Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hati-hati Bertemu Teman Lama, Jangan Sampai Rusak Oleh 3 Sikap Ini!

Ilustrasi Bertemu Teman Lama

Bertemu teman dan kerabat  lama adalah momen yang dirindukan oleh sebagian orang. Terlebih setelah puluhan tahun berpisah dan hilang kontak. 

Siapa sangka, suatu waktu  impian tersebut terwujud dalam acara reuni atau kesempatan tak terduga, tetapi dikotori oleh hal-hal yang tidak perlu. Misalnya gara-gara salah bersikap dan keliru berucap tanpa disadari, Anda  atau orang yang dinanti-nantikan kehadirannya itu kurang enak hati karena tersinggung.

Boro-boro bernostalgia ria, rasanya ingin pergi saat itu juga, bukan? Makanya, sebelum kasus itu terjadi, saat bertemu teman lama ada baiknya kedua pihak mengkondisikan suasana  senyaman mungkin. Sehingga perjumpaan yang didambakan tersebut memberi kesan indah yang tak terlupakan.

Berikut saya akan berbagi  resep tentang hal apa saja yang harus dihindari saat bertemu kerabat,  teman,  dan  kenalan lama.

1. Hindari mengungkit masa lalu teman lama

Ilustrasi Bertemu Teman Lama

Tidak semua orang suka masa lalunya diungkit-ungkit. Termasuk saya. Apalagi dengan nada mengejek, dan  pada momen yang kurang tepat.

Suatu ketika saya diajak almarhumah Emak  mengunjungi kakak sepupu beliau. Karena saya dan sang sepupu Emak  itu sudah belasan tahun tak bersua, saya mengamini.

Singkat cerita, belum semenit kami  ngobrol  bersama perempuan 60 tahun itu , dari ruang berbeda tiba-tiba nongol  menantu beliau dari ruangan berbeda. Terus berujar, “Kapan datang Uni?”

Belum sempat saya menjawab, pria 35 tahun itu melanjutkan ujarannya, “Ketumu Uni  mengingatkan saya semasa Uni berjulan sayuran  dulu.”

Dada saya berdesir, malu, kikuk,  dan kesal bercampur aduk. Saya tak tahu harus menjawab apa. Hanya tersenyum masam  sambil meletuk-letukkan jari.  Hati saya berbisik, “Seorang guru, sarjana  pula, kok wataknya seperti ini. Ngomong seenak perut.”

Sebenarnya, saya tidak malu dengan kehidupan orang tua saya waktu dahulu, bergelimang kemiskinan  bersungkup kesengsaraan. Saya juga tak pernah menutup-nutupinya.

Bahkan sering saya jadikan tema tulisan dalam menulis di berbagai platform dan blog pribadi. Cuman saya tersinggung dengan teknik dan tempat dia mengunggkapkannya. Nadanya agak  gimana ... gitu.

Padahal dia juga bukan keturunan orang kaya. Malah lebih parah dari ibu bapak saya. Bedanya dia anak tunggal tak pernah dilibatkan dalam urusan mencari rezeki. Saya 9 bersaudara, tinggal dan dibesarkan oleh ayah sambung, dan sering disuruh Emak berjualan sayur.

2. Hindari menilai kekurangan teman lama dengan tiba-tiba

Ilustrasi Bertemu Teman Lama

Saya dan mungkin juga banyak orang, tak suka dibilang jelek. Namun  belum tentu senang dengan pujian setinggi langit. Apalagi pujian yang tidak ikhlas,  dan dilebih-lebihkan.

Lagi-lagi saya berkisah tentang  pengalaman yang kurang menyenangkan. Hm .... kisahnya dimulai dari “suatu hari” lagi  ya ...?  Ha ha .... Tak apa-apa. Mantan guru SD tulisannya beda tipis dengan karangan anak SD. He he ...

Suatu hari saya berserobok teman sesama arisan yang sudah lama cabut dari anggota karena bermasalah.

Dari jauh saya mulai tersenyum. Belum sempat mengulurkan tangan perempuan seumuran saya itu berujar, “Kamu kok hitam begini, kurus, mukamu kering? Sering ke sawah ya?”

“Memang dasar saya hitam, jelek,  kurus kering. Baru tahu ya?”  Saya terus pergi. 

Duh ..., sedih juga dibully begitu. Meskipun hati kecil saya mengakui saya memang jelek, hitam,  dan kurus kering. Ha ha ....

Kisah ke dua, beda tapi sama. Tiga pulahan tahun tidak berjumpa  sekali  ketemu, kenalan Emak saya itu menyapa, “Eh ..., pulang ya? Subhanallah? Kok kamu keriput begini? Kurus, tinggal kulit pembalut tulang.  Kayak nenek kokoy  (rikih)”

Saya menjawab santai. Senyum tak rela menempel di bibir ini. “Saya udah pensin Bu. Tapi badan ini memang karus sejak lahir. Makanya cepat tua. Ibu kenal saya dari dulu kan? Tidak seperti Ibu, sudah 70  tahun masih montok, kulitnya tambah putih. Rambut masih hitam, gigi masih bagus.  Menandakan Ibu orang kaya tak pernah susah.” Saya berlalu.

Rencana saya untuk menyapa dan memeluknya dengan santun dan manjah jadi  buyar. Kebiasaan saya memang begitu, Ketemau teman Emak, berakraban seperti dengan Emak saya. Saat berada di tengah temannya anak-anak, saya melayani mereka seperti anak sendiri.

3. Ingat! teman lama itu bukan pendengar yang baik

Ilustrasi Bertemu Teman Lama

Dalam suatu pertemuan, dengan teman lama maupun teman baru, atau dengan siapa saja kita berinteraksi, pasti ada pembicara dan pendengar.  Supaya tidak membosankan, keseimbangan peran sangat diperlukan. Sesekali  kita menjadi pembicara, di lain kesempatan sebagai pendengar, dan sebaliknya. Ini adalah rumus keseimbangan yang tidak bisa dibantah.

Duh ..., kayaknya  saya bergosip lagi nih. Semasa sekolah, saya punya beberapa teman dekat. Salah satunya berpacaran sama cowok  idamannya. Keduanya baik, ramah, dan rendah hati versi  zamannya.  Hubungan mereka berakhir di pelaminan.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya setelah bekerja, si cowok berubah seratus delapan puluh derajat.  Setiap mampir di tempat saya dia bilang,  proyeknya  ada dimana-mana.  Si  A, B, C anak buah dia, si  D, E, F,  bawahan dia. Si Anu pesuruh dia.

Setali tiga uang. Istrinya malah lebih hiper. Anaknya pintar-pintar, juara ini juara itu, ngetop di sekolahnya. Hingga kita tak pernah berkesempatan menjadi pembicara. 

Secara kasat mata, apa yang  mereka pamerkan memang  sesuai  fakta. Tapi tentu  bagi sebagian pendengar sikap seperti itu sangat membosankan. Terutama jika ngomongnya di hadapan pendengar yang perekonomiannya berkekurangan.

Bangga dengan apa yang dimiliki syah-syah saja. Tetapi kalau sudah kelebaian, itu sikap kurang baik, dan tak enak didengar.

Duh ..., Maaf. Kok jadinya curhat sambil mengorek-ngorek luka lama.  Tapi, bukan berarti saya dendam  terhadap  beliau-beliau itu. Saya telah memaafkan mereka dari lubuk hati yang paling dalam. Meskipun mereka tak pernah minta maaf. Saya yakin, mereka melakukan semuanya itu di luar kesadarannya.

Karena dalam keadaan tertekan saat itu saya juga marah atas perlakuan mereka. Meskipun hanya dalam hati, tidak tembus di mulut.

Yang mengganjal di hati ini, sampai kini saya belum berkesempatan meminta maaf kepada mereka yang sebagiannya sudah tiada.

Demikian 3 masalah yang rentan merusak pertemuan dengan teman lama, dan harus disikapi dengan hati-hati. Sebenarnya banyak hal  tidak elok lainnya yang harus dijauhi saat berkumpul dengan siapa saja. Supaya ulasan ini tidak terlalu panjang, dan melebar ke mana-mana, kita padai hingga ini saja.  Jika Anda punya pengalaman lain, silakan share di kolom komentar. Semoga bermanfaat.

*****

Sumber ilustrasi: Tangkapan layar dari Instagram putri saya Dona

 Baca juga:   

****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi

23 komentar untuk "Hati-hati Bertemu Teman Lama, Jangan Sampai Rusak Oleh 3 Sikap Ini!"


  1. Benar bunda?? Saling menjaga sikap satu sama lain , kadang dengan menjaga sikap hubungan pertemanan menjadi lebih indah atau bahkan yang sering terjadi dari pertemuan itu mereka kadang membicarakan hal intent seperti : kamu kerja dimana ?? Misalnya si A belum kerja kerja di tempatku saja ditempati ada lowongan nih?? Sana, segera bikin lamaran kerja. Atau kalau gak, anakmu masih single atau udah punya calon nih kalau belum kita jodohkan !! Dan hal itu sering terjadi. Yaa, apapun itu, semoga persahabatan bunda dengan sang teman berjalan baik begitupun persahabatan saya dengan sang teman, dan buat Anda diluaran sana juga yaaa??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya memang begitu ya, ananda Tari. Pertemuan dipenuhi canda dan tawa. Bukan membangga diri hingga membuat teman bicara bosan dan kikuk tak karuan. Selamat pagi, ananda. Selamat menyambut pagi yang ceria.

      Hapus
  2. Setuju banget dengan poin nomer 3, tidak semua teman adalah pendengar yang baik. Bersikap baik dan mengerti kondisi dan situasi teman adalah sikap terbaik dan paling legawa ketika bertemu dengan teman lama.

    Aku terkadang lebih memilih untuk menghabiskan beberapa menit awal pertemuan untuk mengobservasi dan mendengarkan lantas kemudian ikut dalam obrolan dan bercengkerama setelah sekian lama tidak berjumpa

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Bersikap baik dan mengerti kondisi dan situasi teman adalah sikap terbaik dan paling legawa ketika bertemu dengan teman lama." >> layaknya begitu ya, Mas. Menganggap teman pendengar yang baik menunjukkan keegoan diri. Dia manusia biasa punya rasa. Ingin mendengar dan didengar. Terima kasih telah singgah. Selamat menyambut pagi dengan ceria.

      Hapus
  3. Iniiii Beneer Bu.. saya juga paliiiing sebel kalo datang ke reuni temen2 sekolah, terus mulai deh pada ngomong yg ga enak. Akukan biasanya selalu datang Ama sahabatku , yg kebetulan belum nikah. Naaah tiap reuni, pasti deh temen2 lain pada lemes banget mulutnya, nanyain, 'kapan nikah', 'kenapa ga nikah2', 'kerjaan kok masih gitu2 aja', dan banyaaaaak pertanyaan lain yg menurutku ga usahlah ditanyain.

    Ga semua temen kita beruntung hidupnya. Ada yg masih susah dalam kerjaan atau jodoh. Gara2 itu sahabatku ini jadi males DTG reuni. Dan akupun males kalo dia ga ikutan. Lah temen2 yg DTG kebanyakan tukang kepo semua 🤣. Mending ga usah ketemu sih kalo tipenya begitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Ga semua temen kita beruntung hidupnya. Ada yg masih susah dalam kerjaan atau jodoh." >>> hal ini sering diabaikan oleh sebagian sahabat yang merasa dirinya telah sukses. Meskipun masih banyak hal lain yang harus dibenahi dalam hidupnya.

      Orang pintar bilang, jangan banggakan: kekayaanmu pada orang miskin, sehatmu kepada orang sakit, kebahagiaanmu kepada teman yang kecewa. Selamat pagi, ananda Fanny. Terima kasih telah singgah. Selamat berakhir pekan.

      Hapus
  4. betul sekali, sekarang akhirnya aku keluar dari grup alumni SMAku ya karena hal itu.Makanya aku selalu menjaga perkataanku dimanapun berada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mau aman enaknya begitu, Mbak. Kadang kalau ketemu orang yang menyebalkan saya menghindar juga. Malas ngomong dengannya. Selamat pagi, Mbak. Kita awali pagi dengan doa.

      Hapus
  5. Ikut menyimak, terimakasih untuk artikelmya Bu Nur..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Silakan, Mas Warkasa. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.

      Hapus
  6. Terimakasih Nek, inspirasi yang bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali, Say. Terima kasih juga telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.

      Hapus
  7. iya Bunda, entah mengapa reuni lebih sering jadi menyebalkan ketimbang menyenangkan. Pernah sekali saya ikutan dan kebetulan saat itu baru punya anak satu, teman yang punya anak banyak lantas terus mencemooh saya begini begitu. Belum lagi dia juga menyinggung salah satu teman yang belum jg menikah padahal usia sudah hampir kepala 3, karena kebetulan teman saya ini menikah di usia 19tahun (dia bilang kalo dia cepat laku, alamak). Alhasil, setelah itu saya gak mau lagi hadir kalo ada reuni sekolah. Kapok! Hahahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha .... Cepat niksh gara2 cepat laku? Kayaknya dia belum mempercaya akan kehendak Allah ya, ananda. JikaBeliau berkehendak tak satu yang bisa melarang.

      Keluhan serupa juga dialami oleh teman yang lain, ananda Naia. Abaikan saja. Hidup ini jangan terlalu memikirkan sikap orang lain. Itu salah satu kunci menghindarkan stress. Selamat pagi. Selamat berhari minggu.Terima kasih tanggapannya.

      Hapus
  8. Kadang memang bertemu teman lama ada yang menyebalkan biarpun ada juga yang menyenangkan.

    Yang nyebelin itu kalo dia itu pamer kalo ia sudah punya rumah bagus, mobilnya ada tiga dll. Ngeselin kalo ketemu yang seperti itu.

    Yang nyenengin itu kalo ketemu teman lama itu ditraktir makan sama dikasih rokok 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha ... Ditraktir dan dikasih rokok? Siapa yang tidak senang coba. Sebenarnta kita juga bangga kalau teman lama kita jadi orang sukses. Biar dapat minjam duit. He he .... Tapi kalau dia bercerita berlebih2an itu yang bikin bosan. Ya, Mas Agus. Selamat berhari minggu. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  9. masalah privasi itu memang harus jadi bahan yang hati2 untuk dibicarakan termasuk pada teman lama
    maksud hati menanyakan kabar tapi lama-lama jadi julid kehidupan teman
    reuni yang mulanya menyenangkan jadi menyebalkan ya BU Nur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, Mas Ikrom. Apa enaknya kita menyinggung pribadi teman. Setiap manusia itu punya takdirnya masing2. selamat siang, terima kasih telah mengapresiasi. Selamat berhari minggu.

      Hapus
  10. Iyo galoa carito uni tumah 🥰🥰🥰selamat pagi uni Nur.
    Terimakasih atas cerpen nya dan sudah mewakili perasaan yang juga pernah mengalami nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he .... Terima kasih dinda. Dimana keberadaanmu. Blogmu gak aktif. Selamat siang. Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  11. jangankan ketemu teman lama, masih ketemu orang yang tiap hari tatap muka juga sering ngejeki aku gitu kak 😆
    sebenarnya bukan basa basi, tapi kadang orangnya yg kurang punya empati.
    hadeh, jangankan kulit, bagian badan sensitif pun kena komen 😆.
    kayak berusaha gitu pengen buat aku insecure 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya masalah ini merupakan senandung lama ya, Mbak. Dari desa sampai ke kota. Kalau masih muda, memang berteman dengan manusia type ini menyabalkan. Tapi kalau sudah setua saya, cuek ajah. Terserah mereka mau bilang apa. Terima kasih telah singgah. Selamat beraktivitas.

      Hapus
  12. penting untuk jaga mulut dan jaga ditanya soalan-soalan peribadi seperti "bila nak ada anak?". Itukan boleh mengguris perasaan

    BalasHapus