Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu

Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu (Sumber Foto: Tangkapan layar dari facebook Fauzan Sanra Ramadhan) 

Selama ini saya menganggap frase Tuna Rungu lebih halus daripada kata tuli. Keduanya biasa  disematkan  pada individu yang tidak mampu mendengar.

Ternyata,  melansir dari sehatq.com , Pusat studi Individu Berkebutuhan Khusus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (PSIBKUSDY) Komunitas Tuli lebih nyaman dengan penulisan Tuli (menggunakan huruf kapital T dalam penudlisannya), ketimbang  tuna rungu.

Tetapi saya  malah tak tega dengan sebutan tuli. Menurut saya terkesan kasar, dibandingkan  sebutan tuna rungu atau tuna wicara.

Apa pun istilah yang dipakai, fokus bahasan ertikel ini bukan itu. Saya ingin berbagi pengalaman 3 hari bersama salah satu penyandang tunga rungu, si ganteng cucuku Fauzan (cucu adik perempuan saya nomor 2).

Selama bersama dengan Fauzan, banyak hal menarik yang saya peroleh tentang diri cowok ganteng kelahiran 2003 ini.

1. Fauzan remaja santun dan ramah

 
 Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu (Sumber Foto: dikutip dari halaman facebook Fauzan Sanra Ramadhan) 

Pemilik nama panjang Fauzan Sandra Ramadhan ini menyelesaikan pendidikannya dari  SD-SMA  di SLB Cahaya Bunda Inderapura Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Meskipun tak bisa ngomong, dari kecil sampai sekarang setiap bertemu saya, dia sangat respek dan menyapa dengan santun dan ramah.

Semasa masih SMP, dia WA-an dengan saya  menggunakan gambar. Misalnya salat berjamaah, dia mengirim masjid, ke sekolah, pakai gambar sekolahan dan lain sebagainya.

Sekarang Fauzan sudah pandai tulis baca. Lucunya dia masih bingung, menyapa saya, memanggil saya “mama”.  

Saya tulis di format pesan WA-nya kata nenek. Kemudian dia memberi embel-embel, hingga terbentuk kata “nenekku”.  Saya merespon memberikan pujian.  Cowok jangkung  itu tersenyum manis dan sopan sekali. Kini dia sudah tahu bahwa saya neneknya. Bukan mama. 

Ketika saya menyimpan nomor dia, saya ketik, “Fauzan Cucuku.”   Dia tersenyum bangga. Kebahagian terpacar di wajahnya. Menjempol, terus tertawa lagi.

Hal serupa tidak saya peroleh dari cucu-cucu dan keponakan lain, yang  biasa-biasa saja. Menyapa alakadarnya, tak pernah ngajak saling tukar nomor, apalagi foto bersama.

2. Fauzan sangat menyayangi keluarga

 
Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu (Fauzan di tengah adik-adik sepupunya. Foto Sutra)

Empat hari belakangan saya pulang kampung dalam rangka menghadiri acara pernikahan keponakan, yang notabene kakak sepupu Fauzan (putri saudara perempuan saya nomor 3) Acaranya hari Jumat, 8 Oktober lalu.

Ketika saya datang (sehari sebelum hari H-nya), Fauzan sudah berada di rumah calon pengantin, sibuk membantu apa yang bisa dia lakukan.

Fauzan tampak seang dengan kehadiran  saya dan Uutnya (panggilan buat si kakek).  Berkali-kali dia minta  foto bersama. Tanpa diminta, dia juga memotret saya  bersama beberapa  sanak keluarga  yang hadir.

Ada puluhan cucu-cucu terdekat dan anak keponakan saya sebaya Fauzan. Yang hadir bantu-bantu  boleh dihitung dengan jari. Kecuali Fauzan yang tak pernah absen mulai persiapan acara,  sampai perhelatan selesai. Bahkan, usai pesta pun dia ikut beres-beres.  Pulang kerumah Mamanya sekadar makan, mandi, dan ganti baju saja. 

3. Fauzan sosok yang supel

 
Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu 
  
Pagi kemarin sebelum kembali ke rantau kediaman, saya mengajak Fauzan jalan-jalan  ke pantai Pasir Ganting. Kurang lebih 7 km dari rumah orang tua saya.

Begitu memasuki pemukiman penduduk, Fauzan menunjukkan sebuah foto di gagednya  kepada dua orang emak-emak. Yang ditanya tiada paham apa yang dia maksud. Termasuk saya.

Kemudian dia mengetik sebuah kata di layar gawainya, terus menyodorulangkan kepada 2 wanita tengah baya tadi. “Ulin,” begitu teks yang tertulis.

Oh ... Ternyata Fauzan mencari alamat seseorang  bernama Ulin. Seorang gadis cantik warga desa setempat. Kabetulan adres yang dicari, posisinya pas di depan dia berdiri. 

Cewek yang dicari sedang duduk-duduk bersama 7 perempuan muda  lainnya, di beranda rumah orang tua Ulin.  Kebetulan ayah dan bundanya si gadis juga ikut bergabung.

Tanpa sungkan, Fauzan menyalami mereka satu satu. Supel sekali. Anggota geng emak-emak itu menyambutnya hangat. Begitu juga ayah dan ibunda Ulin.  

Ulin maju ke depan menyambut kehadiran sang tamu. Terus mengulurkan tangan sambil tersenyum manis. Bahasanya  komunikatif, tidak terlihat kecanggungan di antara mereka. Oh, ternyata Ulin juga seorang tuna  wicara.  

Semua nan hadir tertawa ria sambil mencandai mereka berdua. Kami hanya menyaksikannya dari jauh. Saya menduga, mereka sudah berjanji  duluan via WA.

Selang beberapa menit, kedua sejoli itu keluar dari kediaman Ulin, terus merapat ke kami bertiga. (saya, Uut, dan Pak Sopir).  Keceriaan menghiasi wajah Ulin.  Senyum alami tersungging di bibirnya. Cantik dan manis sekali.

4. Fauzan pemuda agamais

Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu
 
Fauzan mempersilakan Ulinaik mobil duluan, saya memberikan kesempatan supaya dia menyusul. Fauzan  menolak dengan gerakan seperti bertakbir. Saya memaknainya sebagai pernyataan  bahwa dirinya orang yang mengerti agama. Dia minta saya mengambil posisi di tengah. Ulin di kanan Fauzan di kiri.

Dari parkir menuju pantai, kurang lebih  100 meter  ditempuh dengan jalan kaki.  Seperti remaja umumnya, tanpa canggung Ulin dan Fauzan jalan berdua. Sesekali mereka terlibat percakapan menggunakan bahasanya sendiri.

Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu
 
Kami sengaja  sedikit menjauh,  memberikan kesempatan seluas-luasnya pada mereka.  Mau berswafoto berduakah atau sendiri-sendiri terserah.  Toh semua insan berhak menikamati kemesraan dengan  lawan jenis yang dia cintai.  Dulu nenek dan Uut juga pernah muda. Ehem ....

Tetapi setiap saya minta mereka berakting mesra-mesraan, Fauzan menolak dibarengi gerakan takbir. Uli kebanyakan jadi tukang  amin. Jauhan jadi,  dekatan oke. Begitu seterusnya.

Sikap Fauzan sejalan dengan postingan-postingan di akun medsosnya, yang  sebagian besar bernuansa keagamaan.

Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu (Foto Fauzan)

Fauzan taat beribadah, rajin berjamaah di masjid, salat dan puasanya tak pernah bolong. Dia juga aktif di kelompok pengajian remaja.

Ketika saya tanyakan, pada Ulin, apa ada kecocokan dengan Fauzan?  “Saya cocok, dia yang tak mau,” katanya malu-malu menggunakan bahasa isyarat. Kami memahami.

Banyak pembelajaran yang bisa saya petik selama 3 hari bersama cucuku Fauzan. Khususnya tentang kehidupan tuna rungu. 

Di antaranya, keterbatasan tak perlu dihadapi dengan berkeluh kesah, kurang percaya diri, tidak bersyukur apalagi mengumpat diri, marah kepada  Sang Pencipta, sampai menjurus pada kekufuran.

Demikian artikel ini ditulis apa adanya. Tak ada yang istimewa dari ulasan ini. Tetapi saya  mengaggapnya sesuatu yang spesial. Sebab, dari dahulu sampai sekarang, baru sekali ini keluarga besar kami dikarunia anak seperti Fauzan. Semoga inspiratif.

Baca juga:  

 ****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi

 

 

 

23 komentar untuk "Cucuku Fauzan Membuatku Banyak Tahu Tentang Tuna Rungu "

  1. inspiratif kisahnya.... 👍❤

    Thank you for sharing

    BalasHapus
  2. kisah yang sangat inspiratif bunda, jujur saya melihat foto diatas sangatlah terharu dimana terlihat fauzan begitu menyayangi keluarganya meski ? Maaf, memiliki keterbatasan . kadang saya terasa miris juga bunda, melihat banyak orang diluaran sana yang memiliki kelebihan justru malah menyiayiakan orang terdekatnya baik dengan menyakiti orang terdekatnya dengan ucapannya, dengan kelakuannya, yang sungguh membuat seseorang yang mengalaminya selalu bersedih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sekitar bunda juga banyak orang setipe itu, ananda Tari. Malahan kita sering jadi korbannya. Tinggal bagaimana kita menyikapi. Dicuekin aja. Yang penting kita tidak menggaggu dan tak mau diganggu. Terima kasih tellah singgah. Selamat siang. Sehat selalu ya.

      Hapus
  3. Semoga semua keluarganya sehat2 nek...
    Cucunya keren nek,, saya salut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, cucunda Fahrul. Terima kasih partisipasinya. Selamat sore.

      Hapus
  4. Salut buat Fauzan, biarpun punya kekurangan tapi tetap semangat menjalani kehidupan, sayang pada keluarga dan juga rajin ibadah. Semoga dapat jodoh yang terbaik nantinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mas Agus. Fauzan memang seperti no problem. Sayangnya dia pilih pacar cewek sekomunitasnya saja. He he .... selamat siang, doa berkah untuk keluarga di sana.

      Hapus
  5. inspiratif nih, boleh di jadikan contoh dan pedoman untuk kita yang mungkin masih merasa kurang dalam banyak hal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas Kuanyu. Banyak orang yang menghadapi kekurangan dengan berkeluh kesah. Terutama kekurangan isi kantong. He he ... Selamat siang. Salam sukses selalu.

      Hapus
  6. mungkin dia seumuran dengan saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh jadi seumuran, Mas Julaiman, Salam sehat selalu ya. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  7. Kisah yang benar-benar inspiratif. Seorang pemuda berakhlak baik. Untungnya sekarang teknologi sudah semakin maju. Kita yang tak mengerti bahasa isyarat pun masih bisa berkomunikasi dengan cara menulis pesan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan itu juga karena dia disekolahkan ya, ananda Nisa. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat pagi menjelang siang. Salam sehat selalu.

      Hapus
  8. Aku suka kepribadian Fauzan. Dia menarik. Dia juga bisa menerima keadaannya dengan baik.
    Hal yang menurutku paling menarik, dia menjaga jarak dengan melakukan takbir.

    Say hey for him ya, Bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semasa SMP, dia pernah protes. Kenapa dirnya tidak bisa ngomong. Apa telinganya pernah ketusuk atau apa. Setelah dikasih tau oleh Mamanya, dia menerima dan bisa mengerti. Selamat pagi menjelang siang ananda Einid. Terima kasih tanggapannya. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  9. Semoga sehat selalu untuk Fauzan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, terima kasih doanya, Mas Adi. terima kasih juga telah singgah. Selamat siang.

      Hapus
  10. wahhhh bagusnya sosok bernama fauzan ini. semoga menjadi anak kebanggaan keluarga, agama dan negara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih, tanggapannya, Dear Anies. Doa sehat selalu untuk keluarga di sana.

      Hapus
  11. Masya Allah, keren banget Fauzan ini, bunda.. zaman sekarang mulai sulit mencari anak muda yang haus ilmu agama, semoga selalu dalam lindungan Allah. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena dia disekolahkan. Ada juga bisu kenalan bunda. tidak bisa tulis baca, tidak bisa salat. Terima kasih atensinya ananda Naia. Maaf telat merespon. Selamat istirahan di akhir pekan.

      Hapus