu Mahasisiwa Indonesia (Foto NURSINI RAIS)
 
3. Minim Pengemis

Hal lain yang patut dijempoli, di City Centre dan di tempat lain yang pernah saya kunjungi di Inggris, tidak banyak ditemui pengemis benaran. Artinya orang waras tapi cacat/sempurna fisik yang menggantungkan hidupnya dari hasil minta-minta.

Palingan ada orang stress yang keluyuran bergaya pemalak. Tapi tidak memaksa juga. Orang sana menyebutnya kaum homeless. Yaitu, orang kehilangan rumah. Di Indonesia disebut tuna wisma atau mungkin lebih tepat dikatakan gembel.

Sebenarnya homeless ini seperti orang normal juga, hanya saja meminta merupakan pilihan hidup.  Oknum tipe ini hanya pernah saya temui 3 di City Centre Birmingham,  1 lainnya di King Croos London.

Kata putraku, sebenarnya pengemis banyak juga di kota-kota besar di Inggris. Tetapi tidak sebanyak di Kota Makkah, Arab saudi (2008).

4. Tiada Pengamen Beroperasi di Jalanan

Sebagian rakyat Indonesia, menganggap pengamen termasuk golongan peminta-minta. Meskipun mereka menolak dikatakan pengemis. Mungkin dia merasa dirinya artis. Itu syah-syah saja.

Di City Centre dapat pula dijumpai pengamen. Tetapi mereka hanya boleh beraksi pada tempat-tempat tertentu. Misalnya, di emperan-emperan pertokoan yang tidak dihuni.

Di London, saya jumpai penjual suara tersebut beraktivitas di bibir sungai Thames. Kurang lebih empat meter di bawah bahu jalan.

Tangkapan layar Pengamen beraksi di Pinggir Sungai Thames London ( Dok: NURSINI RAIS)

Hebatnya, pengamen di sana menggunakan alat-alat musik benaran. Seperti, saxophone, accordion, gitar elektrik dan lain sebagainya.

Ada yang tergabung dalam grup seperti pemain band, ada juga bermain tunggal. Pemusik dan penyanyinya seperti sangat  professional.

Baca juga: Kepedulian Bertetangga di Sally Oak, Birmingham,Inggris

5. Tak Ada Orang Gila yang Ada Orang Snewen

Di kota Birmingham City Centre, saya tak menemui orang gila berkeliaran seperti di tanah air. Apakah di Negara maju seperti Inggris bebas dari penderita gangguan jiwa? Tentu saja tidak.

Orang gila ada di mana-mana di belahan dunia. Termasuk di bumi Inggris. Tapi tidak terlihat mereka menggelandang. Kecuali penderita gila tipis (versi saya), alias senewen atau gila terencana terbentuk dari proses kesengajaan.

Mereka bermalam di sembarangan tempat, di emperan toko, di pinggir-pinggir jalan. Sekilas terlihat seperti orang normal, pakaiannya biasa-biasa saja. Tidak terlalu kumal dan tidak compang camping.

Baca juga: Ingin ke UK? Kenali Dulu Kebiasaan Masyarakatnya  

6. Tak Ada Toko Obat

Sebelum berangkat ke Inggris, suamiku berpesan minta dibelikan obat yang paling paten untuk nyeri sendi.

Suatu hari saya diajak anak dan menantu keliling-keling di City Centre, mencari dimana ada toko obat. Namun tidak pernah ditemui.

Setelah keluar masuk beberapa toko, anakku bilang, “Disini obat tidak dijual di toko-toko, Nek. Sebab masyarakat berobat di rumah sakit ditanggung pemerintah. Gratis. Kecuali pemeriksaan mata, perawatan gigi, resep dan perawatan pribadi.

Demikian  catatan saya tentang 6  objek  yang tak bakalan Anda temui jika berkunjung di City Centre, Birmingham, Inggris. Tentu masih banyak masalah lain  yang tidak ada di sana. Namun hal tak lazim yang terpantau oleh netra saya cuman 6 ini saja.

Sebagai informasi tambahan, ulasan ini saya paparkan berdasarkan catatan kecil selama berkunjung ke negara tersebut pertengahan tahun 2015. Mungkin sekarang kondisinya telah berubah. Wallahu alam bish shawab. Semoga bermanfaat.

Baca juga: Perlindungan Anak dan Gaya Pacaran Ala British 

****

Ditulis

Oleh NURSINI RAIS

di Kerinci, Jambi

 

34 komentar untuk "Jangan Kaget! 6 Objek Ini Tak Bakalan Ada di City Centre"

  1. oh...apa nggak ada apotik?

    Menarik kisahnya .... thank you for sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apotik mungkin ada Mas Tanza. Tentu harus pakai resep dokter. Yang tak ada penjual obat bebas seperti di Indonesia. Terima kasih telah mampir. Salam untuk keluarga di sana.

      Hapus
  2. semakin tua, selera shopping layu kira-kira 90%. Sebaliknya nafsu traveling tumbuh sekian ratus parsen.

    Ahaa!! Menarik banget, ini Bundaaa
    Semoga saya juga bisa tertulari positive vibes dari Bund Nur, yang always energetic and inspiring!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin ananda Nurul Rahma. Insyaallah, semua kita pasti bisa melewati hari tua dengan senang dan bahagia. Tak perlu kaya. Yang penting suasana hati tetap terjaga, kesehatan tetap prima. Terima kasih. Keknya udah mulai merayap nih. Bunda belum star.

      Hapus
  3. Intinya suasana dan lokasinya tertib dan bersih ya sehingga kita datang ke sana bisa dapat leluasa menikmati tempat tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda Rindang. Tapi bagaimanapun, kita tetap nyaman tinggal di negeri sendiri. Indonesia tanah air beta telah melekat di hati. He he ... Terima kasih apresiasinya. Selamat berpuasa.

      Hapus
  4. Saya juga lebih suka jalan-jalan daripada belanja, lebih asyik dan lebih hemat.

    Birmingham keadaannya persis seperti di kota-kota Jerman sinu bu, rapi banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, Mbak Alvianti tinggal di Jerman rupanya. Saya ke Inggris sekadar berkunjung, cuman satu bulan. Iya. Inggris dan Jerman keduanya termasuk negara maju ya, Mbak. Terima kasih tanggapannya. Salam sehat dari tanah air.

      Hapus
  5. AKu tu kok suka looking forward ya postingan Mba Nur pas ke Inggris haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Terima kasih, Mbak Zeneth. Selamat menjalankan ibadah puasa.

      Hapus
  6. Asyik yaa kalo jalan2 di sana kayaknya bebas pengemis, bebas pengamen. Nggak ada kaki 5 dan iklan2 di tiang2 jalan pastinyaaa bikin kota terlihat lebih rapi..

    Saya ingat waktu di Australia, pengamennya cuma berdiri aja di pinggir jalan sambil main biola. Case biolanya dibuka untuk orang2 kasi uang. Yang ngamen diam saja sambil main musik terus, nggak jalan2 ngider di lampu merah kayak di mari. Hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow ..., asyik juga kalau bisa ke Australia ya, Mbak Ima. Terima kasih telah hadir. Selamat menjalankan ibadah puasa.

      Hapus
  7. Bu Nur telitinyaa menuliskan hal-hal di atas. Bu Nur seorang pengamat yang baik. Alhamdulillah ada blog ini untuk menyimpan kenangan. Nanti kalau ada yang nanya bisa dikasih link-nya saja. Tapi saya pengen dengar ceritanya langsung .. yang dibumbui cerita lucu, yang dengar berpotensi terkencing-kencing :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha ... Yuk ke sini ananda Mugniar. Kita ngobrol panjang. Kapan ya? kita bisa ngumpul. Selamat malam. Terima kasih telah menanggapi.

      Hapus
  8. Bunda, ceritanya selalu keren, saya jadi membayangkan Inggris yang rapi, indah, apalagi nggak ada baliho bertebaran, wah...pastinya tentram gitu.Terima kasih atas sharing Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ada juga kabel listrik yang silih bersilang, ananda Laily. Jaringannya ada di bawah tanah. Selamat malam. Doa sehat untuk keluarga di sana.

      Hapus
  9. Rapi banget ini kotanya. Pengen banget ke sana jadinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk kita rame-rame ke sana, ananda Endang. Nenek ini juga mau. He he ... Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana

      Hapus
  10. Berarti kalau orang sakit ringan langsung ke dokter ya bu? sampai tidak ada toko obat atau apotik? keren nih ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda Bayu. Karena berobat di sana gratis. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana

      Hapus
  11. Birmingham ini pusat industrinya inggris ya bu
    hebat, meski sudah6 tahun yg lalu masih ingat dan bisa menuliskannya di blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena begitu pulang dari Inggris langsung ditulis, ananda. Rencana mau bikin buku. Tapi gagal.Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana

      Hapus
  12. Menarik sekali petualangannya Eyang... Semoga tahun 2025 bisa main-main ke Inggris. Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, ananda. Kalau ada niat, pasti terlaksana.Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana

      Hapus
  13. Wah unik sekali ya tempatnya dan pastinya bisa lebih nyaman. Terbayang gimana nyamannya dari penyampaian di atas. Terimakasih infonya Bu... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, Mbak Hindun. Terima kasih juga telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana

      Hapus
  14. Aku jadi ingat Bunda...mas saya juga pernah post-doctoral di Inggris dan cerita, sewaktu asam uratnya kumat dan dokter di Inggris keukeuh gak mau kasih obat. Karena menurut dokter, asam urat itu baiknya tidak menggunakan obat farmasi, tapi obat alami, yakni perbanyak minum air.

    Alhasil, mas saya tidak bisa bekerja selama 3 minggu karena kakinya bengkak gak bisa jalan. Heuheuu...

    Salut sama ketatnya pemberian obat di Inggris.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ananda Lend. Mereka punya peraturan yang ketat bukan tanpa alasan. Pemerintah memberika pelayanan gratis untuk berobat ke rumah sakit. Waktu bunda di sana ada mahasiswa asal Jogya sakit dan dirawat. Sepersen pun tak dipungut biaya. Bunda heran dan penasaran. Kok bisa warga negara asing dikasih berobat gratis. Mungkin mereka terdaftar sebagai peserta askes dari kampus. (perkiraan nenek udik. hehe ...) terima kasih telah menanggapi selamat berpuasa.

      Hapus
  15. Wah berarti obat kayak obat sakit kepala gitu nggak dijual bebas di pasaran gitu kah? Kalau di sini kan bisa tuh beli obat di warung aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ananda Antung. Anak/cucu saya dulu bekal obat-obat ringannya dibawa dari Indonesia. Seperti paracetamol, bodrexin, dan sebagainya. Salamat malam. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  16. Lokasinya bersih dan tertib sekali ya Bun. Meanarik banget baca perjalanan Bunda disana, jadi makin penasaran mau kesana juga. Semoga ada rezekinya

    BalasHapus
  17. Amin, ananda Irma. Kalau ada rezeki, niat di hati pasti terkabul. terima kasih telah hadir. selamat berpuasa.

    BalasHapus
  18. keren banget ga ada pengamen dan iklan ya bu nur. indikator negara maju ya bu... bagusnya ga bisa beli obat sembarangan ya bu harus pake resp dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, ananda Shafira. Meski ada tapi iklan layansn sosial, narok iklannya jauh dari pusat kota. Itu kondidi 2015. Mungkin sekarang udah beda. Terima kasih telah dinggah, selamat berpuasa.

      Hapus